Puisi
Pulo Lasman Simanjuntak
UNTUK KANDIDAT
batas akhir dari permainan primitif
merebut kursi
oi, kursi
keramat
berbatu terjal
kesempatan lowongan kerja
nilai-nilai permintaan penguasa
mendidik itu menyenangkan
bukan urusanmu lagi
tengoklah kawan,
puluhan ekor kuda
sudah terbang dari sangkar
mulutnya dirumbuhi kompor gas
tanam investasi dalam museum
megaproyek menerbangkan hotel-hotel berbintang
persis di jidat kepala
batas akhir dari permainan primitif
merebut kursi
oi, kursi
mengeras
retak
Jakarta, 30 September 2022
Poetry
Pulo lasman simanjuntak
TO THE CANDIDATE
the final frontier of primitive play
seizing the chair
oi, chair
sacred
steeply rocky
job opportunities
ruler's demand values
educating is fun
none of your business anymore
look man,
dozens of them
already flew out of the cage
his mouth was covered with gas stoves
invest in museums
a project flying starry hotels
right on the forehead
the final frontier of primitive play
seizing the chair
oi, chair
hardening
cracked
Jakarta, 30 September 2022
Puisi
Pulo Lasman Simanjuntak
DARI BENUA LAIN
dari benua lain
kucuri jejak-jejak membatu
kemarau pecah di tangan kiri
seperti suara-suara riuh
pesta rakyat yang semu
masihkah engkau bermukim di situ ?
matahari yang melepuh dalam sajakmu
tak mampu lagi meninju jasadku
"aku datang tanpa topeng, seperti dulu kita pernah memburu para pekerja malam di pinggir kotamu."
lama engkau sodorkan sumur-sumur subur
menggairahkan cuaca yang surut
dalam permainan kata
permainan makna
di depan pintu gerbang itu
sepiku terperosok ke dalam selokan
kurenangi tangis
sungai-sungai keruh
bulan menganga
bintang-bintang terjaga
di pintu halaman rumahmu
aku berlari kencang sekali
membawa salib jati diri
tak bertemu
jarak tegak
berkilometer suara sudah kusentuh
ratusan perjudian liar sudah kukunyah sampai kenyang
dari hotel berbintang tiga
turun lagi ke jagad yang sejati
sepucuk surat genap
melenyapkan angan debat yang purba
Jakarta , 097-022/ Selasa 27 September 2022
Puisi
Pulo Lasman Simanjuntak
HUJAN DERAS DALAM PERUT LAPAR
1//
pagihari ini aku berimajinasi bersama matahari
rajin mencari pengepul lapak sial bertangan kiri
sejenak telepon ke negeri kikir dan iri hati
bercerita mata uang dollar telah terkuras
sampai ke ujung-ujung bumi makin sepi
2//
lihatlah adikku yang selalu lumpuh malamhari
mengapa Tuhan tak mengalirkan susu dan madu ke dalam rumah doa ini ?
persembahan emas, mur, dan kemenyan
telah diserahkan sejak engkau lahir prematur
dari rahim perempuan samaria miskin
berwajah surgawi tak pernah mengunyah
tanah kering bertebaran ikan asin
3//
mari sayang kita pulang ke dalam kemah ini
hujan semakin deras sejak sianghari
suara petir makin membuat perutku lapar
pohon di taman depan seperti membawa kita
turun ke dalam dunia orang mati
4//
apalagi mau dijual di pinggir jalan
imanku atau imanmu makin kurus
baiklah kita menampung air hujan dalam tempayan liar
agar esok hari tak akan datang lagi
kesulitan mandi dinihari
bernyanyi melepas kepahitan hidup ini
Jakarta, Jumat 23 September 2022
GENOSIDA
Puisi : Pulo Lasman Simanjuntak
di sebuah gedung kesenian purba
terbelah empat penjuru kota
diprotes sejak pandemi mewabah
masih saja sejumlah berkas puisi terluka
disebar di meja pengadilan rakyat
entah sampai kapan dapat didendangkan
menjadi suatu kemenangan
penyair masih dikurung dalam sangkar
bangunan cagar budaya ikut dibakar
akankah menjadi taman impian lautan makar
semata-mata karya seni diciptakan hanya
untuk memperoleh keuntungan kaum kapital yang garang
kini mereka masih ketakutan
harus membayar tiket pertunjukan
digelar di halaman parkir buat
orang-orang yang lalu lalang tak karuan
bahkan bunyi petasan sampai juga
di atas pentas tarian tradisi berkepanjangan
ini rumah budaya milik siapa, tanya kawan pujangga pandai bersilat lidah
ia rajin tidur di tenda-tenda kematian
menatap bintang dan langit kehidupan dari layar kekeringan
nyaris angin puting beliung
membawanya terbang tinggi
ke negeri-negeri kepalsuan
aku hanya terdiam
membawa lari sejumlah pertanyaan keabadian
yang harus kuberitakan
di atas cawan lebur penderitaan
kelaparan akan firman serta
meniup harta terpendam
Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Kamis 30 September 2022
Puisi
Pulo Lasman Simanjuntak
RANJANG TUMBUH JAMUR LIAR
di hamparan ranjang memanjang
tumbuh jamur liar
ada pentas malam
sudah tiga bulan
disebar adegan
ribuan tulang belulang
kesakitan
menggelepar
seekor rusa jantan
masuk kamar diam-diam
ini persetubuhan kita yang terakhir, pintamu memohon belas kasihan pada rembulan
musim hujan pepohonan
justru makin kering
dalam tubuhmu yang makin mengecil
di taman eden engkau perempuan samaria
tanpa makan daging
tanpa makan ikan
kesedihan pun menjelma jadi kelaparan berkepanjangan
aku hanya hamba tuan
yang merayap-rayap
mencari kuburan
untuk tempat peristirahatan
sepanjang zaman
tak berkesudahan
Jakarta, Kamis 6 Oktober 2022
SENJA BERPUISI HATIKU SEPERTI JADI BESI
Karya : Pulo Lasman Simanjuntak
berabad-abab ribuan puisi sudah kukirim lewat berita pandemi
menebar tujuh antologi
ke dalam cawan sakit hati
usai basuh kaki
menelan roti tubuh perjamuan
mengunyah anggur kematian
dan membayangkan berulangkali para pensyair
bersiap terbang tinggi
mendaki bukit-bukit bakal mengalirkan mata air kehidupan
berbudaya kesakitan
jiwa keabadian
"sejenak aku harus jadi baal peor, menabrak matahari perhentian suci meskipun tak sempat baca puisi," kataku sambil merayap-rayap di gedung kesenian rakyat
inilah keterasingan diri
inilah cuaca lupa diri
lantaran ingin bertemu
bintang kartika dan bintang belantika
sementara di panggung pentas sederhana
ada kucatat ;
tarian meratap bersama lukisan-lukisan gelap
ditebar bau kemenyan dan asap pekat
pemusik punk rock ayunkan sabit memabukkan
penyair pun masih rajin
menabuh tembang-tembang senjahari
berbaris-baris menuju selasar kehangatan batin
Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, 17 September 2022
LUMPUR DALAM SAJAK
Karya : Pulo Lasman Simanjuntak
perlahan sajakku turun
tanpa tali temali panjang
sampai menyentuh mata air
di dasar permukaan
dunia orang mati
bumi yang terus digenangi air hujan deras sorehari
nyaris hancurkan akar-akar
tanah beracun tumbuhan liar
kesialan pun kembali datang
dua sosok manusia akhir zaman
tak kenal pengampunan
mereka tetap menggali kuburan orang tuli
diantara lempengan ujung bumi
aku ikut menari kesedihan
mengapa cawan lebur ini
rajin datang saat buah roh mau matang di pematang khotbah minggu mendatang
melalui pipa-pipa paralon yang makin sunyi
sajakku terus tembus
ke bawah planet asing
orang-orang kelaparan
mengangkat kedua tangan
agar Tuhan mau turun tangan
Jakarta, 3 Oktober 2012
PERCAKAPAN TELEPON DUNGU
Karya : Pulo Lasman Simanjuntak
siang hari tadi aku terus mencari-
saudara kembarku bersolek
diantara timbunan beras
di hamparan areal perkebunan tebu
disebar juga bau tembakau
kemelaratan bertalu-talu
nyanyian dari rumah perzinahan
sekeras persaudaraan persungutan
saat ini sedang terjebak
dalam sekumpulan orang-orang yang terpuruk
dendam pada secarik kertas
tanpa warna biru, merah, dan pelangi
duh,
aku kembali tertipu
Jakarta, Oktober 2022
SEDEKAH LIAR
Karya : Pulo Lasman Simanjuntak
i//
berlari-lari mimpiku sejak subuhhari
mencari bayangan kelam
diri sendiri
sudah empat benda purbakala kesayangan ibunda
terjual dengan harga murah
menembus sampai ke mata air tanah lumpur
belakang rumah
seperti upacara perjamuan
pembasuhan air hujan
deras membeku
dingin menjadi luka
terus menerus menetes darah masa lalu
ii/
dalam imajinasi yang amat kuat
seorang perempuan gemuk berjalan pincang membawa seribu penyakit
tanpa tangisan
mau mencegah khotbah
teramat panjang
ia hanya butuh makan roti dan minum anggur
sambil kami berdoa di pinggir jalan
iii/
sehingga selesailah tugas pelayanan
berhari-hari mengejar mata uang
menggelar kesunyian memabukkan
Jakarta, Senin 26 September 2022
MUSIBAH PERSUNGUTAN PANJANG
Karya : Pulo Lasman Simanjuntak
jangan engkau berharap kesembuhan masa mendatang
sebab bumi makin gelap gulita
cuaca tak mampu lagi membaca
apa saja yang tergenang dihadapan kita
"tunggu saja hasil lab uji darah dan batuk dahakmu,
nanti kami akan kirim makanan dan vitamin bergizi," pesan penjaga berkerudung biru di kemah pesakitan tanpa swabtest kematian
lima belas tahun vegetarian
sudah mampu membuat dirimu menjelma jadi perempuan yang rajin membangun mezbah karang tegar
sekurus itukah nyanyian pujian dan doa yang engkau layangkan pagi, siang, dan malam
entahlah
Jakarta, Senin 26 September 2022
Karya : Pulo Lasman Simanjuntak
DAUN PINTU ITU
peluk daun pintu itu
ke dalam bantal mimpimu
menguras serat-serat kayunya dengan pahat air lidah
(maka kita akan dibawa ke pulau-pulau tirani, di sana kaum kapitalis lebih menghargai ilmu pengetahuan ketimbang engkau rajin mencari kotak-kotak surat yang doyan berenang tiap musim berganti)
kemudian akan dibalasnya
secepat kilat listrik
mainan kanak-kanak, perangkat komputer, minyak birahi, hingga laporan basi dari negeri-negeri miskin
lalu putar skrupnya
dengan obeng jantungmu
diselingi tukar pikiran
(mengenai malapetaka rumah ibadah, bungkuskan jadi kado mungil, sebelum engkau buka gemetar kunci daun pintu itu )
setelah itu jadilah tangis rutin
di kamar mandi sampai mencair dari geraham sakit gigi
tak berarti apa-apa
kembali membatu
untuk kita yang muntah mujizat
Jakarta, September 2022
DONGENG ITU KALAH
kalian hanya butuh sebuah pistol kerdil
ketika otak rubayan mulai ditumbuhi saham dua puluh persen
dilepas sauh dari bukit-bukit yang purba
kupilih melarikan diri
gempa bumi di negeri sendiri
ialah ketololan mengapa tak kunjung ke pesta perkawinan
om kusen membangun rumah sakit diabetes melitus
dan tante rina menggores kelamin mabuk
"sudah ada pertemuan terakhir, menunggu persekot," jawab telepon nyaring
beberapa kuli disket bolak-balik
ke markas guna persiapan perang primitif
kendati masih kabar burung-burung unta yang diperas dari dalam perut laut
jemu kukabarkan lewat suara pesawat angin
lebih beruntung bersekutu dengan perompak ?
airmata terus mengalir
suara ketukan bambu
sudah mundur konglomerasi itu
Jakarta, September 2022
OBSESI BERGUGURAN
perkawinan mencapai titik beku
pada roh Tuhan kami ganjil
menghitung musibah dari waktu
ke pot-pot bunga berduri
pemabuk bunuh diri
di atas hamparan tanah gambut
tancapkan jantung runcing
ribuan batu disedot dari dubur
salju yang menyumbat kelamin
melambungkan angan-angan
menuju ranjang pohon jati
yang tumbuh mandul
mondar-mandir makan onderdil mobil
engkau menjilat-jilat darah
otak terbakar
hampir meledak ayat-ayat suci
titipan pendeta enam tahun silam
papan catur yang selalu dikirim lewat faksimile
terkubur rapi dalam sajak lumpuh tempo waktu
bahkan ratusan kode pos membunuh dengkur tidur
tak pernah hadir lagi
berkas sesal harus disemen
menanti kedatangan malaikat manis
suara lisan
Jakarta, September 2022
SUARA MINOR
pertama mendarat di sini
rakus berdandan parfum
bau tetanus
di perut kaki gulungan logam : sepi yang menggelepar !
mencangkul lantai rumah
kicau bekicot terdengar merdu
lagu pop cinta itu birahi luka
tiap minggu bersekutu, ujar batuk knalpot
mampu memuntahkan dendam
ke rusuk-rusuk ranjang
berselingkuh dia dalam sarung
penghuni sudah berlari
mendaki mulut hutan belantara
sampai kapan pun
dia harus dipasung
mata bor
Jakarta, September 2022
BUNUH DIRI
Puisi : Pulo.Lasman Simanjuntak
tiba-tiba amarahmu menyergap
mengapa matahari selalu darah tinggi
sampai menembus pori-pori langit
berputar-putar dalam cawan nafas terakhir
"bukankah setiap subuhhari telah engkau lepas
seekor burung merpati sebagai persembahan
agar kita tak lagi kelaparan," kataku sambil menghitung hari-hari menghitam di batu nisan
sabarlah, katamu dengan roh suara lembut
mari kita kembali bercumbu rayu
terus mendaki ke negeri-negeri birahi
seraya melupakan kekusaman hidup
lalu secara perlahan kita turun lagi
ke benua orang mati
Jakarta, Senin, 17 Oktober 2022
KHOTBAH
Puisi : Pulo Lasman Simanjuntak
berabad-abad khotbah
sudah digelar
di atas mimbar tradisional
sampai menelan rakus
media digital kelaparan
kita mau berjalan pasti
menembus langit merah ketiga
padahal setiap lonceng arloji
berdetak keras
kita telah tersesat
dalam sebuah permukiman liar
tak mampu lagi menyanyikan
tentang lima ribu orang
makan roti perjamuan
ikan-ikan beterbangan
ke benua orang kesunyian
haruskan kita bermain sandiwara
sepanjang pekabaran surga
disampaikan bertubi-tubi
pada layar zoom
disuguhkan segelas jeruk
dalam perut bumi
sementara busana kita berdarah beku
ditabrak keras rembulan
di bawah jembatan kereta melayang
trotoar jalan keremangan
air jamban
tak mampu lagi kulanjutkan khotbah ini
karena aku harus segera
kembali masuk rahim bumi
dengan tangan kudung
dalam sembilan angin sakal
terjual sangat membosankan
Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis 13 Oktober 2022
LAPTOP
Puisi : Pulo Lasman Simanjuntak
laptop usia purba
kutawarkan di gerai kematian
karena layarnya semakin buram
oleh penderitaan tak berkesudahan
padahal esok hari tak pasti
tubuhnya warna gelap dan kelam
harus kubawa menari-nari liar
di atas mimbar kesucian
sebuah pisau keresahan
muncul pada laman berita yahoo dan zoom
ditaburkan tetesan darah membeku
pada kecelakaan di jalan kota yang berlobang
beruntung,
aku dibangunkan dari khayalan
delapan ratus juta rupiah dalam kemasan
berserakan di aspal jalan raya
berseberangan dengan jalan tol
perayaan dan pawai kemacetan
masih ada sajakku dalam setiap aplikasi komputer
sampai aku kelelahan mencari mata uang
apa lagi yang harus dijual
pada seperangkat sembilan handphone
semuanya telah ditelas rakus
dalam pembuangan limbah kesunyian
bau pohon kaktus
Jakarta, Rabu 12 Oktober 2022
KUBURAN
Puisi : Pulo Lasman Simanjuntak
tubuh kami terbujur
memanjang kejang
tanpa dasi, jas, dan kain kafan
bersiap mau turun
ke dunia orang mati
sampai menyentuh
akar-akar
debu dan tanah
sunyi seperti membatu
hening seperti suara jangkrik bisu
jasad kami lalu meledak
di dasar bumi
tenggelam dalam kapal karam
dijilat-jilat penyakit menular
dimutilasi dengan pisau besi
bau formalin jadi tetesan nanah segar
tulang dan dagingnya menari-nari
sampai luluh lantak ditelan belatung
binatang paling menjijikkan
nafas roh terbang cepat
kembali ke rumah suci
lusifer bersabda kejam ;
sekali-kali kamu tidak akan mati
hanya keabadian jiwa
bahwa arwah kami bisa hadir
setiap dipanggil
dari dalam peti mati
di sana tak ada kehidupan
hanya misteri para paderi
tubuh kami masih menunggu
penghakiman disebar semak belukar
sampai utusan Tuhan datang
membangunkan dari tidur panjang
nama siapa giliran dibangkitkan
untuk berakhir di meja pengadilan
Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu, 22 Oktober 2022
PESAKITAN PENDUSTA
Puisi : Pulo Lasman Simanjuntak
tubuh pesakitan pendusta ini
dibungkus kemalasan luar biasa
sejak punya rumah terbelah dua
bertubi-tubi menabur mahkota duri
dalam keluarga inti
kadang bau minuman arak
sangat keras dan brutal
serta perzinahan tak seimbang
yang juga tak bisa melahirkan
anak-anak tanpa akte kelahiran
"aku tak mau mati dulu, turun ke dunia orang sunyi yang tak tercatat dalam peta-peta kitab kehidupan," pesannya seperti mau bersekutu dengan ekor legion di pekuburan orang-orang tak lagi punya senyuman
tiap dinihari
masih saja pesakitan mau bertarung
meraung-raung bersenggama dengan obat
kepalsuan dan hari tua
makin tak jelas
Jakarta, Minggu, 23 Oktober 2022
DIAGNOSIS
Puisi : Pulo Lasman Simanjuntak
bermula dari sehamparan lantai beton
disuntik kuman sangat dingin
ia tertidur nyenyak
tak sadar tubuhnya
dimakan lahap
sangat ganas
bertahun-tahun menikmati
harta kekayaan disebar
dengan tangan kemalasan
kini ia terbaring lemah
tenggorokannya lumpuh
dengan paru-paru berdarah
disedot kesunyian
mencair dalam slang infus biru
dipanggilnya keluarga inti
menghadap seribu malaikat
berjubah hijau lumut
dipaparkan gejala dan tanda klinis
dosanya tersumbat di jantung
amarahnya bersembunyi di ginjal
ia sendiri lari ke padang gurun
sangat ketakutan
sudah terbayang hari esok
mimpinya harus kembali turun
ke area pemakaman
sendirian
tak ada lagi
suguhan makanan dan minuman
Jakarta, Jumat 21 Oktober 2022
LELAKI TANPA KELAMIN
Puisi : Pulo Lasman Simanjuntak
lelaki tanpa kelamin
rajin menyapa hujan sore hari
setiap mau menembus belantara kota
hari-hari mengerikan
paru-parunya telah terinfeksi
bakteri takut matahari
bahkan jantungnya
hanya berdetak dua kali
semakin gelap gulita
mau turun ke planet
orang mati
lelaki tanpa kelamin
punya sepotong ginjal
yang telah membuat bengkak
seisi rumah suci
tempat kumpulan orang berdoa
memunguti dosa-dosa
masa lalu paling menyakitkan
lelaki tanpa kelamin
pingsan sejenak
lalu bangkit lagi
menabur bunga mawar
di atas ranjang penyakit menular
sungguh sangat liar
masihkah ada pengharapan
lantaran kemiskinan
terus berkepanjangan
Jakarta, Jumat, 21 Oktober 2022
RANJANG MAUT
Puisi : Pulo Lasman Simanjuntak
kusapa dari wajah kitab suci
tubuhmu terus membengkak
menjelma jadi sebuah bangunan
rumah sakit bertingkat-tingkat
lalu menatap langit senjahari
yang menelan habis
kuman-kuman diagnosis penyakit
menyebar kesepian berdahak
dari seorang perjaka tak punya sperma
pukul berapa jam bezuk, tanyamu
bau infus telah menyebar sampai
tanah kuburan yang basah
airmata memerah
amarah menular dusta
"kalau kematianku tiba, biarlah dibungkus kain kafan tua, sebab peti mati harganya terlalu mahal untuk dijual di bawah bumi tak berpenghuni," pesanmu
maka sebelum pulang ke rumah
telah kusodorkan ranjang maut ini
persis di bawah perutmu yang berlobang
disuntik menjadi sebuah terowongan berair
tembus sampai ke liang lahat
mengerikan memang !
Jakarta, Rabu sore, 19 Oktober 2022
MATA UANG
Puisi : Pulo Lasman Simanjuntak
kuku burung menggigit badan aspal
tiap siang siapa hendak diterkam
lewat berita koran
gerombolan hewan bertaburan
di wajah para cendekiawan
sayap ular mengendus-ngendus
ke dalam riwayat kerdil
dengan bintang tanda jasa
berserakan di uban kepala
mulutnya runcing
seperti bocah kehilangan kamar
gadis-gadis molek
menawarkan persembahan
menuju tiang salib
kini giliran kaki gajah
menginjak matahari
dengan sebelah mata buta
bertafakur
padahal ia tidak mengerti
(barangkali alpa )
kuku burung dan sayap ular
siap menerkam kaki gajah
disembelih
kompor-kompor garang
Jakarta, Rabu 19 Oktober 2022
BERSAKSI
Puisi : Pulo Lasman Simanjuntak
melalui layar zoom-
basah ditelan hujan malam
engkau masih di kamar mandi
mengguliti tulang-tulang tubuhmu
yang makin mencair
sebelum disampaikan khotbah nubuatan
kuceritakan penderitaan
makin berkepanjangan
satu untuk para pahlawan iman
satu lagi untuk jamaah serabutan
aku tetap kelaparan
"seribu penyakit menular harus ditebar dalam rumah persinggahan, lihatlah tiap malam rembulan batuk darah minta suntikan obat-obatan dari rumah sakit orang miskin," teriaknya dari atas tikar yang penuh dendam dan kebohongan
aku harus segera meditasi
kembali ke gua-gua kesunyian
mengais barang-barang loakan
lantaran anakku yang gagah perkasa
senantiasa berpesan penuh kemarahan
jangan ada lagi perkakas logam yang dijual
atau perangkat elektronik dijejer
di jantung kiri dan etalase kematian
datanglah kepada Tuhan, pesanmu
sebab dari bukit hambalang
deru angin sangat kencang
semua diselesaikan
satu siksaan
kapan berakhir
hari-hari
tak punya kepastian
Jakarta, Rabu 26 Oktober 2022
**/Catatan puisi berjudul “KUBURAN” telah dimuat (dipublish) di website media sastra dan seni budaya negerikertas.com pada Selasa, 25 Oktober 2022
**/catatan DAUN PINTU ITU, DONGENG ITU KALAH , OBSESI BERGUGURAN dan SUARA MINOR telah dimuat (dipublish) di Harian Umum Suara Merdeka (Semarang, Jawa Tengah) melalui website-nya di Jakarta yakni www.jakartasuaramerdeka.com pada Minggu, 2 Oktober 2022
**/Catatan RANJANG TUMBUH JAMUR LIAR telah dimuat (dipublish) di website indonesiana.id pada Kamis malam (6/10/2022).Selamat membaca.Salam Puisi Indonesia.
**/catatan SENJA BERPUISI HATIKU SEPERTI JADI BESI, LUMPUR DALAM SAJAK, PERCAKAPAN TELEPON DUNGU, SEDEKAH LIAR dan MUSIBAH PERSUNGUTAN PANJANG telah dimuat atau dipublish Harian Umum Haluan (Padang, Sumbar) melalui website-nya yakni harianhaluan.id pada Selasa, 4 Oktober 2022
Biodata :
Pulo Lasman Simanjuntak , karya puisinya telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal dan 17 buku antologi puisi bersama para penyair di seluruh Indonesia dan saat ini tengah deadline untuk penerbitan buku antologi puisi ke-8 berjudul BILA SUNYIKU IKUT TERLUKA
Karya puisinya juga telah dimuat diberbagai media cetak, media online, dan majalah digital di Indonesia dan Malaysia.
Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP), Dapur Sastra Jakarta (DSJ), dan anggota Sastera Sahabat Kita (SSK-Sabah, Malaysia).
Bekerja sebagai wartawan dan bermukim di Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
Email : pulo_lasman@yahoo.com
Medsos : Lasman Simanjuntak (FB/Instagram)
**/catatan SENJA BERPUISI HATIKU SEPERTI JADI BESI, LUMPUR DALAM SAJAK, PERCAKAPAN TELEPON DUNGU, SEDEKAH LIAR dan MUSIBAH PERSUNGUTAN PANJANG telah dimuat atau dipublish Harian Umum Haluan (Padang, Sumbar) melalui website-nya yakni harianhaluan.id pada Selasa, 4 Oktober 2022
Biodata :
Pulo Lasman Simanjuntak , karya puisinya telah diterbitkan dalam 7 buku antologi puisi tunggal dan 17 buku antologi puisi bersama para penyair di seluruh Indonesia dan saat ini tengah deadline untuk penerbitan buku antologi puisi ke-8 berjudul BILA SUNYIKU IKUT TERLUKA
Karya puisinya juga telah dimuat diberbagai media cetak, media online, dan majalah digital di Indonesia dan Malaysia.
Ketua Komunitas Sastra Pamulang (KSP), Dapur Sastra Jakarta (DSJ), dan anggota Sastera Sahabat Kita (SSK-Sabah, Malaysia).
Bekerja sebagai wartawan dan bermukim di Pamulang, Kota Tangerang Selatan.
Email : pulo_lasman@yahoo.com
Medsos : Lasman Simanjuntak (FB/Instagram)
PULO LASMAN SIMANJUNTAK |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar