UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Minggu, 01 Desember 2019

Kumpulan Puisi Puji Astuti - TOBAT NASUHA



TOBAT NASUHA
Karya : Puji Astuti


Linang air mataku bagai air bah
Membasahi sekujur ragaku yang penuh lumpur dosa
Maksiat telah kuselami
Kebohongan memenggal tenggorokan ini

Lembah nista menjejali pikiranku
Nafsu duniawi memeluk jiwaku
Seakan mati masih lama kan datang
Hati lupa akan beratnya pertanggungjawaban yang harus diterima

Kala mataku gelap
Lidah berucap penuh umpat
Kau datang membawa secercah sinar kalbu
Meluruhkan semua egoku

Ya Robbi ....
Ampuni aku yang hina
Bersihkan nuraniku dari kebejatan ini
Terimalah sujud dan tobat nasuha-ku
Agar bisa selamat langkah perjalananku

Kepada-Mu aku menuju
Rahmat-Mu yang kutunggu
Petunjuk-Mu untuk menerangi bathin ini
Hingga akan siap saat panggilan-Mu nanti

Jogja, 29.11.2019



Judul : RINDUKU
Karya : Puji Astuti


Setiap menatapmu entah apa yang ada di dadaku
Terasa debar mengguncang sekujur jiwa
Menyelusupi dinding hati tanpa bisa mengucap kata
Hanya ada letupan mencandu untuk enggan menjauh dari sisimu

Rinduku setiap waktu menggunung
Ada aliran sejuk bagai sungai kecil di lekuknya
Menyirami pagutan keinginan
Tuk kembali lekat melumat semua pesona yang kau punya

Kubiarkan lamunan terpenuhi siluet wajah
Mengimajinasi bahwa kau ada di sini
Bercengkerama melepas gelora rasa
Setara nyata tanpa lembar pemisah drama kita

Bayangmu kini menari
Mengitari memeluk erat raga
Melebur menjadi satu dalam kehangatan
Berselimut cinta dan bermandikan peluh dalam ritme perjalanan cerita

Jogja, 17.12.2019



Judul : LIHATLAH DIA
Karya : Puji Astuti


Bersimpuh mengurai air mata
Tanpa bicara dan tanpa suara
Itulah pengorbanan sang istri
Menyimpan goresan di sudut palung dalam hati

Hai lelaki ....
Hilangkah di pandanganmu?
Ketekunannya dalam menimbang rasa
Lenyapkah kesabarannya yang telah meletih raga
Memapah senyum saat jiwanya resah
Oleh egomu yang menukik kala lantang menerjang

Jangan diam tak ada peduli
Kau tegar berdiri sampai detik ini
Karena siapa?
Adanya dukungan dari dia di belakang bayang-bayang langkah yang kau jejakkan

Terlalu sakit saat kau tinggalkan
Terpuruk asa jika kau duakan
Menyiangi waktu bersamamu sekian lama
Seperti lebur dengan hadirnya orang ke tiga si pembawa sampur

Matanya sayu memelangi air mata
Tawanya hingar menutupi luka
Jangan tak kau hiraukan tatapan sendunya
Pengorbanan cinta tiada dua dan sulit akan kau temukan

Jogja, 11.12.2019



PENANTIAN
Karya : Puji Astuti


Rinai semalam terasa menyempitkan pembuluh darah ini. Betapa tidak..
Saat bulir bening hujan membasahi daun dan tanah bumi, saat itu pula kikis hati ikut memerih rasa ini.

Boleh kau pamit pergi untuk mengejar yang belum pasti. Namun jangan seperti ini. Beritamu bagai kabur, samar dan hilang terhempas tiupan angin. Entah jatuh di mana dan hinggap di pohon apa serta apakah masih baik-baik saja.

Aku menunggumu dengan jiwa terlampau pesimis. Penantian yang semakin mengikis ketidakwajaran. Kebingungan menusuk nalar dan mungkin terselip kecemburuan akan keadaan. Semua itu membawaku ke situasi limbung dan hilang kesabaran karena penasaran.

Di bening hujan masih meluruh di luar jendela. Semakin menggigilkan aku dan menenggelamkan ke lamunan semu.
Aku akan tetap di sini dengan harapan segera menemukan titik terang, seperti mendung yang membawa gumpalan awan hitam itu pergi dan tergantikan oleh sinar mentari tuk menghangatkan dingin ini.

Jogja, 20.12.2019



TITIPAN RINDU
Bay : Puji Astuti


Menggelantung jantungku saat senja
Sejak kerling matamu menembusnya
Percik-percik api kasmaran
Mulai menggelitik asa dan jiwa

Berkali mata ini terpejam
Tuk hengkangkan tajam tatapan
Tak berdaya segenap rasa
Membuncah dan meletupkan detak asmara

Tiada warna seindah kilau di mata itu
Sayu meluruhkan gejolak dalam kalbu
Seirama tuturan lembut syahdu mendayu
Membentuk lingkaran hati dengan rindu

Gayutkan resah ini di secangkir kopi
Terasa nikmat walau tiada gula pemanis
Galau menggejolakkan sebidang dada
Yang terkatub penuh gundah tiada tara

Jalur-jalur mimpi kini mewarnai lingsirnya malam
Tertata di atas angan dan lambung berandaikan
Tersenyumlah selalu untukku, duhai
Yang akan menjadikanmu sebuah mutiara abadi di dalam hati

JOGJA, 3/4/2017



SUNYI
By : Puji Astuti


Detak jarum jam di dinding terdengar berdetak
Seiring desir jantung merah ini berdegup
Melantunkan syair kesunyian pekat merambat
Lirih musik klasik mengalun di antara bisikan asa

Kulewati berbagai propaganda kehidupan
Mencarutkan keadaan yang tak segalanya selalu mapan
Tersandung kerikil tajam di jalanan
Mengucurkan letih di raga tertatih pelan

Rengkuh bayangan seiring lingsirnya waktu
Berjuang di pelataran yang meranggas kelu
Tak sisakan ruang untuk meraih rindu
Seakan titik resah telah menjalin sekutu

Di sini masih bersama detak jarum jam itu
Ternikmatinya kesunyian yang memeluk jiwaku
Terkatubnya bibir kelu dan membisu
Menuju hadirnya geliat mimpi di malam tanpa semilirnya bayu.

JOGJA, 1/4/2017



MEMIKIRKANMU
By : Puji Astuti


Dua malam terlewatkan sudah
Merintih pilu di sudut kelambu
Terpejam mata tak menoreh warna
Terpaku satu lamunan yang mengembara lara

Ingin lepaskan sejumput rindu ini
Melarung di hempasan ombak pantai
Yang membuih serpih kisah kasih
Dan bermuara di tepian pesisir

Satu titik resah kala memikirkanmu
Tiada jeda waktu yang selalu termangu
Mengejar bayang-bayang rindu semu
Dan terlantar di semak-semak belukar itu

Lihatlah senja yang bermega kelabu
Di saat itulah waktu kita bertemu
Di sudut kota dengan keriuhannya
Tanpa pedulikan lagi dua hati sedang berpacu rasa

Senja beranjak pergi
Turunlah malam yang sunyi sepi
Tinggal sebuah serpihan kepingan hati
Tertunduk kelu karena selalu memikirkanmu

Hujan Senja
JOGJA, 31/3/2017



PERIH
By : Puji Astuti


Sekat ini kenapa makin sempit
kurasakan bercampur dengan kepiluan
berjajar seakan barisan ketidak berdayaan memenuhi altar jiwa yang kian meranggas

Tatapan masih melayang-layang di mata
tak lekang segera menyingkir dari rasa
gelisahku bertumbuh satu-satu lara
merimbunkan gelora duka yang teramat panjang

Tidurlah engkau duhai,
jemput keabadian yang semua akan merasakan
peluk kehangatan di mana kemarin dingin selalu menyertai ragamu
tiada lagi tebar tawa memenuhi ruang tidurmu

Bunga syurga telah terpetik
dengan segumpal jiwa syahid nan cantik
rapalan doa tak akan terhenti hanya di sini
di ujung malam sampai titik pagi hari

Entahlah,
kunang-kunang seakan terbang mengerumuni
penuh pijar kerlip di malam gelap tanpa ratri
bulan sabitpun sembunyi di balik mega putih
tanpa mendung dan rintik hujan yang luruh ke bumi.

JOGJA, 31/3/2017



KERINDUAN
By : Puji Astuti


Ada seserpih luka yang merentan
Di dada ini terhampar keikhlasan
Merujuk di dasar paling terdalam
Hanya karena tertimbun dalam ingatan

Sekilas tampak bayang semu
Beranjak dari bangku dingin kosong
Berjalan hampa di antara belantara
Tanpa tetesan cinta yang melentera

Kebisuan ini kubisikan ke kalbuku
Bahwa aku pengembara tanpa lagu
Bergandeng dengan kelu dan pilu
Bercengkerama dengan segayung rasa rindu

Setangkup senyumku adalah sebuah lintasan
Yang mewarnai gelap pelangi yang melawai
Di sebuah bayang di atas danau
Kuperhatikan diriku yang terasa sangat kacau

Pija-pijak kakiku terasa gontai
Menyusuri tirai retas hari-hari
Se-izin yang Kuasa ingin berhenti
Seakan aku dalam lingkaran jemari

Segenggam cinta di telapak ini
Terkemas dalam petaknya peti
Terkunci di semat hati yang terpatri
Dan tak mungkin akan bisa berbagi janji
Untuk selalu indahkan harimu pujaan hati

JOGJA, 30/3/2017



KERINDUAN
By : Puji Astuti


Ada seserpih luka yang merentan
Di dada ini terhampar keikhlasan
Merujuk di dasar paling terdalam
Hanya karena tertimbun dalam ingatan

Sekilas tampak bayang semu
Beranjak dari bangku dingin kosong
Berjalan hampa di antara belantara
Tanpa tetesan cinta yang melentera

Kebisuan ini kubisikan ke kalbuku
Bahwa aku pengembara tanpa lagu
Bergandeng dengan kelu dan pilu
Bercengkerama dengan segayung rasa rindu

Setangkup senyumku adalah sebuah lintasan
Yang mewarnai gelap pelangi yang melawai
Di sebuah bayang di atas danau
Kuperhatikan diriku yang terasa sangat kacau

Pija-pijak kakiku terasa gontai
Menyusuri tirai retas hari-hari
Se-izin yang Kuasa ingin berhenti
Seakan aku dalam lingkaran jemari

Segenggam cinta di telapak ini
Terkemas dalam petaknya peti
Terkunci di semat hati yang terpatri
Dan tak mungkin akan bisa berbagi janji
Untuk selalu indahkan harimu pujaan hati

JOGJA, 30/3/2017



GELISAH
By : Puji Astuti


Sedebar saat itu melihat kerling
Kini debar ada saat tak terlihat lagi
Sederas air mata bahagia
Kini sederas air kesedihan pula

Berputarlah waktu secepat kedipan mata
Agar kegelisahan ikut terbawa pergi
Di manakah teduh yang menyejukkan
Kini senyap terbawa kegersangan cuaca

Sejumput masih tersimpan
Menjadi warna di piasnya kanvas kehidupan
Meninggalkan bercak jingga yang abadi
Di luruhnya perjalanan langkah-langkah kaki

Ada selembar diary yang tergores lusuh
Penuh dengan bercak tetes rindu
Tergantung di pucuk tinggi daun cemara
Agar sedikit terlihat oleh hati yang ber-asa

Mendung kian menebal....

JOGJA, 20-3-2017



RETAS HATI
By : Puji Astuti


Di sini aku memilahkanmu
Di antara dua dimensi berbeda arah
Keterletakanmu yang salah
Ataukah aku kini sudah terpengarah..?

Kau duduk di singgasana egoisme
Mencurahkan keterbatasan gema hati
Menelanjangiku seakan aku sebatang tunas kering
Yang tanpa peduli akan injakan kaki beralas taji

Aku kehilangan kendali jiwa
Mengunyah segala yang terhidang di depan mata
Menelan pahit getirnya suguhanmu
Tanpa bisa memuntahkan tuk rasa pembelaanku

Direjam tanpa syarat
Dikungkung tanpa sempat berteriak
Cambuk dan cambuk hati yang meninggalkan bilur-bilur kecongkakan
Karena patahan ini telah menelan semua kelembutan

Titik berandaku kelabu
Membilurkan curatan, kelokan kelu
Seakan jiwa, sukma dan asaku terpaku
Di alam barkah di mana arah lesatan ujung panahnya tak pernah menentu

Memarit yang tak sengit
Mendera tak perlu adanya terka
Pilu bercampur ragu mengepung kalbu
Di titik nol akhirnya aku buka jendela dengan lembaran-lembaran putih yang baru
Di mana hati memasung pati yang bertelanjang kaki tuk akhirnya ku sendiri mulai melangkah pergi.

JOGJA,27/3/2017



DERA
By : Puji Astuti


Ada yang menggayut di sini
Di dalam jiwa dan rasaku
Terkatung bak batuan ampul
Mengambang di derasnya air terjun
Melenggang dan berayun-ayun simpul

Deranya terasa mengiba
Menyesakkan dada dan tersiksa
Perih terpicu karena rasa sedih
Di waktu yang tak sedikitpun mau beralih

Napas sekedar menghela
Agar menyingkir sesak di raga
Akankah ini jadi buaian hati
Yang kan selalu ikuti langkah-langkah kaki ini

Perindu di ujung hati
Janganlah kau pergi tinggalkan abdi
Lemah aku tanpa sosok dirimu
Yang sekian lama menemaniku selalu

Ingatkah jalinan jemari kita dulu
Yang merajut indahnya waktu yang berlalu
Rasaku menjadi rasamu
Tuk jadikan kita ini saling meramu rindu

Dekap ragaku walau cuma mimpi
Karena ilustrasi telah melabirinkan hati
Sampai di titik waktu nanti
Kita adalah sejoli dalam cinta sejati

Daur ulang aksara
JOGJA, 4/4/2017



JANJI
By : Puji Astuti


Bertaut dengan seluruh kekuatan jiwa
Menyatukan keinginan mulia
Disertai ridho dari Sang Khaliq
Janji ini akan bisa terpenuhi

Denyut nadi pun menjadi sakral detaknya
Memompa daya hidup sebuah nyawa
Melepaskan kelegaan sukma dan jiwa
Merebah saat ini pun sudah terelakan

Sujud bersimpuh memohon naungan teduh
Tuk rasa hati dan raga yang mulai rapuh
Perjalanan kaki terasa sampai di ujung tuju
Yang sekian lama mengembara di arena pacu

Tetes demi tetes air mata hati
Membasahi segenap rapuh jiwa ini
Terampuninya segala dosa dan khilaf
Yang telah memberikan warna gelap di dalam senyawa dada

Genggam jemari gemetar ini
Peluk raga yang melemah ini
Terkatup mata di kala melamunkan rasa
Gemuruh di dada saat ingat akan ampunannya

Tetaplah bersamaku
Sampai napas terakhirku
Peluk ragaku saat mulai kaku membeku
Agar jiwaku bisa tenteram pada saat itu

JOGJA, 16 MEI 2017

PUJI ASTUTI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar