EDISI JEJAK LANGAKAH 11 TAHUN RUANG PEKERJA SENI 9 JUNI 2020
#6 SAYANG, LENAKU BERJAYA
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Karya Nada ( Novrida )
Nalarku terbujuk
Tangisku kian melahap
Sukma tak lagi kukuh
Karena banyaknya enigma
Tanpa ada sahutan
Siapa yang menyuratkan
Karena inginnya angkat kaki
Aku 'tak mampu menalangi
Karena sesungguhnya, akulah pemahat hati
Sukmaku genting
Jiwaku ingin mati
Pedihku meliliti
Namun tetap saja bungkam
Memilih diam membatu
Mengapa begitu murka
Mengapa sampai hati
Lihat aku karena merindu
Dan juga menanti
Namun 'tak menagih
Hari ke lima tanpamu
Hilang suara, hilang rasa
Jejak apakah ini
Hingga hilanglah aroma
Inilah mula_mula murkamu
Rinduku kini tak bertuan
Pikiranku tak beraturan
Tak ada lagi canda yang mengasikkan
Tak ada lagi kisah yang membuatku riang
Ah ..
Ini gulanaku
Bukan nestapamu
Kala itu,
Janjimu untuk memandu syahadat itu
Agar sempurnalah aku
Lalu, indahnya kidung itu
Tak lagi merebak
Mengapa? ..
Apakah ini pertanda bahwa kau akan menghilang tanpa bayang?
Bertuturlah ..
Jangan membatu
Aku tak mampu meneliti hatimu
Maklumpun tak ada lagi
Hingga remuklah aku
Jika saja ada luka berdurasi
Kokohlah pijakan 'tuk bersua
Selisihlah yang membentangi
Bicaralah,
Agar aku bisa meramu
Karena sederhanaku adalah doamu
Jika demikian,
Mengapa masih diam
Bicaralah,
Agar ku tahu
Harus apakah aku tanpamu
Jika saja ada perundingan
Tentang apa yang menjadi cacatku
Tak akan segenting ini
Jika kau memintaku 'tuk berbalik
Aku tak akan tunggang langgang
Merindukan dengan intensi
Bahwa semuanya pulih dan damai
Sayang,
Lenaku berjaya
Batam, 29 Mei 2020
Jumat, 19:38 wib
#4 MAMPUKAH BERSITEGUH WALAU HANYA SEPEMAKAN SIRIH
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Karya Nada ( Novrida )
Tangisku meletup
Tak mampu kubendung lagi
Inginku menunda
Namun luka 'tak terjeda
Hingga penatlah sukma
Mengapa begitu ambruk,
Hingga sayatan membabi buta
Bungkam, kelu, hilang menerjang
Bahkan nafas berantakan
Rinnai air mata berguguran
Jatuh di pelipis indra
Hingga terjelmalah gundah yang menyesak
Beberapa hari renggang
Semenjak hari kemenangan itu
Setelah gemilang berkilau
Tiba_tiba saja beralih
Awanpun menguap
Kabut berasap
Senyum yang tersulam
Terhempas riak
Entah apa yang kulakukan
Hingga membuat segalanya menjadi curam
Hari catur kala ini,
Inginku berpulang
Agar tak ada lagi gangguan
Dan jiwa tak lagi berhamburan
Karena kehabisan tempo memaparkan
Bila sejatinya akulah yang menikamkan
Bagaimana aku bisa tahu kesilapan
Jika tak ada yang memadahkan
Bagaimana aku bisa bertahan, tanpa kebahagiaan
Jangan menyayati dengan diam
Sejatinya aku bukan hilang ingatan
Aku hanya hamba yang perlu peringatan
Agar aku tak lagi mengulangi kegalatan
Pintaku jangan bertolak diri
Harapanku adalah mimpi
Cita_citaku adalah bahagia
Lalu mengapa memilih berdiam diri
Coba katakan
Mengapa demikian?
Sakit...
Jangan biarkan jiwa kehilangan arah
Jangan biarkan segalanya menjadi hitam
Bukankah kita sudah berjanji
Bahwa kau dan aku adalah kita?
Lalu mengapa menyakiti?
Jika ada pertanyaan
Apa yang kamu tanyakan?
Bila ada era
Inginku bertanya,
Mampukah bersiteguh, sepertiku, walau hanya sepemakan sirih?
Ya Allah..
Jika Engkau mengesahkan
Rentangkan waktu, dan Lenakan jiwaku
Agar bahagia terjelma bagiku
Pintaku 'tak akan melampaui
Yang ku tahu hanya satu
Setiaku diandalkan
Menanti tanpa ejar
Hingga batinnya terkuak
Lalu tiba dengan senyuman
Dan hadir menemui ku
Lalu berkata
Nada, jiwaku penat
Aku ingin berbalik pulang,
Lalu dengan seringai
Kubalut erat letihnya
Dan membawanya berbalik pulang
Ke dermaga rindu dan bahagia
Batam, 28 Mei 2020
Kamis, 19:34 wib
#7 TETAP SAYANG SAMA AWAK, LEGIT
BUKAN?
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Karya Nada ( Novrida )
Ketika
acuhmu menepi
Gundah gulanalah hatiku
Firasatku menyulam sebongkah rindu
Di antara kepingan kalbu
Sesaat langkahmu bergegas
Sungguh lunaklah aku
Apakah sebengis ini?
Seakan kau tak memedulikan naluri
Hingga amarahmu meluap dan membubung tinggi
Ketika senja
menjamu
Riang rialah aku
Bahkan nazar itu
Tetapi semua tipuan
Atau sumpah imitasi
Tak patut aku berambisi
Karena sesungguhnya ,
Nilai rupiah lebih berharga dari sebongkah hati yang suci
Benar bukan?
Kini
memastikan berdiam
Tanpa adanya dalil
Gurauan yang menggelitik
Narasi sang rembulan
Bahkan restu,
Suara yang serak dan parau
Ketika kau menuturkan petuah itu
Masih huru hara oleh nalar
Ada satu ayat yang tergiang di benakku
"Tetap sayang sama awak"
Legit, bukan?
Kepadamu
yang masih memikirkanku ataupun tidak
Tetaplah menjadi ulung
Agar selalu terkenang
Tetap menjadi anutan
Karena seruanku, muliamu
Batam, 6
Juni 2020
Senin, 20:31
M.R
BAGIKU, USIAMU
BELUM JUA MENITIS
°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°°
Karya Nada ( Novrida )
Lagi dan lagi teriris
Bukan dengan kerambit
Namun dengan lagakmu
Kau binasakan rasaku
Seolah aku 'tak pernah mengisi kekosongan di kalbumu
Aku memang ambruk
Pijakanku goyah
Tanpa kiblat
Hilang fatamorgana
Bagiku, usiamu belum jua menitis
Sukmamu juga belum pulih
Potret itu,
Kau alihkan menjadi narasi
Sangat bengis bukan?
Menganalisa ulang kisah senja anda
Itu menganiayaku,
Tidak masalah,
Jika luka yang kau sulam ini adalah bahagiamu,
Aku tak akan menggerutu
Sekali lagi aku katakan tidak memfermentase hatiku
Jika atma lenyap
Arwahpun tak ingin diratapi
Vitalitas akan pulih
Pundi rasa akan menumpuk menghampiri
Namun,
Diriku bukanlah dirimu
Yang semudahnya mengubur rasa tanpa asas
Lalu berlari dan bergegas
Tanpa ada batas
Baiklah,
Aku berbalik arah
Jangan mengingini lagi
Karena tak akan menemukan setitik bayangku di sudut pura
Akupun akan lenyap
Dari sukma hampamu
Mudah bukan?
Dan satu pertanyaanku
"Apa pedulimu"?
Batam, 21 Juni 2020
00:03 wib
MissYou 😥
Tidak ada komentar:
Posting Komentar