UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Sabtu, 02 Maret 2019

Kumpulan Puisi & Prosa Ayu Ashari - BIDADARI RAPUH


TELAGA BERHALIMUN

Angin meniup perlahan menyapa pagi
Bibir masih terkunci
Hanya ada satu dua suara berdecik
Atau katak berloncatan dari satu daun teratai ke daun yang lain
Tembangkan gemercik air memercik
Anggun kelopak teratai tersentuh
Banyu
Kita masih duduk di sebatang kayu
Menggamit pinggang
Kepala bersandar pada lengan
Diam tanpa suara
Lewati malam yang juga gulita
Tanpa sinar rembulan
Tanpa gemintang
Hanya ada kelapa kelip kunang kunang
Kemari lah..
Pintaku
Coba kau dekat kan wajah mu ke telaga berhalimun
Bukalah lebar matamu
lihatlah di kedalamannya
Di sana akan kau temukan sinaran
Dan amati
Bukankah masih terukir nama mu
Tidakkah kau mengerti
Bahwa kau menempati ruang yang paling puisi
Tak pernahkah terbersit oleh mu
Aku pun takut kehilangan diri mu
Lantas apa lagi yang membuat kau meragu..
Dan berniat pergi menjauh
Meninggalkan telaga sunyi dalam bisu
Halimun memang pekat
Seolah menjadi sekat
tidak kah kau mampu menembus pembatas sekat demi sekat
Hingga dengan jelas kau dapat melihat
titik titik cahaya yang berpijar
Adalah merupakan aura cinta berbinar
Begitu naifnya kah dirimu
Hingga tak mampu menangkap isyarat
bahwa cinta masih melekat
cinta yang hadir tanpa syarat
Tapi sudahlah
Kita memulai dari nol saja
Tak perlu ada sesal yang mengganjal
Bukankah esai telah kau tulis
Gambar telah kau lukis
Aku tak mampu menangkap narasi
Yang ingin kau saji
Aku hanya tau..
Telaga itu kan tetap berhalimun
Sepanjang musim kepergian mu

BY Ayu Ashari
2802019



BIDADARI RAPUH


Aku..terdiam di balik tabir gelap
Menahan perih tak meratap
Bidadari rapuh yang kehilangan sayap
Tertunduk malu tak mampu menatap
Sedang kan
Kau punggawa menebar cinta
Membelai rindu di sela rongga dada
Binarmu mendiami sukma
Tak mampu kutepis meski sekejap saja
Hadirmu membawa ambigu
Pesona mu begitu membelenggu
Mengikat sayap ku
Hingga tak mampu terbang jauh
Senja mulai meredup
Alam merepih malam
berselimut kabut kelam
Wajahku melemah
Bercermin haus dahaga
Meremang gulana
Menatap reruntuhan dalam jiwa
Melintasi dimensi di sudut hati paling iba
Mencabuti duri duri
Tertancap di dinding prasasti
Bayang mu bermain di ruang halusinasi
Memecah sunyi di tembikarmu yang asri
Aku bukanlah bidadari berjubah jumawa
Yang memalingkan wajah
Tinggalkan jejak jejak resah..
Aku sang sahaya
Menganyam sepi menanti waktu yang tersisa

Untukmu
Sang penghuni sukma
Lukiskan lah bianglala
Di jumantara hampa
Bekunya sebuah jiwa

By Ayu Ashari
2702019



CERITA CINTA DI ATAS BERANDA

Kala lembayung ronakan cahaya jingga
Menyemburat indah ke balik kaca jendela
Pancaran sinar surya
Manyelinap di rimbun pepohonan tak bersela
Menembus kabut embun yang mulai turun kehamparan kebun
Dingin menyentuh ..hangat menjadi jelmaannya
Di beranda samping kita duduk bersanding
Menikmati kopi secangkir
Dan
Bakwan jagung sepiring
Dengan rasa cinta aku sajikan
Banyak hal yang kita diskusikan
Tentang kesejahteraan para pekerja
Aspirasi warga
Kigiatan pemuda
Tumbuh kembang balita
Meningkatkan ekonomi para keluarga
Berkeliling ronda jaga desa
Bahkan mendamaikan perselisihan yang ada
Seperti tak kenal lelah kau berfikir dan bekerja
Sesekali aku menangkap semburat letih di sudut netra
Aku melihat lesu di rona rupa
Kadang kala tak mampu kau sembunyikan dari ku
Sesungguhnya aku mengkhawatirkan mu
Bagaimana jika kau terlalu lelah
Terkapar tak berdaya
Tetapi ketika ku ungkapkan apa yang tertangkap oleh mata
Dengan lembut kau berkata
Bahwa mataku salah
Bahwa tidak terjadi apa apa
Bagaimana bisa salah
Sedang matamu adalah mataku
aku masih berusaha membantah
Dan kau mengecup keningku
Berbisik lembut di telingaku
"Jangan khawatir bunda..ayah baik baik saja..bukankah bunda yang merawat ayah. Bukankah bunda senantiasa memijat pundak ayah kala lelah menjarah.."
aku mengangguk iya
Meski Resah kian mendera
Kaulah ksatria
semangat abdi mu membara di jiwa
Tak redup di telan prahara
Tak luntur termakan kendala
Tak terhalang oleh cuaca
Kau pengayom rakyat jelata
Bakti luhurmu tak pandang harta
Tak bertajuk angkat angka
kejujuran..keadilan kau junjung tinggi
Bekerja tanpa pamrih
Tak mengenal korupsi
Kaulah pejuang pemberani
tak takut mendobrak tirani
Tak gentar hadapi tajam nya belati
Tegas lugas tanpa basa basi
Kau penyejuk nurani
suami dan bapak sejati
Imam yang teguh berpedoman pada titah illahi robbi
Tak pergunakan tangan besi
Tak mengejar ambisi
laku mu lembut penuh cinta kasih
kaulah paruhan jiwa
pelipur lara pembawa bahagia
kaulah penghuni ruang sukma
Kau nyalakan api cinta di seluruh penjuru graha
damai terhantar nyaman bersandar
Cinta adalah kau..kau adalah cinta
kau aurora bagi keluarga
Penyebar cahaya penghapus gulita
kharismamu sungguh mempesona
Sikapmu bersahaja panutan bagi semua
mendampingi mu aku bangga
Mengikuti setiap detik perjalananmu adalah inginku
Senja mulai berlalu
terdengar suara suara penyeru
ke perigi kita menuju
suci kan tubuh dengan wudhhu
bentang sajadah menghadap kiblat
Angkat takbir tunaikan sholat
memohon ke ampunan mencari rahmat
dari atas beranda
kita nikmati hangatnya sinar mentari pagi
Mendengar kicau burung merdu bernyanyi
Mengamati petani menggarap tanah
Memantau tanaman yang mulai berbuah
Di Atas beranda
Kau peluk aku mesra..
Menyalurkan segala rasa yang kita punya
ungkap kan janji saling setia
Menghantar buah cinta
Ke jenjang dewasa
Hingga sampai tiba di suatu masa
Mereka melepas diri membangun sebuah istana.
Dan bila waktu kita telah tiba
Kembali kepada Nya
Semoga kita kan berjumpa
Melanjutkan cinta di taman surga

By Ayu Ashari
2402019



PUAN
( a spirit for the women who are oppressed..retarded..and desperate /sebuah spirit bagi wanita yang terbelakang...tertindas dan putus asa)

Puan..
Ada apa dengan dirimu
Aku melihat kaca kaca di bening netramu
Kemanakah hilangnya ketegaran mu
Akan kah kau biarkan prahara mencabik cabik kekokohan mu
Puan...
pungutilah air matamu dengan senyum di bibir mempesona
Balutlah luka dengan gelak tawa
Sekalah peluh dengan cadar emas
Puan..
Lepaskanlah lelah di balik tirai penutup wajah
Tamengilah nestapa dengan canda ceria
Tak perlu kau perlihatkan rona sendu pada mereka
Puan...
Mengapa air mata selalu ada di pipimu
Bukankah air mata tidak mampu mengoyak tirani yang ada
Cobalah singkirkan sejenak angan mu
Bangunlah puan
Dari tidur panjang
Kutipilah asa yang masih tersisa
Puan...
Tuhan pun tau hidup ini sangat berat
Tapi takdirpun tak mungkin selalu sama
Esok kan masih ada
Bangun lah puan..
Jangan biarkan dirimu tenggelam
Di dasar telaga ketidak berdayaan
Jangan biarkan dirimu terlindas ketidak adilan..
Keangkuhan dan keserakahan
Tergilas peradapan zaman
Dobraklah dobraklah kepapaan puan
Tunjukkan pada mereka bahwa kau adalah sebuah jiwa
Bukan boneka yang menjadi permainan mereka..
Katakan pada dunia.
Bahwa kau ada
Dan
Teriakkan pada mereka
Kau bukanlah wanita sisa sisa

By Ayu Ashari
2402019



SENJA

Rinai menggelar basah nya di ujung senja
Lembabkan rupa bumi tebar kan debu di aromanya
Mengikis gerah di siang hari
Senja...
Masih terjeda di hamparan jelaga
Mengalung kabut tak tertembus cahaya..
Meski lembayung bersahaja mencoba menghampiri
Senja nan muram
Tak menggeming dari duduk kan nya kelam
Tak terbayang olehnya akan indah nya wajah rembulan mengisi malam..
Atau gemintang berpendaran..
Eloknya seakan tertutup awan
Me napa diri di balik kesunyian suci..
Tak meratapi birunya langit yang telah pergi..
Senja..
tak pernah jemu
Bergulir ikuti lorong waktu..
Punguti titik hujan satu persatu
Tak perduli suara lenguhan langit
Atau kilat saling berkejaran
Senja diam
bangkitlah...nanti kan purnama memancarkan cahayanya di bumi mu
Jika pun purnama tak bersinar
Masih ada kunang kunang yang menemani malam malam mu..

By Ayu Ashari
2402019



DI BAWAH POHON KAMBOJA

Di bawah pohon kamboja
Angin berhembus perlahan
Sejuk menyentuh ari rupa
Masih terjaga diguliran memoar samar
Di antara gala yang masih menyandar
Meremang bias cahaya rembulan
Menyelinap dari balik dedauanan
Mencabik hasrat di bekunya jiwa
Tanpa rona melarik syair ritme seloka
Menepis angan segala kemungkinan
Diam diluruhnya hati merambat sunyi
Mempesona kan takdir tertulis di diri
Menampik datangnya bayang menggoda
Pada sebuah kesetiaan yang masih terjaga
Sampai kapanpun kuharus bertahan
Mengebas jelaga berkalang di rongga dada
Sibak kan debu satu demi satu
Menghalau cemburu berteriak di kalbu
hingga mata tak lagi terbuka
Terbungkam suara di lelap tidurnya
Merajut nyata sejumput asa yang terbina
Luluh di renta tubuh
Di tatihan langkah dipinggang mengilu
Memunajatkan cinta pada kelopak atma
Liuk meliuk bayu menerpa
Di tepi taman mekar kamboja
Sekuntum gugur menyentuh mayang
Sadarkan ku dari lamunan menerawang
Ku pungut dan keselipkan di balik telinga
Terdengar lirih bisikanmu
Diantara bayang bayang kelabu
Yang kini tersimpan dan tak mau Berlalu
tak mungkin ku miliki
Cinta seperti ini lagi
jangan dengarkan mereka yang tak ingin kita menyatu
Yakinkan aku milikmu
Coba dengarkanlah sumpah ku
Dari hati
Aku cinta kamu
jangan biar kan aku kehilangan diri mu
Di bawah pohon Kamboja.
Di remangnya cahaya bulan
Kita mengukir janji setia

kolaborasi Ayu Ashari & Sylsta Irianto
2102019



SAMUDRA HATI


Di tengah laut lepas
Kecemasan pergi dari pantai
Untuk menuju lorong lorong pelangi
Agar kita berdua dapat menikmati riak gelombang di tepi pantai
Menghapus jejak jejak sisa perjalanan
Tak ada tempat untuk membaringkan hati ku
Kecuali wajah mu yang tenang
Di antara burung burung camar yang bernyanyi di atas gelombang
Maka bukalah pintu rumah mu agar aku kelak dapat singgah di sana
Sebagai karang yang abadi
Mendiami samudra hatimu
Melawan badai
Memecah buih...
Menahan gelombang
Aku kan terus bertahan
Di teduhnya lautmu
Di birunya samudramu
Di indahnya biota mu...
Hingga tak ada lagi riak pembawa onak
Izinkan aku bernaung di palung terdalam kalbu mu
Berpayung jumantara berpanorama awan putih lukisan bidadari syurgawi
Bagai berada di istana mayapada
Kitalah sang dewa dewi..

Puisi ini di tulis bersama
Ayu Ashari dan Edy Samudra Kertagama
2002019



Sayap sayap beku

Terjaga di lorong malam
Hening nya diam
Mengeja bait bait perjalanan
Mencari bayang keabadian
silih berganti berubah rupa
Meraba satu demi satu kelebat kepak sayapnya
Menyambar rona
diremang cahaya bulan..
Dan aku
Tersesat di alur yang ku puisi kan
Bulir bulir ragu menyesap di khayal yang tertinggal
Menyentuh perih mengentas harapan
Begitu rumit memahami hati
Terlindas kepekaan di ruang labirin
Mencoba memilah keinginan dan kenyataan
Mementahkan propaganda hasrat kesetiaan
Bersabarlah sejenak
Beri aku jeda waktu
Agar aku mampu mencerna makna keabadian
Berdiamlah di rongga dadaku
Hingga aku mampu tentukan arahku
Nyalakan pelita mu
Setitik cahayanya kan membimbing langkah ku
Melepas belenggu ketakutan masa lalu..
Mengejawantahkan asa dalam rengkuh hangat mu..

By Ayu Ashari
1802019



MENITIP RINDU


Di beranda ini
Sebelum malam pergi
Aku coba menulis syair
Tentang langit jadi teduh
Dan awan membawa kembali hujannya
Menuju ke kampung halamannya
Maka pada rumput tanpa ranting
Di teduhnya pohon tanpa nama
Kita dapat bersandar di sana
Sambil memandang langit yang begaun pelangi
Kita nikmati saja indahnya warna warni
Sebelum lazuardi pancarkan jingganya
Sebelum gelap taburkan gemintang
Atau pungguk memanggil rembulan
Tetaplah bersandar pada pohon yang memberi keteduhan
Hingga malam yang berselimut kabut
Di hamparan embun menggayut diujung rumput
Teruslah rasa saling memagut
Bila pun tiba mata langit mulai mengintip
Rindukan kutitip..

Puisi di tulis oleh
Ayu Ashari dan Edy Samudra Kertagama
1802019



JANGAN PERGI


Berdiamlah sesaat lagi
Tetaplah tinggal di sini
Tak perlu pergi..
Lambaikan tanganmu hapuslah elegi
Dengarkan detak jantungku
Diantara desau bayu
Di malam malam sunyi bisu
Masih kucari bayang mu..
Menyatulah di lelap tidurku
Di alam mimpi kita kan bertemu
Mengentas ambigu
Menghapus butiran debu
Tak mengapa jika khayal mengepak
Tanpa menyecak tapak
Tak perlu ada jejak
Jikapun bahagia berada di ruang abstrak
Tanpa mampu tersibak
Biarkan saja menggelora di dada
Tanpa harus bertanya
Cintaku milik siapa
Sebab rasa hanya kita yang punya
Tak usah kita sanggah
Butir butir rindu menjadi reresah
Tinggallah barang sekejap
Agar wajahmu dapat kutatap
Tetaplah di sini
Agar sepi ku ada yang menemani..

By Ayu Ashari
Dewa Bumi Raflesia
1702019



PERTIGA MALAM

Malam begitu dingin
Hujan mengguyur tapak bumi
Daun daun menggigil di basahnya
Meringkuk di sudut ranting..
Denting ribuan titik jatuhnya
Bagai ribuan zikir alam sampai ke telinga..
Hati terbawa suasana hening bagai tak bernyawa
Ayat ayat samawi berbisik dari bilik bibir..
Syahdu mengiring titian sepertiga malam..
Bersimpuh diatas hamparan sajadah
Meningkup tangan menengadah
Butiran tita mengalir ikuti lekuk pipi membasah
Ribuan bayang masa kelam
Menari salsa di panggung pelupuk mata
Hati kian nelangsa
Masihkah tersisa masa tuk menghapus debu dosa..
Di perjalanan menyusuri belantara fana..
Aaahhk..
Harum kasturi penuhi ruang sukma
Netra nanar memandang di balik remang kamar..
Mengurai satu persatu seteru yang pernah ada
Nafas terhempas bersandar pada apa yang terpapar
Me reeplay laku diri tak seindah rangkaian kata
Dusta dan kemunafikan dunia..
Tutupi luka di gelaran tawa..
Tak ingin ada yang menyangka
Detik jam melesat tajam..
Dentingnya terdengar kejam
Menungkik hantarkan ujung usia
Hingga sangkakala diri meniup tiba kan masa..
Mata menutup di beku yang pasi
Tak mampu meronta pun menyapa
di ruang sempitnya lahat kan berada
Bergidik meremang roma melintas seleut seluet perilaku nista..
Menggegaslah diri bersujud di gerai air mata
Memohon keampuan Nya pada taubatan nasuha..
Di dingin hening kelopak pertiga malam
merajah atma hantarkan kesadaran..

By Ayu Ashari
1702019



SUDRA

Tidak seperti musim sebelumnya.Nabastala terlihat temaram binarnya tersaput mega kelam
Ngelayut deraian malam. Jiwa yang bersemayam diselaput teduh sanubari.Menyimpan beribu kata pusaka yang tersembunyi. Aku kini bagai seorang putri raja yang berdiri sendiri di pelataran sukma. Berselimut ragu tanpa prasasti.Dan kini menjadi sudra yang terhenyak mencakar cadarnya
Biasanya pada tiap bulan akan ada Rembulan yang bersinar terang. Membutakan mata mendekat pijarnya. Kelelawar bergembira mengepakkan sayapnya. Merapalkan syair kinasihan dibawah pelukan cahaya.Kali ini Harfa yang mengalun lewat dawai tak juga merepih rasa.Samsara yang mengepung.. realitas menjelma.
Tak ada lagi kata untuk setiap , maknanya seperti hal nya dirobek warastra tepat ke ulu hati. Layaknya memasang indra rungu bersebelahan dengan sanderan berpetuah
Dalam jingga surya diperjalanannya merapat pulang pada malam. Luka yang menerus terbawa pada mimpi tiap harinya
Menjadi jejak langkah berbekas darah.Rajapati sejatinya yang terjadi dalam diri.Cukup sudah persimpangan memaku tapak lekang terompah. Menjelajah ruang bejana waktu. Mengarungi putaran nasib tak menentu
Lantas....tiba..Kesederhanaan yang menemukan bentuk dari cahaya nirwana. Kepapa an hanyalah titah sewantah pada ruah ke hidupkan
Sang sudra
Termenung di bawah pohon akasia untuk sekedar melepas jelaga kepedihan. Memandangi elang yang mengembarai udara
Percikan gundah selaksa..samar perlahan lalu lenyap. Bergerak memelintasi eksistensi asmara
Melalui nawula bahagi berharap ada pahatan cinta yang akan di toreh bersama.Mengalahkan sejuta getir yang meraja jiwa.Lintang kemuskus sebagai tanda akan hadirnya bahagia.Seketika sudra menengadahkan tangan memanjat kan doa.Merintih pilu pada sang Pencipta.Memohon dengan segenap jiwa. Agar segera di satukan cintanya
yang bertasbih. Swara lembut nya menyenandung asma'ul husna menggetarkan aliran nadi memasrahkan estungkara menjadi kidung indah
Sirna sudah lekang
Pudar dengan tuntas Kabut tipis yang mencengkram hengkang dari gambaran masa depan Jingga yang menghantui gerak raga mengajari untuk waspada pada panggarhita
Genggaman jemari seakan menguat kembali untuk merengkuh kepingan lontar Menuliskan aksara satu demi satu menjadi syair
Cukuplah menjadi nestapa
Tak ada lagi hidup merekah sudra
Biarkan tetap di sana
Sampai detik raga menyapa pasti

By Ayu Ashari
0402019



Dua belaian

Malam di ujung samsara
Merayap di pelataran mimpi yang terjeda
Mengembara di singgasana cerita
Mengurai aksara pengakuan jiwa
Menandas rasa yang selama ini menjadi rahasia
Kau dan aku sama
Tak mampu memejamkan mata
Diguliran waktu yang masih tersisa
Mencari cela diantara rerona yang ada
Mengais kisi dihentakkan birama janji
Ada sendu di rimbunnya sebuah hati
Menyayat pilu di balik pintu yang telah terpatri
Merobek mencabik sebuah naluri
Menghampa di sudut paling sunyi
Lembut mengaum umpama singa di padang tandus
Suarakan cinta di betina nya yang haus
Menyambut belaian bayu di bulu bulu nya yang halus
Meremang nafas sesak mengendus
Atmosfir kian dingin
Cerita belum juga ingin berakhir
Mengupas kisah hingga titik nadir
Meski sesekali terdengar getir
Kita sama sama ingin
Menopang pundak
Di senja mega berarak
Menikmati rasa hingga kerak
Meskipun bila.. tirai bukanlah kau yang kan mengoyak
Tetap bersama hingga kelak
Lemahnya pundak tak mampu berdiri tegak

By Ayu Ashari
0703019



Kancah

Di atas kancah
Lelah merambah
Harga diri terjarah
Amarah didihkan darah
Simpan sumpah serapah agar tak muntah
Pun
Meredam dendam agar tak buncah
Kepapaan hanya punya kata salah
Sasaran telunjuk mengacung di wajah

Jerit...tangis meraung di dada
Pekikkan ketidak adilan yang melanda
Ketiadaan menjadi petaka
Kemiskinan menjadi hina

Diam terkapar di sudut ke tidak berdayaan
Menopang tubuh dalam tangisan yang tersimpan
Korban hasutan
Tak di beri kesempatan
Tuk menjelaskan keadaan
Tak ada eksepsi apa lagi pledoi pembelaan

Dunia punya mereka
Pemilik angka angka
Pemegang kuasa
Bertitah seenak nya
Menginjak harga diri semau udelnya
Lupakan saudara

Si miskin hanyalah tong sampah
Penampung gundah
Sasaran masalah
Terpuruk di sudut lemah

Si kaya angkat kepala ..pongah
Menguasai kancah
Tersenyum sumringah
Melenggang melangkah
Semoga karma tak menjamah

Tangis si miskin pecah
Pelupuk bengkak mata memerah
Tak di beri kesempatan membantah
Berusaha ikhlas meski tak salah
Lalu pasrah

BY AYU ASHARI
0602019
Medan dini hari



PADA RANUM PAGI
Oleh : Ayu Ashari


Sepasang perenjak sedang bercengkrama di dahan depan jendela kamarku
Bermain bersama Bulir-bulir embun yang masih manja memeluk
Mengajakku untuk terjaga
Membuka mata, hadapi dunia

Ada secangkir rindu yang tersuguh indah di sisi ranjangku
Rindu desah yang kita lalui sebagai penghabis waktu
Ada senyum damai terpampang dari wajahmu
Wajah kekasih pemilik hatiku

Sepagi ini, aku masih ingin memelukmu
Membelaimu
Menumpahkan sejuta rindu
Pada engkau sang pemilik setengah jiwaku

Kekasih
Pada ranum pagi, aku berjanji
Setiap detik mimpi yang kita lalui
Akan selalu kusimpan ke dalam hati

Medan, 21032019



NAK
Oleh Ayu Ashari

(Narasi malam)

Nak..
Mari kita tidur..
Kita sudahi dulu permainan kita malam ini
Ibu akan bercerita tentang kisah para nabi
Agar kelak kau mentauladani kekukuhan mereka menjalani perintah Illahi

Tapi nak..
Habiskan dulu susu dalam botolmu
Yang ibu dapatkan dari butiran peluh
Jangan sisakan setetes pun
Sebab di luar sana masih banyak bocah yang tak seberuntung kamu
Dan bersyukurlah pada Sang Penentu atas rezeki yang kita dapat hari ini.

Nak..
Malam kian larut,
Mari kita jeda segala kalut
Lelaplah dalam dekapan ibu
Dengarkan ritme jantungku
Yang dalam setiap detaknya berisi ribuan doa untuk mu

Nak..
Tidurlah beriring lantunan sholawat yang ibu dendangkan untukmu
Meleburlah dalam desah hangat nafas ibu
Berbantallah pada lengan ibu
Agar ibu dapat memandangi wajahmu

Nak..
Kamu adalah malaikat kecil ku
Anugrah termewah yang di beri Allah pada ibu
Hadirmu adalah buah dari cinta tulus ibu
Belahan jiwa ibu
Permata hati yang menjadi penyemangat dalam hidup ibu
Kan ibu jaga kamu hingga batas waktu.

Medan, 1903019



----------------------
Puisi malam
----------------------
KUTANAM CINTA PADAMU

Cintaku,
mari kita dayung perahu
ke tengah danau
sambil kita pandangi bulan
yang sesaat lagi akan purnama
agar usiamu yang ke kesekian puluh ini
jadi kenangan musim semi
dan lahirmu pun segalanya
akan kembali biru seperti pagi.

Medan, 1803019




----------------------------
Puisi siang
----------------------------

LANGIT IBU KOTA BERTABURAN MIMPI
Oleh Ayu Ashari & Edy samudra kertagama


Hari hujan,
angin bertiup
dengan kencangnya,
ia tidur di huma ladang
di pinggir kota,
ia kedinginan dan lapar,
di luar amat gelapnya,
matanya selalu berkaca-kaca,
pikirannya selalu pada rumah
yang ditinggalkannya.

Malam hari ia merasa kesepian,
ia tidur di atas kursi panjang
dalam ruangan sebuah stasiun
ia selalu teringat akan kebun lada dan kopi
yang setiap pagi harus merambati
rumput-rumput yang mulai tinggi
ia pun selalu teringat akan seorang gadis ayu, yang di cintainya.

Siang ibu kota betapa panasnya
dan malam hari tak tahan gigitan nyamuknya
“ke pada siapa ia hendak bertanya”?
sedang sembahyang nya adalah
sembahyang habisan-habisan
sembahyang penyerahan diri ke pada Tuhan.

Pada suatu sore
ia lihat selintas wajah seorang perempuan
yang mempesona hatinya
mirip seorang perempuan yang selama ini di cintai.
tapi rimba Jakarta dengan cepat menelan lamunannya
untuk perempuan yang mempesona hatinya.

Menjelang tidur ia kenang wajah perempuan itu
dengan kerinduan penuh dan kesepian,
meski kerinduan untuk menjemput kekasihnya
di kampung halaman selalu ada.

Ah, langit ibu kota bertaburan mimpi
setiap hari, ia sendiri
berlarian dengan seribu puisi.

Medan , Lampung 18/03/2019.



BULAN PUN DIAM
Karya : Ayu Ashari


Di kebun lada
hujan menerjang
dengan nekadnya
dan aku menggigil
putus asa. Sementara
gentar belum ada,
di manakah engkau?
Ketika aku ada
dalam larikmu.
Aku coba meraba wajahmu :
dalam pesona panin lada
sedang seekor kenari
tak kunjung mengerti
selalu saja menggoda
sekalipun ia sendiri
merasa kesepian
saat angin mengugurkan
daun-daunan
Lalu semua sepi, bulan pun
diam dalam rumahnya.

Medan,17/03/2019



RINDU SERIBU PURNAMA
Oleh Ayu Ashari


Beri aku ranah tanpa pagar
luas tanpa kata,
beri aku laut yang gemuruh
agar rindu seribu Ayu
dapat terbit di puncak-puncak bukit
atau di halaman-halaman
yang di tumbuhi rumput hijau.
Seperti yang kukatakan :
langit yang bagai kain tenunan tangan itu,
selalu menjalin kasih di antara
cahaya purnama dan pelayaran panjang
yang nanti tak bisa terjamah
oleh ombak dan panas matahari
Sungguh, sungai dan laut
kini melagukan bulan
yang kerap muncul sempurna
di atas pasir pantai dan gelombang.
kemudian angin,
yang ikut menggugurkan daun-daun
kini telah jadi sebuah perahu
yang hendak kita dayung, lalu belayar
hingga sampai pagi yang cerah
bersama burung-burung berikicau
yang hinggap di atas layar terkembang
Oh, kupeluk sinar bulan
tubuh pun kedinginan
kelak di depan cahaya berkilau
akan segera kukirim seikat mahar buat mu
bersama irama kinanti
yang kerap kunyanyikan
saat aku menulis seratus puisi cinta buatmu

Medan, 17/03/2019



PEMETIK SYAIR
Oleh : Ayu Ashari


Saat kudengar alunan syair Candle In The Wind, aku sering bertanya tentang keajaiban cinta
dan air mata yang sering jatuh di wajahmu.
Apakah aku meski bungkam raungan
yang sering aku tak pahami ini?
sementara engkau selalu berdiri di samping jendela
dan bertanya tentang misteri pada
orang-orang yang lewat.
Gerimis lembut telah usai,
debu-debu bersemedi malam hari,
sedang engkau tak tebang pilih, berpanas hujan
untuk segera menyelesaikan perjalanan cinta
yang telah di warisi dari Adam.
Engkau adalah kekasih,
Teman dari kesenyapan air mata
Kapan kita melepas rindu berlarian memetik bunga bunga di taman untuk melengkapi syair syair mu.
Aku melihat matamu pesona itu selalu ada.
Dan aku selalu rawan tertawan.

Medan, 1603019



PEMETIK SYAIR (2)
Oleh Ayu Ashari bersama Edy Samudra Kertagama


Pemetik syair
Engkau duduk di kursi gading,
tatapanmu pantai di terpa gelombang,
senja berlari di laut tandus
lebah mendengung mabuk madu
dalam dirimu berderak rindu.

Ini adalah tegukan pertama
dari bait puisimu atau bab terakhir
dari novelmu yang penuh bintang
lalu jatuh lembut, di atas jari-jari
tanganmu.
Pemetik Syair
pengasinganmu jadi helaan nafas,
telapak tanganmu wangi bau lili
dan kapan kita dapat bertemu
di dermaga yang kita buat waktu itu
Pemetik sayir
engkau adalah kekasih,
teman dari kesenyapan air mata
kapan kita melepas rindu sambil berlarian
memetik bunga-bunga di taman
untuk melengkapi sayir-sayirmu malam ini

Medan, 2019



Mendayung perahu
Oleh A A & ESK


Kekasih..
kubacakan semua legenda ke padamu,
agar waktu yang begitu cepat berputar dapat kita rengkuh dan kita arungi bersama menuju pulau peradauan.
Kekasihku,
engkau adalah bait-bait puisi dalam darahku,
tunggulah waktu kita akan bertemu, dan jangan engkau sulam perih di tanah Melayu.
Kekasihku,
jangan indahkan hujan dan panas, yang menyampaikan ragam cerita.Mari kita kayuh bersama perahu yang telah kita rakit,
Lalu kita halau tamparan angin yang acapkali memporak porandakan.
Kekasih,
jaga lah ke seimbangan tiang layar perahu kecil kita,
agar ombak tak mudah mengkaramkan ke dasar samudra.
Berdirilah di anjungan sebagai nakhoda dan aku akan berada di buritan yang kan mengendalikan.
Lepaskan pandanganmu agar kau melihat jika ada karang yang menghadang
Kekasih,
Istiqomahlah pada apa yang telah kita cita citakan.
Tawaduhlah hingga kita mencapai pantai yang menjadi tujuan.

Medan. 1603019



#ANTOLOGI KKS-4

Beri aku waktu
Oleh Ayu Ashari


Bagaimana caraku mengungkapkan rasa yang bersarang di dada.
Sedang kau hanya hening dalam diam.
Sunyi..sepi..kehampaan mensenggamai diri.
Atma seolah kehilangan sejatinya,
memandang ke cerminpun bias memburam.

Ku coba mengeja kembali bait bait syair perjalanan yang telah ku tuliskan tentang dia, aku dan kamu
Mencari bayang keabadaian silih berganti berubah rupa
Meraba satu demi satu kelebat kepak sayap saling menyambar, dirona remang cahaya rembulan.

Lalu,
Aku tersesat di alur yang ku puisi kan
Bulir bulir keraguan menelisik di khayal yang tertinggal
Menyentuh perih tuk mengentas hasrat dan harapan
Begitu rumit memahami hati tergilas kepekaan di ruang labirin
Mencoba memilah keinginan dan kenyataan, mematahkan propaganda hasrat kesetiaan

Bersabarlah sejenak
Beri aku jeda waktu
Agar aku mampu mencerna makna keabadianmu
Berdiamlah di rongga dadaku, sebagai pendulum pemandu dalam pencarianku
Hingga dapat ku tentukan jalan mana yang harus ku tuju.
Jangan..., jangan kau padamkan pelita kasihmu, sebab setitik cahayanya kan membimbing langkah ku, agar aku mampu melepas belenggu ketakutan di masa lalu.

Beri aku sedikit waktu
Untuk mengurai satu demi satu benang kusut yang membelit prasangkaku, sampai aku menemukan ujungnya dan kurentangkan benang itu.

Beri aku sedikiiit lagi waktu
Agar aku mampu menafsir setiap gerak tubuh yang kau isyaratkan pada ku, dan memunajahkan cinta, yang telah kau risalahkan untukku

Beri aku waktu
Agar aku terbiasa hidup bersamamu,
mengejawantahkan asa dalam rengkuh hangat peluk kasihmu.
Walau hening malam jadi catatan sekilas untuk kita.

Medan, 1403019



MENUJU MAHLIGAI
Oleh Edy samudra kertagama & Ayu Ashari


Seorang kekasih sejati telah memelukku
dan membabtiskan cintanya padaku.
hingga semua luka jadi altar suci.
dan apakah malam-malams seperti ini
engkau sedang membaca syair cinta
yang kukirim buatmu, agar esok
kita berdua dapat membuka gerbang bersama
harum bunga kesturi yang kau bawa buatku.
Ah, kekasihku, tersenyumlah,
dan lihatlah cahaya purnama di atas cemara,
selalu melambaikan daunnya
untuk kita menuju peraduan
yang ditutupi tirai merah jambu.
Tempat kita melepaskan rindu dendam yang selama ini terpendam. Bersama kita kan berlayar di samudra asmaradana.
Hingga kita melupakan akan luka yang pernah ada.
Biarkan dunia serasa milik kita, bukanlah ego adanya hanya gelora yang tak terbendung jua.
Syair mu merayu mendayu tak mampu ku tepis rasa itu.
Bergejolak meronta menyesakkan dada.
Percikan tirta kasihmu menyejukkan sukma yang tengah dahaga.
Dekap erat selaksa pesona yang mencumbu pucuk cinta.
Biarkan mengendap hingga tiba tiada rasa mengaliri tubuh kita.

Medan, Lampung 1303019



#ANTALOGI KKS-1
Mengetuk gerbang langit rinduku
Oleh Ayu Ashari


Aku coba ketuk gerbang langit dengan rindu agar kelak dapat sampai kepraduan bersamamu, lepaslah segala kesumat, dan mari kita tanam benih di setiap jengkal hujan yang turun. dan nanti jika waktunya tiba, kita akan memaninnya bersama doa yang kita panjatkan untuk Nya.
Kasih, ayo, kita hiasi gerbang langit dengan juntaian kelambu merdu, dan mari kita lupakan segala perih yang kita punya.
Melukis dinding langit disisa waktu yang masih ada, bersama kita menata kembali taman jannah yang sempat porak poranda di terpa badai kehidupan, tak perlu ada lagi sedu sedan, biarkan tersublim bersama datangnya mentari yang menyinari kelambu kasih kita, di atas altar suci kita telah berjanji, mengarungi hari seiya sekata, sehidup semati.

Medan, 1303019



#ANTALOGI KKS-2
PAGI DAN SENJA
Oleh Ayu Ashari


Baru kutahu
jika dalam catatan
yang kau tulis itu
adalah puncak pencahnya merapi
sementara hiruk pikuk tangis bayi
dari tahun-ketahun yang kau susui
kini telah berlari. bahkan kini
ia dapat menterjemahkan
nyanyian syahdu
yang selalu kau dendangkan
sambil menanak nasi
dan meminum segelas kopi
yang kudapat dari perjalanan malam.
Ah, kini kupercaya
jika buku yang kau baca itu
kini telah jadi lautan perih
hingga engkau melepas
semua kekudusan Tuhan
yang dulu pernah kau tanamkan
pada denyut jantung bayimu
setiap kali aku hendak pergi
memanin buah
dari senja hingga pagi hari

Medan, 1303019



#ANTOLOGI KKS-3
Kenangan yang karam
Oleh Ayu Ashari


Kuraba malam, gelapnya kian gulita.Setitik sisa cahaya pelita yang kupunyapun hampir sirna
Kemana lagi kan ku seret langkah
dalam gontai yang tak terarah.

Ku ingat dibawah sana
ada sebuah huma di tengah sawah tempat aku duduk merenung di kala hati dilanda gundah
Melebur diri bersama jengkrik yang bercanda,
katak berlompatan gembira,
kelap kelip kunang kunang bersinar ceria.

Bayu yang berhembus menerpa rerimbun batang padi,
melahirkan nada sendu membawa segala ikhwal terbang tinggi. Menembus kelam menjeda mimpi. Menari di panggung angan menghapus elegi

Sementara percikan dahaga yang menyelinap, tiba-tiba hilang tak berpamitan kepada ku yang diam di tepi pematang.
Biarlah segalanya tetap ada, lalu menjadi catatan, dimana semua telah diabaikan dan jadi potret kenangan.

Medan, 1303019



SUARA HATI

Seka lah air yang mengalir dari retina mu puan
Jangan biarkan pipi mu basah oleh nya
Jangan biarkan netra mu tertutup kabut genangannya

Dimana senyum manis mu puan
Nyanyian riang yang selalu kau dendangkan
Atau canda yang menyenangkan..

Pandanglah kedepan puan
Melangkah lah tetap di jalan terang
Jangan....jangan..berpaling ke jalan kegelapan..

Hardiklah puan..
Hardik semua pesona semu yang kembali menghampiri mu..
Tutup telingamu agar tak kau dengar bujuk rayunya..
Tutuplah mata mu agar tak kau lihat pesonanya..
Teguhlah di jalan hijrahmu..
Cahaya Nya kan menerangi hidupmu..

Cobalah...cobahlah sejenak singkirkan lara mu puan..
Esok kan masih ada ..



Rembulan kau di mana
Oleh Ayu Ashari


Aku memandangi langit disisa rinai hujan
Meski aroma debu masih terasa menusuk indra penciuman,
Namun tak ada lagi lukisan awan yang tampak di pelataran angkasa malam
Kulihat bintang berpendaran
Kilaunya nya bak ribuan intan yang berjuntai
Panorama mayapada sungguh menawan
Seperti hatiku yang kini tengah tertawan
Pada rembulan yang mengeja rayuan
Di bait bait syair kehidupan
Tetapi di manakah ia kini
Sinarnya tak terlihat menerangi
Mengapa wajahnya tak turut menghiasi jumantara yang tengah berseri
Ku cari di balik dedauanan,
Cahayanya tak jua ketemukan
Atau kah awan telah membawanya pergi ke kejauhan
Duhk..
Suasana menjadi sungguh lengang
Keceriaan seketika menghilang
Kehidupan malam terasa timpang
Pungguk merunduk di atas dahan lapuk
Menanggung rindu duduk meringkuk

Medan, 1103019



PELABUHAN
oleh Ayu Ashari


Tuan..
Bertajuk rindu yang menggebu
Kurangkai syair menjadi lagu
Kudendangkan beriring jemari menari diatas tust piano ku
Penuh syahdu mendayu
Mengalun tembang milikku
Adakah getarnya sampai kepadamu
Hingga kau menyadari
Betapa aku menginginkan mu
Berlayar di samudra cintaku
Tuan..
Telah ku buka pintu dermagaku
Turunkan lah sauhmu
Tambatkan tambang di tonggak kayu
Gulunglah layar bidukmu
Lalu, berlabuh lah di pelabuhan rindu
Kita nikmati aroma air laut
Suara debur ombak atau jerit camar memecah keheningan malam.
Tuan..
Di keindahan pantai kita nikmati sejuknya belaian angin
Tarian nyiur yang melambai
Di bawah keemasan sinar mentari yang kan tenggelam.
Dan
Kita nikmati malam dalam dekapan yang tak terlepaskan
Hingga fajar menjelang senyum kita masih mengembang

1103019



GETIR
( SEBUAH PROSA)


Angin musim kali ini lebih kencang dari musim lalu. Udara siang yang terik menambah rasa dingin di malamnya.
Aku masih duduk diam di tepi pelataran. Memandang mawar dan melati yang bermekaran, menebarkan semerbak harum bunga setaman, belum lagi sedap malam yang anggun berdiri di ujung kolam

Termangu, menanti, entah siapa yang di nanti. Angin semakin dingin berhembus, membelai wajahku menusuk pori.
Jantung berdegup di ritme yang tak menentu. Resah dan gelisah menyesak ruang dada. Kehampaan menyeruak tanpa nyana.
Entah apa yang merasuki fikiran ku.Aku juga tidak mengerti, adanya selaksa rasa takut tiba tiba menggetar kan kalbu.
Aku berusaha menghalau, tapi bayangan bayangan suram itu kian menghantui.
Petaka apa lagi yang akan terjadi ? Tidak cukupkah apa yang kini ku alami ?
Terpuruk di sudut sunyi, di kepedihan yang tak terperi.

Haaaahhh!
Ku coba menghela nafas, tuk mengurangi beban yang menggantung di sudut atma
Sia ..sia !
Lantas apa, dan bagaimana caraku,
agar kegelisahan ini berlalu.
Entahlah.
Aku juga tak tau bagaimana.
Angan kian melayang jauh menembus nabastala kelam. Meski tak bermega tapi juga tiada gemintang.
Semburat kehangatan mengaliri tubuh ku. Sebuah pelukan dari belakang mengagetkanku. Menyadarkanku dari lamunan.
" Masuklah bunda malam telah larut.
Udara berselimut kabut. Gigil menggetarkan sendi lutut. Diluar banyak angin bun. Mari kita wudu dan sujud. Sejadah telah terbentang bunda. Kita pasrah kan semua KepadaNya. Percayalah, seperti tak ada badai yang tak berlalu, begitupula tak ada derita yang tak berakhir. Bukankah di balik sebuah peristiwa ada hikma yang tersembunyi ? Lepaskanlah bunda semua beban yang ada. Biarkan mereka kini tertawa di rasa derita kita. Sebab masih ada mentari yang kan menyinari bumi. Masih ada Lazuardi yang kan bersinar di senja hari. Mari kita zikir hilangkan segala getir. Bersama kita angkat takbir"

Aku memandang wajah tampan anak ku yang mendekapku, jari jarinya menghapus setiap titik air mata yang mengalir di pipi tirusku. Dia memapahku bangkit, menuntunku meninggalkan beranda. Mengunci pintu. Kemudian berwudu.
Dalam khusuk bersujud. Memohon ampun dan petunjuk.
Sebab Dia lah yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Yang Maha Bijaksana penguasa jagat raya.
Penentu takdir manusia.
Ada damai yang menyelinap di seluruh ruang sukma. Ada ketenangan yang mengaliri aliran darah..menyusup jantung, meruang di keteduhan jiwa.

"Bunda..! Mari kita tidur. semoga ketika esok kita terbangun, masalah kan terurai satu demi satu. Jangan khawatir bunda, abang ada bersama bunda, menemani hingga bunda kan terjaga. Lelaplah dalam tidurmu bundaku. Kan kita sambut mentari pagi yang bersinar cerah secerah asa yang masih kita punya"

Penulis.Ayu Ashari
1103019



HARI KEMBALI


Ku ikuti jejak kaki malam
Di lorong lorong kesepian
Diam tak bertepian
Mengeja bait yang telah kupuisikan
Tafakur dikelambu kegelapan
Menghitung detik tak berdiksi
Memecah sunyi jari bertasbih
Aku ringkih di keimanan yang fakir
Ruh bersemedi di denyut nadi
Ingat kan ku akan hari kembali

OLEH AYU ASHARI



-------------------------------------------

you're the soul in my life..the life in my soul
🌻kau jiwa dalam hidupku..hidup dalam jiwaku🌻




SAJAK SEORANG ANAK BUAT IBU NYA
Buat Ibu ku Ayu Ashari
Karya : Daffa & Ayu Ashari

Ibu, jika kelak aku dewasa nanti,
jangan engkau putar kembali waktu
untuk mengingat-ingat getirmu,
berdirilah, arahkan matamu,
tembuslah, dan jelajalahh segala ikhwal
bersama doa dan sujud,
agar segala dendam lepas
terbawa ombak samudra
Ibu,, jika kelak aku dewasa nanti,
di celah-celah sungai mengalir,
atau hujan yang turun di tengah malam,
tolong ibu bacakan syair
yang telah Ia buat untukku, agar
aku selalu mengenang apa-apa saja
di dalamnya.
Ibu, biarlah, kita tunggu sampai kapan,
rumah dan kampung halaman ini,
jangan kita tinggalkan,
karena akan membawa perih dan luka kita,
sementara di depan kita sedang menunggu
jarak-jarak yang harus kita tempuh.
Ibu, sajak adalah kenangan
semasa aku masih muda,
jadi jagalah ia buat ku selalu,
Ibu, senyumlah,
engkau adalah puisi bagiku,
engkau adalah titik, koma dalam jantungku,
jadi mari kita lautkan doa
di atas bentangan sajadah
agar kelak kita dapat bertemu di pintu surga.

karya kolab Daffa dan Ayu Ashari
2019



--------------------------
Karya Ayu Ashari
--------------------------

SAJAK SEORANG IBU KE PADA ANAK NYA
--kepada Daffa

di samping tempat tidur anakku
kubisikkan kasih sayangku
seorang diri dalam sholat malam
ia tertidur polos dan damai.
kuciumi bibir mungil ujung jari-jari nya
dan kuikuti gelombang nafas nya oleh cinta semata.
kukerjakan ruku ‘dengan tunduk dan rukuk‘
kucintai Tuhan dan anakku.
dan ketika kuhadapkan wajahku ke padaNya
kulihat abadi dalam perjalanan sepintas
melaui sholat yang kukerjakan sesaat itu.
Nak, jagalah ibumu,
seperti engkau menjaga Tuhanmu.

2019



Sepasang sayap merpati

Mega yang mengarak..
Mengoyak wajah rembulan
Cahayanya temaram mengintip di sela dedaunan
Aku melihat wajahmu beriak
Tita mengambang di pelupuk netra
Ceriamu hilang seketika
Kidungmu lagu kan tembang sendu
Tanpa suara namun sampai ke telinga ku
Aku terpana..sesal menyesak
Rasa bersalah meruang di palung sukma
Bathin menatap ada patahan hati yang terpahat
Aku tau tak mudah untuk kita
Mengatur madah sedemikian rupa agar menjadi prosa
Tentang cinta yang harus tetap terjaga
Bersembunyi di balik kelambu rindu
Menyelinap diantara dua jendela jiwa
Tersandung pada indahnya getar cemburu
Ahhk...
Aku tak kuasa menahan Agni asmara
Yang telah lama tersimpan namun terlambat tibanya
Mengapa ia nya mengusik setia ku
Memecah guci cinta suci yang lebih dulu menghiasi peti janji
Kau ingin pergi..
Tapi aku tak ingin kau pergi
Tetaplah disini menemani
Hingga waktunya kan tiba
Wajahmu kian sendu tersudut pilu
Duhk Gusti..
Seandainya ke dua tanganku dapat bertrasformasi
Menjadi dua sayap merpati
Aku kan terbang tinggi
Mengarungi hamparan pelangi
Melintasi gugusan rasi
Aku kan berada di sisi mu
Mengahapus air matamu
Membalut lukamu
Memberi kehangatan dalam rengkuh pelukku
Agar damai mengisi ruang bathin mu
Dan kan ku bisikkan ke telinga mu
Bahwa aku pun sangat mencintai mu
Dan bila
Kau tak ingin aku lebih lama lagi
tinggal bersama mu
Aku kan mengepakkan sayapku
Kembali ke peraduanku
Sayang
Jangan menangisi apa yang telah kita sepakati
Biarkan saja semua mengalir bagai mata air
Dan kita nikmati setiap percikan sejuknya

By ayu Ashari
0803019



IZINKAN AKU MENCINTAIMU
Oleh : Ayu Azhari


Banyak malam telah kulalui
Tanpa mimpi
Sepi
Berkelung lara hati
Berselimutkan embun pagi
Hanya berharap pada hangat mentari

Tapi malam tadi
Betapa indah kurasa suasana hati
Sejak hadirmu memeluk hati ini
Hangatkan diri dengan senyum dan tawa bahagia tak terperi
Bahkan rembulan cemburu pada kita yang sedang bersembunyi
Dan langit malampun menumpahkan bulir-bulir iringi rasa ini

Ohh kekasihku
Izinkan aku mencintaimu
Dengan segala ketulusanku
Dengan segala rasaku
Dekap dan rengkuhlah ragaku
Lalu letakkan di antara jantung dan hatimu
Aku sungguh mencintaimu

Medan, 21-03-2019



NYANYIAN RINDU
OLEH Ayu Ashari


Kasih
Usai gerhana nanti,
Kan ku pinjamkan kau kecapi
Mainkanlah nada nada indah dengan jari jarimu lentik menari
kemudian aku akan bernyanyi
tentang sekuntum bunga
yang selalu kau dekap di dadamu.
Kekasih, sebelum kantuk memeluk
Bukalah dulu pintu dan jendela
Biarkan sejuk nya embun menyapa sukma
Agar cuaca termanis malam ini
Menjadi memori meleburnya rasa yang kita miliki
Tanpa basa basi pun penipuan diri
Binaran mata adalah bukti bahwa bahagia tengah menyelimuti
Genggaman tangan kita adalah simbol bahwa kita tak ingin terpisah lagi
Kekasih
Izin kan aku berbaring di dadamu
Agar kudengar detak jantungmu lagu kan rindu
Desah nafasmu adalah syair pujian untuk ku
Hangat menggelora di relung kalbu
Kekasih
Teruslah bernyanyi hingga aku terlelap
Dan esok kita petik bersama buah dari benih yang engkau semai di ladang ku
Lantunkan azan di telinganya tanda cintamu.

Medan, 2503019



Semoga
Oleh Ayu Ashari


Malam ngelayut di renda kelam
Tiada bintang atau pun rembulan
Mereka seakan hengkang sembunyi di balik awan
Sepinya hening..diam tak bergeming
Ku coba membungkus tangis dengan kertas senyum teramat manis
betapa hatiku kini sedang miris
Dalam resah yang merujuk gelisah

Ku takut kehilangan kamu
Sebab ku sayang kamu
Sebab ku kasihi kamu
Sebab ku tak rela tak selalu bersama
Ku rapuh tanpa kamu seperti kehilangan arah

Pun
Angin malam seolah tanpa ampun kian menyiksaku
Menciptakan gigil yang meringkuk kaku
Tak sebanding dengan deru yang bergulung di kalbu

Sampai kapan siksa indah ini menemani
Kadang protes ingin ku ucapkan
Pada penyair yang melagukan nada
Kalau cinta tak harus memiliki
Tidakkah mereka maklum
Betapa sulit meyakinkan kalimat itu

Sedang memiliki mu adalah cita citaku
Memandang dan mengecup wajah mu tatkala pagi menjelang adalah mimpi yang setiap malam aku nantikan

Namun
jika rasa ini salah
Waktu ini salah
Bagai mana aku dapat mengungkapkan tentang caraku mencintaimu
Bagaimana caraku melangkah menuju arah yang ku sebut rumah rengkuhmu

Untuk mu pintaku terlampau sederhana
Bersama dalam dekapanmu selamanya
Hingga tak ada lagi waktu dan jarak yang menjadi sekat pemisah kita

Semoga
2403019



Bangunlah saudaraku
Oleh Ayu Ashari


Embun bergayut di rumput sepi
Burung burung bernyanyi menyambut hari
Ada damai yang merasuki ruang hati
*Bangunlah putra putri ibu pertiwi
Ayo mandi dan gosok gigi
Setelah itu kita berjanji
Hari ini atau esok nanti
Garuda bukan burung perkutut
Sang saka bukan sandang pembalut
Dan coba kau dengarkan pancasila itu bukanlah rumus kode buntut
Yang hanya berisi khayalan*
Yang hanya berisi kenangan

Bangkit saudara ku
Mari kita menjaga sang ibu
Lupakan amarah dan dendammu
Berjabat tangan kita saling membahu
Menjaga ibu dari tangan tangan rakus penipu
Satukan tangan kita saling membantu..!

Medan 2403019
CC *------------* syair lagu mas Iwan Fals "di bawah tiang bendera"



KELANA SANG SRIGALA RAKUS
OLEH AYU ASHARI


Malam kian pekat menyelimuti ladang fana
Heningnya berisik di telinga
Menghanyutlah jiwa lemah bagai tak bernyawa

Kelinci putih tengah lirih merintih
Terhimpit batuan licik menindih
Tak berdaya di permainan tipu daya
Ladang pembantaian dunia maya

Di hendus srigala liar rakus
Menetes kan liur dari lidah tajam menghunus
Jari jari berkuku runcing mencabik tubuh kelinci mungil
Dalam tulus cinta yang terpanggil

Terlena rayuan serigala berbulu domba
Mengira cintanya sama
Melupakan bahwa petaka siap menyapa
Membagi sisa pangan yang ada

Pundi sang kelinci telah murca
Hilang punah tak bersisa
Pun atma musnah dalam hampa

Srigala licik berlalu menyeringai
Tunjukkan taring siap membantai
Pabila kelinci mencoba menarik samurai
Berdiri di depan mimbar bacakan esai

Serigala licik tak punya nurani
Melengus pergi diatas perut menari
Kelinci mana lagi yang ia dekati
Meremangkan bulu mengintai mangsa kembali
Srigala kelana lepaskan duri.

Bedebah...
Serigala seolah tak bersalah

Medan, 2303019
Catatan
Puisi ini terinspirasi dari sebuah cerita seorang pasien yang datang pada ku.




CERITA PAGI
DIARIKU
Oleh Ayu Ashari


Kau bukan pria tampan
Dan aku bukan wanita menawan
Kau pria dengan wajah setengah keriput
Akupun sama..garis wajahku mulai mengkeriput
Aku tidak tau sejak kapan di mulainya
Yang jelas rasa itu semakin meraja lela
Layakkah..?
Mengingat kita tak lagi muda..?
Mengapa tidak..!
Bukankah cinta milik siapa saja..?
Hadirnya juga tanpa rencana
Aku dan kau tak sengaja terlibat dalam satu wacana.
Mendiskusikan sebuah puisi.
Lalu topik berubah menjadi canda
Mengusir kepenatan yang sama kita rasa
Hati silih berganti berubah suasana
Ketika ingatan membawa kita pada apa yang kita alami di masa lalu kita.luka, kecewa dan derita
Ahhk..
Kita saling menyeka air mata.
Keinginan untuk saling menjaga tiba tiba hadirnya.
Hari hari kita lalui saling menyapa
Rindu rindu semakin mengusik
Cinta mulai menelisik
Mengusik keinginan tuk hidup bersama dalam suka maupun duka
Menghapus jejak air mata
Munajatkan cinta bertasbih
Merisalahkan kisah di alam nyata
Kini..
Alur syair berdiksi tentang kita berdua
Kau dan aku adalah puisi alam yang sederhana.

Medan, 2203019



Kehadiran mu
Oleh Ayu Ashari


Semoga langit senantiasa meronakan cahaya purnama pada wajah hari hari.
Mengusir kelam, menyibak misteri
yang telah lama mendiami

Dan kini aku menahan aliran desir desir
Menikmati kehadiran getar yang
mengikis setiap getir
Jangan usik adanya
Biarkan aku merasakan kembali keindahan yang telah lama pergi
Merekahkan senyum di sudut bibir

Pada binar mata saling memandang kita ungkap kan selaksa rasa
hatimu dan hatiku telah melebur menjadi satu
Malam berlalu melukis ribuan cerita dalam celoteh manja
Deru nafas memburu buncahkan segala rindu yang tak hanya beralasan nafsu
"Aku tak bisa menjanjikan apapun, hanya bisa bilang *Aku akan ukir senyum indah di wajahmu setiap hari, Sayangku*" bisik mu

Pecahlah tangis uraian bahagia
Sekian masa terbelunggu dalam bejana keangkuhan jiwa
Menolak setiap hadirnya sebuah dada
Namun,
Kehadiran mu luluhkan egoku.

Medan, 2203019

AYU ASHARI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar