UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Kamis, 19 Desember 2019

Kumpulan Puisi & Prosa Pandu Eva - SEBUAH RASA



Lelaki
Oleh : Pandu Eva.


Lelaki sejati
Tak takut mati
Walau sakit hati
Tapi tetap menghargai

Menghargai wanita
Tanpa memberi lara
Karena sejatinya kaum hawa
Hatinya perasa

Jakarta_Lupa tanggal.





Sebuah Rasa
Oleh : Pandu Eva.


Rasa itu sudah mulai ada
Saat kita makan, teringat saudara kekurangan
Saat kita kenyang, ada saudara kelaparan
Saat kita jalan-jalan, sementara saudara hidup dalam impian

Mungkin rasa ini suatu teguran
Saat sudah mulai berlebihan
Melupakan segala aturan
Yang telah ditetapkan Tuhan

Inilah kenyataan
Bukan hanya khayalan
Bahwa di sana, akan selalu ada orang-orang butuh uluran tangan
Jika kita tak bisa memberikan
Baiknya ....
Jagalah perasaan
Bantu doakan
Mulailah dengan jangan posting makanan
Jangan pula posting jalan-jalan
Apalagi pamer kekayaan





PUTRAKU AJARI IBU
Oleh : Pandu Eva


Pada langit kubercerita
Tentang asa seorang Ibu
Yang ingin melihat putranya sempurna
Tumbuh seperti anak-anak lainnya

Putraku obat penawar
Saat hayati lelah menangisi duka
Tak menghiraukan segala kekurangan
Tetap tegar menjalani kehidupan

Putraku ....
Ajarilah aku Ibumu
Berdiri kokoh di atas sebuah ranting
Sepertimu yang juga sanggup berjalan menginjak bara

''Ringankan tubuhmu, Bu. Dari segala beban duniawi." Begitu pesanmu.
Jakarta, 20 Juli 2019.





Pria dan Wanita
Oleh : Pandu Eva.

Aku wanita
Perihal cinta lebih sering memakai hati
Jauh dari emosi
Dekat dengan logika

Kau pria sebaliknya
Dekat dengan emosi
Namun rentan oleh logika
Perihal cinta lebih sering memakai kata-kata

Pria mengucap cinta, wanita kira itu dusta
Karena logika berkata
Tak perlu lisan bicara
Cukup tunjukkan saja!

Jakarta, 23 Mei 2019.





Kidung Cinta Hamba Yang Alpa
Oleh : PanduEva'


Kita manusia sering alpa
Atas nikmat dari yang esa
Menilai materi seakan kaya
Padahal itu bukanlah segalanya

Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Hingga tangan dan kaki
Semua yang melekat di antara tubuh kita

Pasti memiliki fungsi
Itulah kekayaan yang hakiki
Kemulyaan sejati
Namun, kita selalu lupa diri

Harusnya kita mensyukuri
Sehat DIA beri
Karena DIA mengasihi
Sakit yang diberi, karena DIA menyayangi

Betapa sesungguhnya kita dalam kenistaan
Jika tanpa segala bantuan, yang AllaH berikan

Jakarta, 21 April 2019.





Emak
Oleh : Pandu Eva


Tutur katamu lembut, bak kain sutra
Tak peduli sebanyak apa peluh menetes dari dahi
Meski kerap dicaci maki
Oleh lelaki yang kausebut suami

Demi mendapat sesuap nasi
Bagi perut si buah hati
Demi ridho dari suami
Kau terima segala caci maki

Tak kau pedulikan kain usang yang melekat ditubuhmu
Sakit anggota tubuhmu
Karena lelah menjalankan baktimu

Kini ....
Kau pergi
Jasadmu rapi, bersih dan suci
Ikhlaslah kami, sang buah hati
Karena kau telah berada dekat dengan illahi

Jakarta, 27 April 2019.





Arsy
Oleh : Pandu Eva.


Kuhempaskan kalian ke Arsy-Nya
Menyerahkan setiap lisan terlontar
Akibat suatu keangkuhan
Dari dunia yang kalian banggakan
Jangan salahkan aku
Yang sekarang terpaku
Tak berseru, jika kita bertemu.

Jakarta, 16 April 2019.




Hisab
Oleh : PanduEva


Bumi gersang
Kelaparan tiba
Bumi butuh siraman
Oleh hujan berkepanjangan

Tanah tandus, retak tak berguna
Tumbuhan ikut layu
Sedih, perih mereka rasa
Manusia mulai menatap sayu

Apakah gerangan
Dahaga mulai menyerang
Menyusuri tiap jengkal kerongkongan
Mata air kekeringan

Inikah azab?
Atau penantian proses hisab?
Matahari sejengkal di atas kepala
Panasnya serasa di neraka

Mereka menunggu kehadiran-Mu
Membutuhkan pertolongan-Mu
Hingga berharap semua lekas berlalu

Jakarta, 18 April 2019.




Mengetuk Pintu Langit.
Oleh: Pandu Eva.


Terseok berjalan. Namun, tak terluka kakiku
Merasakan sempit, tetapi berada di tanah lapang
Sepi, berada di tengah keramaian
Ada apakah wahai diri?

Bukankah di setiap kesulitan pasti ada kemudahan
Dalam kesempitan, ada keluasan
Saat sedih terselip kebahagiaan

Datanglah pada-Nya
Ketuklah pintu-Nya
Carilah kunci di sepertiga malam-Nya
Karena di saat itu, pintu langit biasa terbuka

Jakarta, 22 February 2019.





Tawakal
Oleh : Pandu Eva


Kukuras danau kecil disudut mata
Melihat orang lain terpuruk melebihiku
Sunyi, Senyap
Namun, tidak mati
Ada kekuatan di hati
Selalu percaya kepada ILLAHI

Jakarta, 9 February 2019





RINDU
Oleh : Pandu Eva


Ada kata yang bila diucapkan terdengar indah
Namun, sakit bila dirasa
Terlebih jika tak tepat letaknya
Rindu, namanya

Ternyata cinta tak selalu tentang bahagia
Ada bagian lainnya
Rindu, cemburu dan nestapa
Terletak di dalam hati pelakunya

Siapa yang kuat
Dia akan mengecap bahagia
Dan bila kalah
Harus siap menerima nestapa

"Sejatinya cinta adalah tentang kekurangan. Harus siap diterima. Bukan karena kelebihan insan semata, dan harus tepat letaknya."

Jakarta, 16 Oktober 2019.



🌹🌻🍀🌹🌻🍀🌹🌻🍀🌹🌻🍀🌹🌻🍀



PETRICHOR
Oleh : Pandu Eva


Arunika siap memberi harsa
Kicauan burung ikut menyertainya
Aroma petrichor, sisa hujan semalam
Menghadirkan kenangan masa silam

Kenangan indah
Saat kau mengenalkanku
Pada aroma tanah basah
Yang kini menjelma menjadi kamu

Ada bagian yang khas
Dari sebuah petrichor
Adalah puing-puing indah masa lalu
Awal kau dan aku, menjadi kita hingga kini

''Meski dalam tetes hujan tak selalu membawa kenangan indah. Namun, hujan tak pernah
lupa memberi berkah."
Jakarta, 17 Oktober 2019.



🌹🌻🍀🌹🌻🍀🌹🌻🍀🌹🌻🍀🌹🌻🍀



CINTA dan NAFSU
Oleh : Pandu Eva


Apa yang dapat membunuh logika selain cinta? Adalah emosi
Ketika keduanya kamu miliki
Sering kali tumbuh karena penghianatan, berakhir kecewa

Saat cinta bukan untuk bahagia
Hanya materi semata
Maka kamu akan terluka
Karena selalu ada yang lebih bertakhta dan berharta

Ini konsekuensi bermain api
Mulai membakar tubuhmu
Mau tidak mau, siap tidak siap kau jalani
Karena cinta sejati dan tujuan, tidak ada dalam daftar perselingkuhan

"Di dalam cinta ada nafsu. Namun, di dalam nafsu, belum tentu ada cinta."

Jakarta, 19 Oktober 2019.



🌹🌻🍀🌹🌻🍀🌹🌻🍀🌹🌻🍀🌹🌻🍀



MASA
Oleh : Pandu Eva


Semua ada masanya
Tubuh tegap menjadi bungkuk
Kulit halus berubah keriput
Pandangan tajam menukik termakan usia

Semua ada masanya
Saat lisan bebas berkata
Jemari menari bersama pena
Tak peduli berapa hati yang terluka

Semua ada masanya
Mereka yang menyakiti akan tersakiti
Jumawa menjadi bencana
Nestapa menjelma bahagia, saat hari akhir tiba

Jakarta, 16 November 2019.





Ingat Mati
Oleh: Pandu Eva


Terasa berat mata terbuka
Entah karena kantuk atau apa
Tak nampak cahaya
Yang ada hanya sebuah aroma

Wangi semerbak bunga melati
Menusuk hingga ke ulu hati
Tak dapat kugerakkan tangan dan kaki
Terbujur seakan mati

Aku menangis, berteriak semakin menjadi
Tatkala kusadar, bahwa aku berada di dalam peti mati
Pantas, tak ada seorangpun yang menghampiri
Dalam gelap aku sendiri

Dan semua tak bisa kusesali
Apalagi kutangisi
Yang ada hanya muhasabah diri
Sudah cukupkah amal ibadahku ini

Jakarta, 01 February 2019





CITA-CITA HAWA
Oleh : Pandu Eva


Aku ingin berjalan mencapai tujuan
Atas apa yang aku cita-citakan
Selama dekade kehidupan
Berjalan lurus, dengan halus
Sesuai arus, tanpa akal bulus

Berjalan tanpa menginjak kaki orang lain
Bukan karena belas kasihan
Aku ingin murni karena sebuah jati diri
Murni pribadi sendiri

Bukan karena menyakiti
Akulah hawa dengan satu cita-cita
Ingin membahagiakan orangtua
Dunia juga akherat

Hawa yang penuh cinta
Karena kasih sayang orang tua
Dan sebab dari sebuah doa
Yang mengalir menuju nirwana

Jakarta, 07 Juni 2019





Orangtua
Oleh: PanduEva'


Sinar sang surya tepat di atas kepala
Netra terpejam karena silaunya
Langkah melemah mengayuh becak
Peluh mulai membasahi dahi
Terasa lelah diri ini, setiap hari harus berjuang demi harga diri

Wajah laki-laki tua penuh harap dan cita
Demi putra putri tercinta, tak ingin mereka mengalami nasib yang sama
Kebodohan serupa penyakit jiwa
Anak-anak harus bisa lebih baik dari orangtua

Sungguh harapan sederhana, tidak perlu kaya raya
Maupun menjadi pintar, jadilah orang sabar
Raihlah keberuntungan, dekatkan diri pada Tuhan
Tanamkan Iman, bekal meraih masa depan

Jakarta, 22 Mei 2019.





Jiwa yang pergi.
Oleh: Pandu Eva


Jangan kau harap kembali
Sebab mereka telah mati
Dalam ruang sepi mereka sendiri

Tanpa cahaya
Hanya jiwa-jiwa yang bersih
Akan merasakan kasih

Kasih yang abadi
Diberikan oleh illahi
Disanalah yang fana menjadi amerta

Jakarta, 13 April 2019.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar