UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Kamis, 07 Maret 2019

Kumpulan Puisi Puji Astuti - ASA KETIKA TIADA



ASA KETIKA TIADA

Saat jantung tak diharap detaknya lagi
Menalu pecah sunyi yang tiada berpuisi
Saat biru
Melabur balur dibias jingga
Memberi warna api pada setiap sisi destinasi
Ah,
Semua yang kuharap sirna
Seperti harapku pada sebuah warna
Harapku pada setetes embun
Harapku pada percikan api
Harapku pada hembusan angin

Aku tak miliki semuanya
Segala pergi menjauh sirna
Aku
Ditepian mimpi
Yang harus kurenggut dengan sendiri
Disudut bilik sunyi
Pejamkan mata
Nikmati asa yang nyata tiada
Biar saja,
Kugenggam jemariku
Bersama nyanyian rindu
Rindu pada jiwa yang tak ingin pergi tinggalkan raganya
Sedang raga itu telah larut bersama jutaan debu
Yang jauh jatuh
Diantara tetes peluh rindu
Dalam nikmatnya luka yang mendera lara

Aku
Pudar bersama asa

Kepahiang, 06 Maret 2019
22.11



TENTANG RASA


Apa yang bisa kutulis
Di saat rasaku diam membeku,
Aku tak merasakan apa jua
Aku tak merasakan keindahan dari aroma bunga yang pernah kucium
Tak pula merasakan kesenyapan dari malam yang mulai kelam,

Hatiku tak mau ungkapkan rasa
yang mungkin dapat kurangkum dalam bait bait puisi,

Rasa ini hampa,
Bahkan ribuan rasa sakit itu lebih baik bagiku, karna setidaknya itu menjadikanku rasakan rasa

Aku tak bisa menulis apapun saat ini
Apakah lagi merangkai puisi.
Rasaku mati setelah dihempas berulang kali
Rasaku mati setelah dibenamkan dalam kobaran api

Aku
Tak dapat menulis apapun jua

Tidak juga,
Puisi

Kepahiang, 05 Maret 2019
11.17



TIK TOK


Malam ini telah lalui setengahnya
Alam mimpiku belum tapaki malamku
Aku masih disini bercengkrama dengan rasaku sendiri.

Alam malam ini melangit tanpa tepi,
Aku melengkingkan jeritku berulang.
Suaranya kuendapkan agar tak lalui kerongkongan.

7 menit berlalu dari pertengahan malam,
Aku bicara sendiri,
Bertanya sendiri,
Kujawab sendiri,
Bohlam lampion diatasku muram, cahayanya tiada seri.

Gelombang lara kurangkum,
Kuletakkan diatas bahtera rasaku.
Kulempar bersama dermaganya sekali.

Aku tertawa,
Aku tak memahami apa yang kujamah di ujung jari berduri

Tik tok,
Sepi
Tik tok,
Sunyi
Tik tok
Lalu aku terkubur diatas pembaringanku,
Bahkan sebelum kumati

Kepahiang,05 Maret 2019
00.29



LURUH

Terpisah,
Kisah pada resah
Ketika dihadapnya terhampar bentangan samudra.
Yang kemudian bahtera pula karam disana.

Sebuah rasa lebur
Berbaur pada debur
Kemudian patah,
Menghempas karang dibatas asa tanpa kuasa.

Mengerjap pelan
Sepasang mata berbasah resah,
Lara, hening, dendam
Segala rasa tak berbahasa.

Ah
Terlalu pongah alam perlakukan gadis dengan mata berembun.
Gadis yang tak menggenggam raga juga sukma.
Gadis yang mati dipelataran bumi, setelah lalui malam
Tanpa mimpi

Kepahiang, 04 Maret 2019
23.17



KISAH


Penggalan kisah ini biarlah saja
Walau masih ada sisa sisanya disini
Hatiku tak marah.

Aku mengerti,
Penggalan kisah yang coba ku rangkum tak kan jua menjadi kisahku
Tidak juga kamu

Aku dan kamu menapaki lembaran kisah yang serupa meski tak sama.
Milikku hanyalah lembar lembar usang yang berserakan,
Terbiar begitu saja
Tak kusentuh, tak kupandang, tak kurawati

Sisa malam panjangku masih kunikmati
Meski memberi cuka pada lukaku..
Tak apa
Aku tak kesal
Itu milikku, rasaku
Semua sudah ditetapkan... Mungkin memang ada kisah berbeda yang harus ku lewati

Aku tetap berdiri
Menapaki sisa rasaku,
Yang takkan usai
Rasaku
Layu

Kepahiang, 04 Maret 2019
22.31
Pic_alun2 blora



AKU

Binar mataku tak segairah gelegak lava,
Tapi masih ada binarnya
Yang ungkapkan setitik bahagia masih ada disudut asa
Binar yang kerap lelah, lalu lelap dijemput malam untuk kemudian kembali terjaga dengan sisa cahaya seredup senja.

Pipiku tak seranum kelopak mawar merah jambu,
Tapi samar lesung pipit dipipi kiriku masih sering terlihat, kan ?
Pertanda aku masih bisa menikmati rasa suka yang kadang pupus didera luka yang tak mau beri kesempatan untuk sekedar berkelit dan berkata "tunggu sebentar ya !" Bibir tipisku tak sesegar buah cerry
Lusuh dan pecah pecah tergurat disana,
Seperti tanah kering didekat gurun, retak menanti tetesan hujan.
Tapi bibir ini masih pula bergetar pelan saat ingin ucapkan rasa yang tak biasa diucap.
Ya, karna aku tak dapat menzahirkan rasa yang kerap kali hanya berakhir sebagai rasa.

Banyak yang ingin kuungkapkan tentangku lalu kuukir di atas bongkahan batu,
Agar tetap ada....
Sampai nanti jika pusara menyambutku
Akan mampu dibaca oleh siapapun yang sempat menyimpanku di ruang rasa nya
Entah dalam rasa cinta
Entah dalam rasa luka
Ataupun murka

Setidaknya aku berdiam disana
Di salah satu sudut ruang rasa
Dengan asa atau hampa

#tentangku
#entah
Kepahiang, 25 Desember 2018
19.30



BERSEBAB AKU PEREMPUAN


Ku ungkapkan pada garis tegas dimataku, yang kuperoleh dari eye lyner berharga puluhan ribu

Tentang asaku menjamah bahagia
Seperti yang dirasakan aisyah kala dipersunting ali

Pada rona merah dipipiku, yang dilukiskan sapuan kuas dengan serbuk blush on... Ku ungkapkan keceriaanku
Tawa yang kerap berderai hingga tampilkan garis cekung lesung pipitku, yang kadang memaksa orang lain tersenyum pula padaku.

Pada bibir merah basahku, yang tercipta dari ulasan lipstick...
Aku mengungkap bahasa cinta, bahasa canda, juga bahasa rasa.
Mendengar lalu ujarkan kisah,
Bibirku ini tak mau berhenti bicara kadang juga bernyanyi

Karna aku perempuan
Yang membahasakan luka juga suka pada wajahku.
Saat wajahku pucat kuyu
Harusnya pula alam tau tentang benakku.
Bahagiaku terpancar pada warna warni rias wajahku
Dan lukaku tergambar pada pucat pasi mukaku

Kepahiang, 16 Desember 2018
19.03



MENAPAK MISTERI HATI


Pertama dulu, saat ku lihatmu dari sudut mata kananku.
Kau indah
Tatap matamu ciptakan debar lembut aliri nadiku
Aku terpaku
Aku tau aku mau padamu, menapaki misteri yang telah dibentang - Nya didepanku juga kamu

Banyak jalan yang kita lalui,
Dengan juga tanpa mimpi
Aku berdebar menahan rasa setiap kali kau ada
Juga layu menanggung rindu saat kau jauh.

Masa berganti
Detik, menit, tahun, musim terus hadir dan pergi
Dan kita masih terus berjalan menapak mimpi.

Masa usai
Tuhan tunjukan bahwa di lauhul mahfudz nama kita tak tertulis dilembaran yang sama.

Namamu lebih dulu temukan tempat dimana harus adamu,
Dan aku kemudian,
Lalu kamu juga aku,
Tak pernah menjadi kita

Tapi hatiku tetap berjalan ditempat yang sama
Meniti takdir
Juga janji janji yang pernah diujar matahari pada bumi
Bahwa ia pasti kembali
Meski malam telah menggelapi

Kepahiang, 26 Februari 2019
23.13



PADA BANYAK RASA


Aku tau, aku masih menikmati aroma embun pagi,
Yang ku bingkai dalam kata 'rindu'
Seperti tetes embun yang akhirnya sirna dan kembali itu, begitupun "aku"

Aku tau, pada angin dan malam masih ingin kusampaikan rasaku,
Tapi tidak,
Ketika rasa yang lain hadir penuhi "aku"

Tak kan kusampaikan
Biar saja
Angin dan malam akan berlalu juga
"aku" juga
"aku" juga akan berlalu
Meninggalkan ku dan sisakan jejak
Yang takkan hilang

Baiklah
Biar ku kubur "diriku"
Dipelataran sunyi itu
Tanpa ku !

Kepahiang, 28 mei 2018




2 komentar: