UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Minggu, 03 Juli 2022

Kumpulan Puisi Yuni Tri Wahyu - KETIKA SEPI MEMANGGIL


 
KETIKA SEPI MEMANGGIL
Yuni Tri Wahyu

Ketika sepi memanggil nurani
Terdengar sendu memilin rindu
Terduduk lunglai sosok perempuan penyanjung sunyi
Di atas sajadah, usai ibadah tiga rakaat

Kedua tangan tengadah, bibirnya lirih mengeja asmaMu
Berderai bulir bening, menganak sungai
Mengenang riwayat perjalanan dengan jejak luka terpahat
Pada kedalaman samudera jiwa

Berbisik lirih hingga hanya diri sendiri dan Sang Maha Pemberi
Memahami rajah terukir di telapak tangan
Ikhlas, ya cuma kata itu bisa antar kembali melangkah
Menatap sore yang emas, hingga jingga merona

Rekah senyum beriring tangis bahagia
Tergambar di pelupuk mata, membentang harapan masa depan
Meski masih serupa rangkaian doa memecah teka-teki, nanti
Berserah pasrah

Tangerang, 29 Juni 2022



AKU SAYANG KAMU
Yuni Tri Wahyu


Lagu rindu terdengar syahdu penuhi rongga dada
Namamu bertalu-talu memantul di dinding hati
Sejak jumpa pertama engkau mengunci jiwa
Tak terganti

Temani perjalanan menuju senja
Meski lewati sepi dan sunyi berkepanjangan
Mengayuh harapan sekuat keyakinan
Hingga garis kehidupan menentukan

Aku sayang kamu, tak perlu ditutupi
Begitu sebaliknya, terbaca jelas
Dalam catatan riwayat kita DIA goreskan
Entah bagaimana akhir sebuah cerita, lakoni saja

Tangerang, 23 Juni 2022




GAUNG RINDU
Yuni Tri Wahyu\


Lirih syahdu di dada waktu
Melipat jarak, alur mengharu biru
Kecupan hangat bermain pada bibir pahit
Sementara aromanya ajak pikiran mengembara

Menyusuri hening cermin masa lalu
Retak seribu, kepingnya tajam
Menusuk pilu kesetiaan
Berserak menguak kenyataan

Gaung rindu kian bertalu
Saat sosokmu tutupi bayang kelam
Hanya senyum tanpa ikrar
Melekatkan catatan-Nya pada tiang keyakinan

Tangerang, 12 Juli 2022



SIMPANG JALAN
Yuni Tri Wahyu


Ombak hantam karang
Perlahan terkikis meski gagah menjulang
Tajam iris kaki-kaki telanjang
Menjejakkan langkah juang

Seberapa besar kekuatan
Jika titahNya menentukan
Hanyut, tenggelam, hilang
Terdampar jelang petang

Diam larut dalam nyanyian alam
Atau coba bangkit berjalan walau sakit, menikam
Ikhlas jalani, buang dendam
Hingga ujung perjalanan, tentram

Tangerang, 08 Juli 2022



SUJUD KEPADA SIAPA
Yuni Tri Wahyu


Selimut hitam rengkuh kelabu, bisu
Memuja merah jambu yang kian hilang makna
Hanya serupa pijar menggelegar, raib tertelan getir kemunafikan

Bermekaran bunga kata pada kalimat sumbang
Berdendang tenggelamkan kewarasan
Berkibar hijab teduhi kegaduhan

Lalu menikam nyali dengan serangkaian diksi
Hem, seolah puisi sebatas canda tak berarti
Mengajak rebah pasrah akan titah-Nya

Kemana di mana sejatinya hati berada
Sujud kepada siapa, bila mata masih saja berkelana
Menebar bibit-bibit kasih, semisal buih

Sementara hadir-Nya tak terbantahkan
Tempat paling aman kembali
Sebaik-baik bersandar, berserah diri

Tangerang, 11 April 2022



LAKI-LAKI PSIKOPAT
Yuni Tri Wahyu


Laki-laki psikopat berlari, kejar perempuan nurani
Secepat kilat membabat jantung kesabaran
Hati terkebiri, rasa pun mati
Si cantik menggelepar tepar tidak sadarkan diri

Terbahak ia tepuk dada
Aku, akulah, penguasa
Engkau hanya debu di pelupuk mata
Maka binasalah di kakiku

Diseret raga lemah seiring kaki menendang
Plung, masuk ke jurang tak tembus pandang
Ha ha ha, mampus!
Tidurlah bersama cacing tanah

Kemudian berlalu menuju pondok beratap jerami
Dua pasang mata menunduk ketakutan
Ayah di mana ibu, aku dan adik tak ingin berpisah
Lalu air mata membanjiri wajah

Tanpa kata di tarik dua gadis kecil itu
Kalian mau bersama ibu?, sekuat tenaga dilemparkan keduanya
Pergilah selamanya, aku tak butuh kalian
Perempuan-perempuan dungu

Tangerang, 05 Juli 2022




PERJALANAN LUKA DAN CINTA
Yuni Tri Wahyu


Sepagi ini engkau telah menitipkan rindu kepada embun
Sejuk sambut hangat senyum mentari
Ada getar lembut sentuh nurani, saat kasihmu bergema di bilik sunyi

Senandungkan lagu kehidupan
Tentang perjalanan luka dan cinta
Menggores tajam bagai sembilu, pilu

Juga pertemuan harapan dalam keinginan
Tanpa harus menuntut kebersamaan
Karena garis-Nya sebuah keyakinan

Saling genggam, bertaut semangat
Nikmati waktu usai gerimis
Kemudian, hening

Tangerang, 17 Juli 2022




SAAT UANGMU TAK MAMPU MEMBELI KERINGATKU
Yuni Tri Wahyu


Gemuruh angkuh berdengung
Senyum miring terlukis
Langkah pongah menjejaki ribuan hamparan hijau

Lembaran kertas berangka dalam genggaman
Telunjuk berbicara
Ratusan sudra berlarian

Tunggang langgang pacu peluh
Sebelum terik memanggang pundak berpunuk
Pun telapak tangan, kaki, berkerak

Lembaran bernilai rupiah setinggi bukit
Jiwamu sakit, memandang aku bergeming
Menepis kesombongan

Saat uangmu berkibar
Merah biru bergantian
Namun, tetap tak mampu membeli keringatku

Tangerang, 07 Juli 2022



MENIDURKAN SEPI
Yuni Tri Wahyu


Menggendong sepi dengan selendang cemburu
Terlantun nyanyian prasangka, tentang arti memiliki
Nampak selimut ambigu, hangatkan lelap
Maka kutidurkan sekejap pada peraduan tua

Sepi menghasut kenangan silam
Bermunculan, bagai cermin tak beraturan
Pecah berserak
Dipunguti pun rusak

Aku tangkap bayangan, diam, lenyap
Semangat mati suri, rupanya sekedar mimpi
Seringai bertengger di bibir waktu
Membelenggu, maka biar kutidurkan sepi

Tangerang, 17 Juli 2022




SEPERTI PADI
Yuni Tri Wahyu


Senyum teduh sejuk sebening embun
Binar mata hangat bangkitkan semangat
Tutur lembut selimuti resah
Napas tegas takhlukkan gundah

Segala laku berkaca pilu berlalu
Bangkit, singkap pahit terlewat
Jalani riwayat tatap masa depan
Lebih dalam menunduk, eja namaMu

Sesekali mendongak tengadah tangan
Kemudian kian dalam tunduk dalam zikir panjang
Mengurai bening kesadaran, genggam keyakinan
Seperti padi bernas, berkilauan

Aku jatuh kasih
Tak bersyarat
KarenaMu
Kepadamu

Tangerang, 24 Juli 2022



KABAR ANGIN
Yuni Tri Wahyu


Telah aku tutup rapat jendela dan pintu
Namun angin masih saja berembus
Membawa kabarmu, tentang bara di dada karang
Bermukim sepanjang waktu

Tidakkah kau sadari rona jingga pada senja perlahan pudar
Terganti gelap saat kumandang azan
Dan malam hadir bersama gulita
Jika pelita padam dari relung jiwa

Sungguh menyedihkan, ambisi memanipulasi nurani
Bunga-bunga bermekaran ternyata kertas origami
Wanginya sekejap hilang terbawa kepalsuan diri
Melupa diri hanya harap sekerat puji

Tertata rapi dalam kalimat menawan, basi
Amisnya tercium bersama embus angin
Cukup, segera benahi hati
Sebelum sunyi benar-benar abadi

Tangerang, 23 Juli 2022

YUNI TRI WAHYU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar