NOVEMBER DALAM KENANGAN
Oleh, Mahyaruddin.
November
cerita pilu dimulai dari waktu setengah senja pada 22 November tahun yang lalu
dirinai hujan hingga lebat
diderai kesal
dibesar tanya
dicinta yang kandas pada akhir penetapan yang kau sahkan
ada mataku yang terus basah meski hujan tak lagi turun
lantaran ada koyak pada hati yang masih terasa perih
aku tahu
tak mampu melupakan kenangan utuh tentang kisah yang telah lewat
kenangan pada carik rindu yang kau bantah pada kata Ahh
aku mengenang mu hingga jelas dalam tiap rintik hujan
entah pada sakit entah pula pada suka
November jingga selimuti rasa di hati yang terluka lama
November pada hujan berlari diantara duri
tak lagi hati sudi memuja putri yang melukai hati
kembalikan ruhku
satukan jiwaku kembali
kau datang dengan manis
kau pergi sisakan tangis
seharusnya kau pergi dengan ucapan salam perpisahan dan dengan senyum terakhir
bukan dengan luka yang kau tinggalkan pada dinding hati
acap kali ku cerca kau dengan kata-kata tak berperi saat aku teringat senyum sadis bibirmu
kini entah apa yang terjadi pada jiwaku sendiri
entah aku menyesal atau pula rindu padamu
namun rasa ini saban perih kurasakan mengalir ditiap hujan ditiap sendiri dan ditiap alunan lagu
ada rindu pada sembilu kelabu yang ku dekap dalam sendu
kau itu mengapa hadir dalam hidupku
lihat apa yang pada diriku
jiwaku kau paksa lemah
tak mampu mematikanmu dalam pikiranku
entah ini dendam atau pula rindu yang masih bersemayam
namun yang jelas tidak lagi ada cinta
sebab cinta telah kau bawa bersama janji yang kau ingkari sendiri
kau patahkan angan seorang pemuda lugu
kau remukkan hatinya
hingga mati separuh hidupnya
lalu
bertahun berlalu pula
tak ada terlihat wajahmu olehku
hingga pada satu itu kau kembali hadir dengan sapamu
seolah aku tanpa luka
kau memang gila
mengapa harus hadir lagi dalam hidupku,
kau buat pedangku menghunus jantungku sendiri
aku sudah separuh mati kenapa masih saja kau suguhkan bayangan silam akanmu tentang luka lama yang bisa saja menghantarkanku pada kematian jiwa
mengapa kau begitu kejam merajam hatiku yang dahulu tentram
mengapa kau begitu sempurna mematikanku pada hasrat tertinggiku yang ingin meminangmu
mengapa
apakah karna materi
ya...
jika itu alasan klasiknya
pergilah...
pergilah bersama iringan kenangan bersama bilah bilah pedang yang lama terhujam bersama arang arang harapan bersama puing-puing mimpi bersama rindu pekat
bersama cinta yang tak nyata
pergilah bawa semua luka yang pernah kau tinggalkan padaku
pergilah bersama kejammu
pergilah
aku hanya ingin hidup
aku hanya ingin tersenyum
aku hanya ingin bahagia
tanpa bayanganmu
aku hanya ingin tenang dalam sisa janjiku pada Penciptaku.
aku hanya ingin tenang dalam dekap malam tanpa bayang kenangan
tanpa rindu dendam
Belawan.
Pondok Teduh, November dalam hujan.
#pondokteduh
TAKDIR
dan ia telah pula akan dimiliki orang lain yang jauh lebih baik hidup nya dari aku,
sedang aku masih menautkan cinta dan harapan pada nya,
lantaran kasih yang tak sampai kurasa hilang akal ku pecah lebih dari berkeping hatiku sakit teramat perih jiwaku untuk kali kedua.
ini takdir kah ?
dalam derai rinai kupaksa batinku menarik rasa yang pernah ada dan membakar nya pada tungku duka hingga biarlah menjadi abu kenangan
Oleh : Mahyaruddin Nasution
dan ia telah pula akan dimiliki orang lain yang jauh lebih baik hidup nya dari aku,
sedang aku masih menautkan cinta dan harapan pada nya,
lantaran kasih yang tak sampai kurasa hilang akal ku pecah lebih dari berkeping hatiku sakit teramat perih jiwaku untuk kali kedua.
ini takdir kah ?
dalam derai rinai kupaksa batinku menarik rasa yang pernah ada dan membakar nya pada tungku duka hingga biarlah menjadi abu kenangan
Oleh : Mahyaruddin Nasution
Oleh, Mahyaruddin
gurat masih basah
air mata serupa darah
sekarang hati kau buat patah
nanti entah
tentang dongeng setia mu.. ingatkah?
kau buai aku dengan bibir merekah merah
aku anggap itu sumpah
luka masih perih
bagai tersiram garam tumpah
ini harapan kau buat punah
kau bakar celah demi celah
mimpi yang kau yakinkan padaku.. masih adakah?
entah
luka ku berbalut pasrah
kau
entah
Pondok Teduh.
Belawan, Desember '19.
#pondokteduh
PEREMPUAN PATAH
Oleh, Mahyaruddin
perempuan perempuan senja
berdiri menatap surya jingga
gurat senyum terukir antara bibir dan pipi nya
manis
perempuan perempuan senja
menyimpan mimpi nya sendiri sendiri
berkhayal jauh hingga mencipta rindu tanpa tuan
meringis sendiri
manahan patah perih hati
menangis sendiri
membalut parut luka masa lalu
perempuan perempuan senja segudang cerita tentang dunia lama nya
perempuan penikmat senja
rindu masih ia simpul meski terkadang perih meradang
perempuan
sayu mengayun rayu
gemulai serupa lalang menari dalam hembus bayu
perempuan malang
hati nya terpatahkan
kemarilah
aku punya penawar luka
Pondok Teduh.
Belawan, Desember 2019.
#pondokteduh
AIR MATA PATAH
Oleh, Mahyaruddin
degup tak biasa membuncah dada
membungkus perih bukan kepalang
sedu sedan nafas tersengal pelan
denyut nadi seakan diam perlahan
mata mulai memerah
sudut nya berair dan basah
tetes nya perlahan tumpah
di pipi air mata itu patah
pun hati juga
patah sudah
pada akhir harapan yang tak pernah terucap
usai sudah yang terpendam
tinggal puing cerita masa lalu
yang akan terkenang bila sepi datang
aku akan rindu
Pondok Teduh.
Belawan, Des '19.
#pondokteduh
KATA JIWA
Oleh, Mahyaruddin
langkah gontai tapaki terjal bukit mimpi
separuh harapan nya sudah terpatri
separuh lagi buram terjuntai hampir mati
keringat nya kering sudah
air mata pun tak lagi basah
mimpi nya tergambar patah
entah mengalah entah pula kalah
jeruji jeruji kehidupan mengurung nya pada status sosial
semisal akal tak lagi jadi modal
patah arang meradang malang
hilang harapan
benci saja malam
agar lepas jerit diam
bila upeti berpeti selalu jadi tautan
tak ada mampu diri melawan
sadar betul pada kemampuan
hanya padi dalam tampian
bila lelah sudah penuh manari pada hati
dan bukit mimpi tak kunjung terlampaui
sisa nya hanya menunggu pusara sendiri
harapan dan mimpi yang
ku genggam dalam tiap keletihan yang sedari jauh telah ku siapkan untuk memikul nama mu
kini terbang bersama debu malam
uang tetaplah uang
bila tak banyak tak ada menang
apalah daya memang
hanya padi dalam tampian
Pondok Teduh.
Belawan, 30 Sep '19.
#pondokteduh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar