Puisi
Pulo Lasman Simanjuntak
BILA SUNYIKU IKUT TERLUKA
-persembahan buat eyls-
hari itu hatiku giat mencari cuaca
bertemu saudagar muda
murtad terjebak pada tumpukan minyak pelumas
deru mesin perang yang juga bertabrakan
di pertigaan jalan menuju gunung-gunung kematian
sunyiku terus berlari cepat
secepat pesawat terbang yang mau mendarat di sebuah lapangan hijau berlumut, tumbuh liar
amat pedas dan perih
setelah bertegur sapa sambil membawa seperangkat anjungan tunai
otakku dibanting ke jalan beraspal
yang dihajar begitu keras
sampai pecahan kaca berhamburan
jadi tontonan orang-orang
yang melihat sunyiku terus mengeluarkan darah segar
dari jarak dekat
seorang gadis perawan menawarkan racun tumbuhan
untuk disantap bersama tiga jiwa yang merana karena kelaparan akut
sementara sunyiku masih ketakutan
saat bersembahyang di bukit tengkorak
untuk diketahui anakku yang tunggal
masih gemar berciuman dengan pelabuhan di ujung-ujung pulau terluar
Pamulang, Kamis 30 Juni 2022
Puisi
Pulo Lasman Simanjuntak
KOTAK KARDUS
memburu rindu malam amat jalang
perempuan wangi tak perawan
menggagahi rembulan liar
sosok tubuh kurus
cemas berlumur darah segar
dalam bumi yang lain
kaki dan tanganku yang bergairah liar
berenang lagi bersama kawan sebangku
di atas hamparan tikar basah dan dingin
tak punya rongga-ronga suara
Jakarta, 10 Juli 2022
Puisi
Pulo Lasman Simanjuntak
AIR TANAH
sekian abad aku terus mencari
akar-akar hujan di tubuhmu
yang jadi rajin bersetubuh
dengan padang pasir
sebab tak ada lagi kulihat
mengalir sisa-sisa sari makanan sehat
yang berubah rupa jadi tulang belulang
sampai puncaknya pada hari perhentian
ditimba dari sumur dalam mencemaskan
takut pertengkaran dengan saudaraku
merantau dari negeri seberang
selalu dengan amarah berkepanjangan
berulangkali sudah kudendangkan
nyanyian persungutan kehausan
lalu kularikan lagi dirinya
sampai di tepi kuburan
ritual orang-orang kesepian dan terasing
Pamulang, Rabu, 13 Juli 2022
Puisi
Pulo Lasman Simanjuntak
TRAUMATIK
stasiun radio kuusung
dari belakang punggung
unjuk gigi hewan-hewan melata
matahari mengepulkan asap hitam
bencana berantai
tidurku meninju bulan
yang berdarah
membuntingi pohon tunggal
perawan bertekuk lutut
perut ditikam belati
kehilangan air mani
kabar celaka
membuatku makin menarik minat
membenturkan geger otak
ke dalam kulkas
kebaktian sudah genap
bapak menggali kuburan riuh
saudaraku menjala pertempuran
badai gurun
jasad beradat penuh
terbaring angkuh
di atas papan catur
berkembangbiaklah bumi yang labil
turut berenang di dalam lautan tak bertepi
ataukah menelan bunga-bunga karang
tanyaku waktu itu
mengapa dewa-dewa rajin mabuk
menjaga pintu kematian
sekian waktu dikhianati
jadi suatu dongeng
huruf-huruf lumpuh di lembaran koran
aku kecurian tanah-tanah pijak
sepuluh tahun kubangun
jadi tugu hijau dihatimu
mencair
untuk penyair atau penginjil
Bekasi, Juli 1997
BANDARA INTERNASIONAL CHANGI
lihatlah toko-toko siang ini
sudah berdandan
mau tunggu apa lagi
mahluk dungu ?
jasad makin usang
sepanjang landasan
permadani batu
tak beri salam tuli
kumpulan kaki-kaki
yang payah dari Jakarta
membawa kado untuk pewarta
percakapan riuh
kulipat rapi dalam kopor biru
menyedot sepi kian berlemak
sampai dari jarak begitu dekat
supir airbus menggosok-gosok jantung
pesawat belum menembus
lapisan kaca berlapis-lapis baja
oi, ada bau lonte
kuku-kuku birahi
di sini tanpa beban
sebuah benua aneh
dirobek-robek
tanpa beban
dalam bahasa tarzan
Singapura, Desember 1996
DARI SINI
ketika tiba kudaku dicambuk bulu-bulu
beranda stasiun yang lugu
makin mengeras bumimu berlapis-lapis
pacu! ayo! pacukan kudaku
sarat racun tumbuhan
menuju gurun perang
sampai terkencing
mata uang logam
logikaku terus berlari,berlari
mendaki matahari
di kaki mall yang terbakar
faktur-faktur gemerlap
perjalanan kilas balik sudah basi
giliran lewat siapa harus berkemas
dari atas tenda pencuri kembang-kembang gula
ataukah menggilas rakus
roda-roda aspal
tercatat biodata dengan air tinta merah
aku melirik
tangannya adalah ratusan mercon
siap meledak
dalam saku celana
Johor Baharu, Malaysia, Desember 1996
SAJAK PERJALANAN EPISODE PERTAMA
badai mengamuk
dari mulut sungai
tak tercatat dalam kitab
wajahmu membatu
batasi bibir laut
aku sendiri bahasa bisu
suara protes
seperti angin berlalu
membujuk ke kancah perang
tak bermimpi permukiman-permukiman kumuh
serangga liar yang lapar
dan orang-orang sudah ditidurkan
di sebuah negeri gaib
pada zaman abad terbalik
masihkah penyair berpolitik,tanya Mr.Asart.
sesal dibanting di trotoar jalan
perkawinan retak
terbentur dinding kapal
Singapura, Desember 1996
PERTEMUAN II
siapa mau bersajak
tiang-tiang beton salah dihapalkan
penyanyi beriman, itu pikiran pertama
menyergap percakapan di pintu rumah
satu abad kemudian
sepotong ginjal tak bernilai jual
potret semua perkawinan retak
setia bersetubuh dengan birahi angin
Jakarta, Juli 1997
PERTEMUAN IV
mari kita membangun
kapal besar di atas gunung batu
suatu pertemuan ribuan jam terbang
sibuk mencuri buah jarum
dari dalam perut laut
kemarin disodorkan
daging haram adat penuh
sekarang kesetiaan darah anggur
harus dipikul rata
Jakarta, Juli 1997
Puisi
Pulo Lasman Simanjuntak
KEREMANGAN ANCOL SUATU MALAM
sangatlah disayangkan
engkau yang rajin tidur tidak perawan
seperti memacu sekawanan kuda garang
dalam kegilaan laut malam
membungai tiap usiamu disegala zaman
petualangan dalam kemah
lebih berarti
dari sedu sedan
padahal jauh di punggung bukit sana
ada suara-suara riuh memanggilmu
seperti suara paranabi, keramaian pasar lelang, lalu lalang orang di pematang sawah
kemudian membentuk sebuah koor
bukan dari lonceng rumah ibadah
padahal mulut-mulut mereka ingin bercerita
kepada engkau yang menggumuli hidup kelewat dalam
engkau yang memamerkan cinta palsu
di bawah matahari pudar
engkau yang merayu otot-otot lelaki
dengan lembaran rupiah
napsu birahi logam
lalu menyembunyikan diantara tenda-tenda
telanjang dan pencakar langit ibukota
lama engkau catat pesan liar itu di payudara
hingga dalam ingatan
seribu mimpi mengurungmu
yang terengah-engah
ketakutan menyebut nama Tuhan
berusaha menyodorkan dosa-dosamu
dari pintu ke pintu
sisanya ialah tangisan biru
dan perhitungan berkepanjangan
Jakarta-Pamulang, 080-022
Sajak
Pulo Lasman Simanjuntak
IBUNDA
1//
minggu siang tak secerah yang lalu
hari itu ada musibah
letih tubuh
menangis sukma
bunda pergi
untuk selama-lamanya
sakit dan penderitaan
2//
dengarlah suara lirih sajak ini
dimuntahkan dari isi hati
meskipun jasadmu dalam liang kubur
rohmu pasti mendengar
terjahit dalan batin terluka
3//
engkau meninggalkan kami
kenangan dan nirmala
pesan sorga pasti tempatmu
kebaikanmu jadi pahala
siap membuka pintu-pintu langit biru
4//
ketika mulutmu sudah lumpuh
tak bisa bicara
ketika perutmu tak bisa mengunyah manna
aku seolah-olah merasakan penyakit kutuk
sehingga airmata ini terus mengalir
ke tong sampah rumah sakit beracun
5//
kupandang lagi tubuhnya yang makin mengecil
mau bersatu mesra dengan malaikat maut
aku tak bisa berbuat apa-apa
selain terus menulis sajak ini
tentang doa yang sekarat
sepi yang makin kurus
nyawa yang tak terurus
6//
pada akhirnya ibunda menutup mata
giginya tinggal tulang belulang
bumi pun berhenti berputar
dari sebelah tangan kanan
penyair yang nyaris kelaparan
Pamulang, Kamis 19 Mei 2022
Puisi
Pulo Lasman Simanjuntak
PERJALANAN –II
duka siapa mau menyerang
di rimba kamarmu selalu liar
hanya singgahkah ?
kalau suasana sudah bosan menyapamu
dan rasa sepi kembali menyergap
disaat risau tak sabar lepas
diam, diamlah hatiku semakin manis
semoga kecupan-Nya
membuat aku lebih kerasan
di sini saja
Jakarta, Juni 1978
#HariPuisiIndonesia # 100tahunchairilanwar
Dalam rangka menyambut Hari Puisi Indonesia (HPI) ke-10 sekaligus memperingati 100 tahun Pujangga Besar Chairil Anwar pada Selasa , 26 Juli 2022.
Dan, untuk ikut merayakannya dengan sukacita.
Saya (Penyair Pulo Lasman Simanjuntak) akan mempublish kembali karya puisi yang pertama kali saya tulis ketika masih duduk di bangku SMA Neg.35 ( Jakarta) kelas I.
Puisi berjudul “PERJALANAN -II” ini telah dimuat di Majalah KELUARGA (Group Harian Umum Merdeka-BM Diah) pada bln Juni tahun 1978 lalu.
Salam Puisi Indonesia,
"Dirgahayu Penyair di Seluruh Indonesia"
Pamulang, Senin , 25 Juli 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar