Kamis, 24 Februari 2022
Kumpulan Puisi Yuni Tri Wahyu - AKU KAMU
GERIMIS SORE
Uwa Kijoen feat Yuni Tri Wahyu
Gerimis sore ini menawarkan cerita di meja kayu.
Aku diam menyimak cerita yang engkau paparkan.
Mereguk perjamuan, saat untaian gelap perlahan menghiasi kaca jendela.
Tak ada kata terucap, segala pesona bergema di rongga dada.
Kita pun, menggamit telapak tangan satu sama lain. Sungguh kehangatan itu seperti mengaliri urat dan pori di tubuhmu, kekasih.
Di antara nyanyian gerimis sore ini ada rindu gebu yang selalu membawa sepi merasuki sunyi paling hening.
Kadipaten-Tangerang, 04 Februari 2022
AKU KAMU
Yuni Tri Wahyu
Tak perlu canggung bincang menggunung pun lembah lemah mewabah
Segala rasa tercurah resah lengah hingga tegak keyakinan sambut senja
Lelucon sederhana merekah tawa atau menapak tilasi jejak luka purba
Rajut ikhlas genggam harapan bersandar titah-Nya
Meski raga mungkin tak senyawa asa
Aku kamu tetap sahaja, esok lusa selamanya
Tangerang, 03 Februari 2022
SEGELINTIR MAMPIR
Yuni Tri Wahyu
Bukan sanjung harum bunga hiasi ruang sastra
Goresan jiwa warnai beranda maya
Tarian jemari raih simpati sesap elegi
Tidak lantas harap mendapat tempat
Hanya segelintir mampir, luahkan nyanyian sunyi
Tatkala sepi adalah diamnya hening jati diri
Sudilah kiranya melirik dan menggenggam erat
Telapak tangan berlabuh kapal ikhtiar
Tersenyumlah tanpa simpan caci cuci pemulas wajah
Biarkan begini, entah legam terpanggang terik
Pun bening cermin pribadi pancaran nurani
Berkilauan bak embun pagi
Tangerang, 09 Februari 2022
PENGAGUM SEPI
Yuni Tri Wahyu
Akulah pengagum sepi, merajut asa dengan benang merah hitam putih kehidupan. Telah terikat pada tiang keyakinan, semoga tidak akan pernah lapuk diterpa pergantian musim.
Akulah penyanjung sunyi, kumandang gumam doa bergema di relung jiwa. Tanpa harus tumpah ruah berbuih di sudut bibir.
Akulah perempuan berpeluh garam, melukis hening dalam kepasrahan, berserah. Agar lelah selalu berkah.
Ya Robb, satukanlah hingga ujung batas waktu, tentang sepi hakiki dan sunyi sejati dalam hening abadi. Aku diam, tunduk atas titah-Mu.
Tangerang, 07 Febtuari 2022
SEPASANG KEPALA BATU
Yuni Tri Wahyu
Dunia maya pertemukan syair sunyi
Sepi menyayat hati, terkisah catatan luka purba
Tidak ada bunga kata semerbak rayu
Pun tinta pemulas bibir bermadu ambigu
Sepasang kepala batu berpegang prinsip
Masing-masing kukuh bersiteguh
Aku terlahir dari alam mengalir suka-suka ke hulu
Aku terbentuk melalui proses perjuangan memapah ilmu
Begitulah mereka berseteru lewati jalan buntu
Kemudian hening genggam kebenaran, atau pembenaran?
Diam memilin rindu di bibir waktu
Mengulum ego ucap maaf, meski esok kembali berjibaku
Tangerang, 21 Februari 2022
DIAM MERAJUT ANGAN
Yuni Tri Wahyu
Riuh riak ombak tak lagi nampak
Tersisa buih di bibir pantai
Lantas lesap di balik pasir putih
Berkilau seperti embun bergelayut di ujung daun
Hilang bersama hangat senyum mentari
Terpatri semangat bangkitkan nyali
Melangkahi hari dengan peluh bercucuran
Untuk mengais segenggam harapan anak-anak masa depan
Melepas bayang-bayang kisah silam
Hapus jejak berdebu pilu perjalanan
Mata berkabut urai catatan purba berlumur kepedihan
Lalu hujan lebat turun banjiri sajadah usang
Hanyutkan noda terselip di serat kain penyesalan
Diam merajut angan, berharap sejumput rindu membawa sunyi sejati
Pulang pada sepi hakiki dalam damai
Sebelum senja mengantarkan malam abadi
Tangerang, 21 Februari 2022
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar