UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Sabtu, 02 Maret 2019

Kumpulan Puisi Suyatri Yatri - SENGKETA KATA



SENGKETA KATA
Karya : Suyatri Yatri


Kelak aku tak lagi berdiri di antara tebing dan jurang
maka akan melumpur rindu di kubangan rasa
dan kau, akan kehilangan wajahku di timbunan kata
Berdesakan dengan sengketa
Aku, masih membiarkan puisiku di mamah waktu
Diksi tak lagi berpegang makna
dari tawarnya kehidupan di bait pemikiran
Menyandingkan antara semiotika dan estetika
Sebab keserasian cinta ada pada romansa jiwa
Bukan kemalasan diri hadirkan ambigu makna

Rokan Hulu, 27 Februari 2019



JALAN PULANG
Karya : Suyatri Yatri


Senja melindas cakrawala saat hening memilih malam
Embun menitik saat fajar lebih gembira menyambut rasa
Di balik gigilan yang mencium aroma dingin
Kembali menohok jiwa dalam bulir bening singgahi pipi

Langkah terseok memilin rindu berlumur debu
Ketimbang cahaya cinta di bibir waktu
Parau menghunus sengau , mencabik relung makna di ujung sendu

Di titik diam menawarkan jalan pulang sehabis berpetualang
Sebab luka lebih memilih jeda dari koma bernafaskan maya
Di laut pelayaran kemudi palingkan wajah
Berbentur gelombang berakhir di pelabuhan juang

Rokan Hulu, 26 Februari 2019



DEBAT PENGKHIANAT
Suyatri Yatri


Patah dalam debat
lebam berkarat
Berikan makna bermanfaat
Singkirkan segala umpat
Sebab kita adalah rakyat
Tak semua konglomerat
Masih banyak anak negeri hidup melarat
Menyeka peluh dengan gulungan perca berlipat

"Cacing perut sekarat
Di mamah pengkhianat"

Rokan Hulu, 25 Februari 2019
Hak Cipta ©2019 Suyatri Yatri
Semua Hak Terpelihara



MENGEMAS WAJAH KARYA
Karya : Suyatri Yatri


Bila pagar kalimat telah berdiri
Istana megah di bawah langit makna bertajuk romansa
berbisik rindu menyentuh aksara
menjadi satu disebut kata
frasa ditafsirkan dari kalimat ambigu

Klausa dititipkan di sudut semantik
menaburkan benih rasa pada jeda yang beringsut pelan
Pada konjungsi erat berpeluk sayang
sering hadirkan koma yang memberi penekanan

Majemuk sering berdebat
saat polisemi mengurai penjelasan
Tak paham pada variasi atau polaritas
diam menyebar penjelasan paragraf

Berikan judul dari percikan wacana
berhias sampul dari wajah lembut tertutup rapi
curahan itu bukan dari kumpulan rasa
tapi memberi nuansa imajinasi
gagasan menjadi kriteria menuju pemanfaatan karya

Rokan Hulu, 24 Februari 2019



PENGLIHATAN DI ANTARA KELAM
Karya : Suyatri Yatri


Saat mentari tak lagi bercahaya
langit tampak hitam
sembunyikan rasa di ketiak awan
rindu dipusarakan waktu
saat makna diremas duka
sementara rimah dan debu masih berserakan

Berpeluh rasa tak bisa ditampik
memberi beban penglihatan di antara kelam
hanya suara gaduh berdesing bising
menghentak di dada berontak

Di lembaran doa
masih menyandarkan harapan
terangkan jalan menyusuri kehidupan
agar rahmat-Nya masih nikmat bersama syukur

Merekatkan sabar di dinding keikhlasan
dari dilema menggaung jiwa
Dia menjadi labuhan tenang
menabur bulir kepasrahan di antara sujud

"Cahaya-Nya lebih terang dari mata penglihatan"

Rokan Hulu, 23 Februari 2019
Hak Cipta ©2019 Suyatri Yatri



GENERASI MILENIAL MEMBACA BUKU
Suyatri Yatri


Lembaran kembali dibuka
Kata demi kata mulai dibaca
Sederet kalimat menjadi makna
Bukan hanya sekadar wacana
Namun lebih pada keikhlasan jiwa

Bergerak memberi kebebasan berkreasi
Ilmu dapat berkolaborasi
Bukan sekadar tradisi
Tapi lebih pada kecerdasan otak dan kepekaan hati
Menari lincah gerak literasi

Inilah generasi baru
Tumbuh berkembang membaca buku
Bersahabat dekat dengan ilmu
Mengikat karakter diri nomor satu
Olah rasa, olah pikir, dan olah kata pun teramu
Generasi milenial pasti maju

Rokan Hulu, 03032019
Semua Hak Terpelihara



RUANG TANPA JEDA DALAM DIAM
Suyatri Yatri


Aku ingin menggantikan kata dengan rasa. Di sudut ruang tanpa jeda kau duduk dalam diam membentangkan kalimat yang tak beraturan. Saat itulah kulirik dirimu membaca tanda yang sering terjerembab dalam keabsyahan wacana.

Sementara langit mendung mendulang salju cair yang merintik setitik demi setitik. Kau tetap dalam tunduk tak peduli tubuhmu kian basah dari tetesan hujan. Gigil menggetarkam ragamu yang terus bertahan mematung tanpa kata.

"Kemarilah, Dik. Hujan terlalu deras untuk kau tampung tanpa tadah."

Pintaku di antara guruh dan kilatan cahaya di dinding cakrawala. Kau hanya menatap sekilas kemudian kembali tafakur menghitung setiap butir jarum langit yang menghujam bumi.

"Begitu kekehnya dirimu hingga kau tak acuh dengan bisikanku," kataku melemah.
Kau belum jua bereaksi dalam dialogku. Ada sorot mata berkilat bagai belati dari kecewa yang tersirat di matamu. Namun tak mampu kau ungkqpkan sebab terlalu berat hujan membungkam mulutmu hingga terkunci rapat. Aku mengembangkan payung hendak mendekat pada tubuh pucat pasi yang menggigil hebat di hadapanku. Belum langkahku melaju, petir menghempaskan tubuhmu yang mungil tanpa daya. Hingga kilatan api menyambarmu. Aku tak mampu melihat kau mengejang dalam sakaratul maut. Belum sempat kau ceritakan mengapa kau membisu.

Kugamit tubuh mungil dan kelarikan menuju rumah.Mengobati lukamu yang lumayan parah. Erangan sakit di bibirmu tak lagi mengental kuat. Nanar matamu dalam senyum yang membidik hati seolah memgucapkan terima kasih.
Aku tumpahkan minyak luka bakar di seluruh tubuhmu, dan kutempelkan ramuan obat menutupi sekujur tubuhmu. Kulihat kau tertidur tenang tanpa gigilan.

"Kau akan baik-baik saja Dik. Di sini, kakak akan menjagamu dalam doa-doa kebaikan untukmu," bisik hatiku menatap wajah lemah itu.

Rokan Hulu, 07032019



AKU INGIN


Aku harap kamu bisa menghubungiku
Kita tuntaskan rindu
Saat bulan merah jambu
Mengintip malu di balik pintu

Aku ingin bercerita tentang birunya laut
Di antara gelombang mengombak
Ada segenggam asa ditabur di ke dalamannya
Agar menjadi kenangan yang menghampiri pepasir

Aku minta setitik cahaya
Untuk menghiasi teduhnya jiwa
Agar ikhlas berpadu sabar mengendap di sukma
Memahami cinta dan harapan menjadi makna

Aku ingin bertelepati
Meranum kuncup tumbuh bersemi
Memberi air penyejuk di hati
Tanpa alasan,,sabar bertaut pada niat suci

Rokan Hulu, 19 Maret 2019
Suyatri Yatri @2019



MEMAHAMI JUJUR PADA BENIH KEPERCAYAAN
Karya : Suyatri Yatri


Ach ... Tuan terlalu berlebihan menyauk kabut dalam keranjang
Hingga terbatuk dan terantuk memilah makna berjuang
Sementara siang tak terlihat bintang
Tuan telah mengarsir bayang-bayang

Tak malukah dirimu berganti baju kebesaran
Saat riuh suara lebih bergema
Tuan datang dengan gagahnya
Mengatakan ini milikmu

Pencitraan bukan hadir di belakang
Tuan akan kehilangan wajah saat panas matahari membakar kulit
Bergulung kata sembunyikan makna
Tuan telah menjungkirbalikan fakta

"Biarkan biru langit memahami jujur di hati saat bumi gelisah pada musim
Benih kepercayaan akan tumbuh subur pada kebaikan jiwa."

Rokan Hulu, 18 Maret 2019



MENGIMLA KALAM DALAM KELAM
Karya : Suyatri Yatri


Fajar menyeruak makna saat badai kata menegur tafakur
Mengusik mimpi-mimpi dalam tidur
Menyentakkan rindu pada embun nan turun bagai gerimis

Membalut duka bersimpuh tangis
Kelam menyapa di larutnya rasa
Membias di pucuk-pucuk kerinduan dari dahaga
Air mata menderas seperti mata air.
Riak membuih menjelma ombak terapu angin

Mengimla kalam dalam kelam bersujud tangis
Langit malam membentang sajadah menyebut Asma-Nya
Menggandeng tahajud dalam rengkuhan cahaya-Nya

Rokan Hulu, 18 Maret 2019



ALAM MENYIMPAN RAHASIA PENGOBATAN
Karya : Suyatri Yatri


Air terjun Bala-Bala memberi kesegaran jiwa
Aliran sungai jernih dari keindahan terpancar cahaya di derasnya menuju muara Sipogas
Menuangkan keikhlasan makna terselip di bebatuan

Berada di cucuran air merasakan kesejukan
meresap ke pori-pori melancarkan peredaran darah
Alam mengobati jiwa-jiwa dalam keresahan
Di antara pepohonan yang merimbun,
ada terapi mendamaikan hati

Kelelahan perjalanan
Sirna oleh ketenangan alam
Obat mujarab tersaji terapi alam
Allah menitipkan segenggam makna dari kehidupan hayati

"Alam menyimpan rahasia pengobatan dari cinta Allah pada makhluk-Nya"

Rokan Hulu, 16 Maret 2019



DENYUT NADI ALAM MENGALIR SUNGAI RASAYANG
Karya : Suyatri Yatri

Dari mata air mengucur air mata
Menyaksikan alam bergelimpangan mayat-mayat pepohonan
Nyanyian sendu dari kegelisahan tumbuhan

Kejernihan air terjun menciptakan damai
Belumlah usai kesegaran
Jiwa berendam mengimla setiap cucuran tertumpah di tebing curam

"Aku datang padamu memohon hentikan tangan mengganggu pepohonan.
Biarkan ia berdiri tegak memberi perlindungan."

Gigih mengental di sorot netra
Menyelipkan keresahan
Di antara bebatuan
Ada rahasia tersimpan
Walau riuh suara tak terpahami sebagian jiwa
Namun kesabaran masih menetap di hati alam
Detak jantungnya masih selembut simponi

"Baiklah jiwa-jiwa teduh pecinta alam.
Aku penuhi permintaanmu menjaga jantung hutan."

Di denyut nadi alam mengalir Sungai Rasayang
Dengan taman surga berhias hutan

Rokan Hulu, 17 Maret 2019



PERMOHONAN DALAM TAFAKUR CINTA
Karya : Suyatri Yatri


Rasa dicurahkan bermain di cucuran air terjun
Di celah gemercik menyiram bebatuan
Duduk bersila memberi perigatan

"Jangan rusak alam yang memberi kehidupan."

Kicauan burung dan irama senandung sungai
Menyatukan jiwa pada keindahan
Antara tebing dan jurang

Saling menguatkan
Bukan membawa dendam
Senyum alam memelihara kehidupan hayati

Di tepian sungai menjuntai akar
Melilit makna ditegarnya pepohonan
Kukuhnya merimbun daun memberi napas di paru-paru alam

"Biarkan kami belajar pada alam memaknai jiwa-jiwa merindukan kedamaian"

Permohonan dalam tafakur cinta
Menyelipkan kata di antara syukur
Wajah ciptaan Allah Mahasempurna

Rokan Hulu, 17 Maret 2019



SEBUTIR DEBU DARI ALAM CIPTAAN-NYA
Karya : Suyatri Yatri


Satukan jiwa pada gemercik bening alam-Mu
Di celah bebatuan mengalir makna
Syukur di rimbunnya daun dalam tadabbur alam
Menerka secawan perenungan diri

Senyum itu adalah anugerah
Bahwa kita memerlukannya
Dari tetesan nikmat
Diri bukanlah apa-apa
Hanya sececap rasa yang dilekatkan pada raga
Ditiupkan roh demi kesempurnaan diri

Keseimbangan datangnya dari kecintaan
Menelaah setiap keindahan
Menjaga alam adalah menjaga diri sendiri
Sebab menghirup udara dari angin kesegaran dimiliki hutan

"Kita hanya sebutir debu dari alam ciptaan-Nya"

Rokan Hulu, 16 Maret 2019



SUBURKAN BENIH BERTUNAS INDAH
Karya : Suyatri Yatri


Inginku, kau lebih tinggi terbang mengembangkan sayapmu
Tak mengingatku pun, aku takkan berkecil hati
Sebab ikhlas berpadu dari niat tulus agar kau maju

Tak perlu upeti sebab telah selayaknya berbagi
Hidup bukan hanya berkutak di antara lembaran berharga dan materi
Melainkan lebih pada panggilan hati nurani

Bukan pencitraan yang memetik kebohongan
Melainkan kejujuran dari kebenaran
Bukan pembenaran yang dikarang lewat untaian kata pemanis buatan
Melainkan lebih kepada panggilan jiwa menebar kebaikan

Biarkan debu terbang tersapu bayu
Menggugurkan dedaun kering memilih lepaskan diri dari rantingnya
Menitipkan raga pada tubuh bumi
Membusuk hancur mengendap di pori tanah
Tanpa berteriak menepuk dada
Bahwa ia telah menghumus suburkan benih bertunas indah.

Rokan Hulu, 14 Maret 2019



BUDAYA MEMBACA
Karya : Suyatri Yatri


Dari gambar menarik hati
Memanggil jiwa untuk memahami
Bahwa kata dan wacana sangat berharga
Bila dibandingkan permainan sia-sia

Lembaran kertas memberi nuansa ilmu
Dari sejuta suguhan, hanya ingin membaca buku
Kelak kecerdasan membawa keberkahan dalam hidup

Senyum menyapa dari sampul berwarna indah minta dijamah
Membujuk hati untuk setia dikunjungi
Taman Kota Pasirpengaraian menjadi saksi berjalannya literasi
Membentuk wadah generasi cinta buku

Budaya membaca digerakkan selalu
Karakter diri terbentuk tanpa ragu
Generasi cerdas harapan ayah ibu
Rokan Hulu bertambah maju

Rokan Hulu, 10032019



RAHMAT PENUH NIKMAT
Karya : Suyatri Yatri


Bukan dendam langit membentak sengit
Hingga hadirkan tangis, guratan wajah terlihat romantis
Tapi sabar terselip di dada tanpa gusar
Perlahan awan bergerak menggumpal mendung tak melawan

Arsiran menebal garis lurus begitu kental
Di titik diagonal meresap tak berniat nakal
Bahkan memberi sejuk di rengkah tanah yang dijenguk
Membelai penuh kasih tak terlerai

Butiran syukur yang termasyhur
Menggenang dan tenang
Menitipkan kisah di tanah basah
Disiram anugerah Allah menjadi berkah

Antara panas dan hujan menjadi pasangan selaras
Rahmat penuh nikmat
Dari wujud syukur dalam sujud

Rokan Hulu, 21 Maret 2019



JIWA KELELAWAR MENUMPAH KATA DI BAWAH JENDELA
Karya : Suyatri Yatri


Menguping di dinding malam
Menumpahkan kata di bawah jendela
Malam merapal gunjingan dari suara riuh mengganggu jangkrik nikmati gelap

Sebisik tiada rasa di dada
Tak manenggang bulan memejamkan rindu di balik mimpi awan
Hati tetap berkelakar beriring angin meniup cerita
Risih berpacu di antara kesal embun

Masih menuang teriakan heran
menghempas napas berat
Kesal mwnumpuk di dada malam
Mimpi telah terlewati dihadang jiwa besi

Berjamur titik gaduh di lantai teras mengemas lolongan anjing
Mengusir para kelelawar untuk segera bubar
Dengan isyarat malam telah mekar di kuncup embun larut menakar

"Kembalilah ke peraduanmu, jangan bertengkar bincang menyulut jelaga di gelap gulita dengan tawa tak berwaktu."

Saat jiwa-jiwa kelelawar lelah berpetualang
Cakar kuat mencengkram bergayut di pohon begadang
Fajar membuyarkan mimpi berlayar ke seberang lautan
Menggantang bayang-bayang

Rokam Hulu, 25 Maret 2019



REBAH KALAH ALAM BERWAJAH GUSAR
Karya : Suyatri Yatri

Aturan hadir
di ujung telunjuk
Menampar wajah, negeri mengamuk
Air mata pertiwi deras mengalir

Mencabut pepohonan layaknya kecambah
Rengkah tanah disiram limbah
Menggunung tumpukan sampah
Tak tertampung hingga melimpah

Asap menebal selimuti alam
Perih memandang samar memburam
Bangkai kayu hitam legam
Gersang kerontang dalam duka lebam

Jangan salahkan bumi menggulung tikar
Sementara raganya dibakar
Jantungnya tak lagi berdetak tegar
Paru-paru tak mengembuskan udara segar

Rebah kalah alam berwajah gusar
Hijau tak lagi bergradasi di genggaman akar
Amarah berbalik arah
Menghantam jiwa-jiwa serakah
Membidik hati para makelar kembali sadar

Rokan Hulu, 22 Maret 2019



SENJA MENGHAMPIRI
Karya : Suyatri Yatri


Telah mengering semua sendi
Masih juga dikuliti
Hendak ke mana kobarkan jelaga
Hingga memedihkan mata

Diam tak tertahan
Bersuara takut dikatakan melawan
Simalakama singgahi hati
Takkan mampu menatap terik mentari

Bukan sumpah menjadi tradisi
tetapi makna telah terkekang mati
Menjadi pemantik api
Membakar habis jerami

Senja datang menghampiri
Debu masih mengotori diri
Belumlah berwudhu untuk bersuci
Jalanan dipenuhi noda yang belum terinsafi

"Kesadaran belum memupuk diri menuju keabadian hakiki"

Rokan Hulu, 22 Maret 2019
Hak Cipta © 2019 Suyatri Yatri
Semua Hak Terpelihara

SUYATRI YATRI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar