Karya : Retno Rengganis
Semarang kota lama indah memesona
Pusat perdagangan abad masa lalu
Bagaikan wilayah tersendiri penuh misteri
Cantik seperti kota "kleine Nederland"
Kota lama saksi sejarah, masa
Kolonial Belanda
Tata artistik bangunan bagai menjamah nuansa Eropa
Sungguh ornamen-ornamen kota lama
luar biasa
Keasyikan menikmati suasana malam
bagai candu cinta kekaguman
Imajiku meluah
Lorong-lorong tua menyeretku pada khayalan tingkat langit
Lampu-lampu bagai potongan piktograf terhampar
Menceritakan sekelumit tentang cinta
Kisah asmara jingga menggamit lekang kenangan-kenangan bisu
Tentang dinding-dinding retak
Lembaran guratan suram segenap peristiwa
Kota lama Semarang
Tetaplah cantik berdiri
Dan cameraku telah memungut spektrum-spektrum pasi.
NB : Kleine Nederland adalah Kota, Kecil Belanda.
Semarang 29-11-2019.
DI PANTAI SENJA YANG HITAM
Dulu kita pernah menjadi kami dari satunya hati
Yang dinamakan kekasih
Sekarang hanya ada aku dan dia tanpa ada kata
Kami seperti dulu lagi
Aku mengerti bagaimana rasanya daun hatiku getas dan rapuh
Kupandang laut di kejauhan ada perahu kayu
milik nelayan berbaris cukup rapi
Ombak berdebur berkejaran ingin berlomba
menepi mencumbu pantai
Lumba-lumba enggan menarikan siripnya
Karena keruh akan buih menghitam
Seperti hitamnya nuansa jiwaku
" Aaahhhh..." Desahku makin menghimpit rasa
" Bagaimana caraku melupakan cinta ini ?"
Gejolak hati dalam seribu tanya
Problema
Menghantui langkah-langkah
Aku sungguh tidak tahu
Ternyata kami telah mengakhiri hubungan berkekasih
Aku hanya diam
Berpikir logis menyikapi hidup
Di dunia ini kita ditemukan dengan orang-orang
Yang membuat kita bahagia
Juga sebaliknya
Namun satu yang pasti,
Mereka dikirim kepada kita selalu dengan satu alasan
Agar kita belajar berkasih sayang
Belajar melupakan
Terbiasa
Meski kadang tak berhasil untuk itu semua
Aku kembali menatap senja di ujung cakrawala
Siluet indah tak lagi seperti pelangi
Sore berganti senja
Nuansa yang tadinya sedap dalam pandangan
Kini seakan menjadi hambar
Namun, aku belajar untuk tetap menikmatinya.
Cepu 16/3/2017
By Retno Rengganis
Dulu kita pernah menjadi kami dari satunya hati
Yang dinamakan kekasih
Sekarang hanya ada aku dan dia tanpa ada kata
Kami seperti dulu lagi
Aku mengerti bagaimana rasanya daun hatiku getas dan rapuh
Kupandang laut di kejauhan ada perahu kayu
milik nelayan berbaris cukup rapi
Ombak berdebur berkejaran ingin berlomba
menepi mencumbu pantai
Lumba-lumba enggan menarikan siripnya
Karena keruh akan buih menghitam
Seperti hitamnya nuansa jiwaku
" Aaahhhh..." Desahku makin menghimpit rasa
" Bagaimana caraku melupakan cinta ini ?"
Gejolak hati dalam seribu tanya
Problema
Menghantui langkah-langkah
Aku sungguh tidak tahu
Ternyata kami telah mengakhiri hubungan berkekasih
Aku hanya diam
Berpikir logis menyikapi hidup
Di dunia ini kita ditemukan dengan orang-orang
Yang membuat kita bahagia
Juga sebaliknya
Namun satu yang pasti,
Mereka dikirim kepada kita selalu dengan satu alasan
Agar kita belajar berkasih sayang
Belajar melupakan
Terbiasa
Meski kadang tak berhasil untuk itu semua
Aku kembali menatap senja di ujung cakrawala
Siluet indah tak lagi seperti pelangi
Sore berganti senja
Nuansa yang tadinya sedap dalam pandangan
Kini seakan menjadi hambar
Namun, aku belajar untuk tetap menikmatinya.
Cepu 16/3/2017
By Retno Rengganis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar