KELU
By. NengIcha
Terkadang aku ingin menceritakan tentang semesta kepadamu
Untuk sekadar meredam rasa takutmu terhadapku
Menceritakan tentang angin, hujan, bahkan pelangi
Namun ada rasa kelu di lidahku
Yang menahan setiap kata untuk keluar berdasarkan cerita
Menahan setiap keterangan yang mutlak berdasarkan realita
Aku takut engkau candu
Aku takut engkau tak mampu menahan belenggu
Aku takut semua akan berakhir dengan ratap sedu menghujan di ruang dadamu
Aku menyayangimu
Dalam hati dan dalam ruang sepiku
Aku membingkai setiap warna yang engkau tabur di pelataran waktu
Aku menyayangimu
Namun cukup aku nikmati sendiri kerinduan terhadapmu
Aku bahagia menikmati tawa ceria dari bibirmu yang seindah senja
Dan aku berharap tawa itu, selamanya tak akan pernah sirna
MK. 05022022
PAGIKU KINI
By. NengIcha
Di pagi saat lalu,
Aku selalu menyuguhkan mentari pagi terhangat untukmu
Untuk membangunkan tidurmu
Untuk menghangatkan jiwamu
Juga untuk mencairkan rindumu
Saat lalu,
Kita masih satu
Bersama saling melengkapi
Bersama saling mengisi
Dan bersama saling mengerti
Dan kini,
Kita tak lagi searah
Di lajur tak terduga kita berpisah
Di rel yang berbeda kita rakit kembali kisah-kisah
Kini kamu tanpaku, dan aku tanpamu meski dengan sedu yang nian masih basah
MK. 05012022 (06:38 WIB)
AKU INGIN
By. NengIcha
Aku ingin bersembunyi,
Tapi entah di mana aku harus mengurung diri
Menjauh darimu yang kerap mengkhayalkanku dengan sekeping mimpi
Saat ini,
Matahari bulan bintang terlanjur tahu akan keberadaanku
Namun beruntungnya aku, engkau belum mencium di mana keberadaanku
Aku bersembunyi di balik topeng hitam
Yang engkau yakini akulah tokoh utama namun renta berwajah kusam
Jika saja engkau tahu akan bulan yang bersinar di kepalaku
Maka aku yakin, seketika engkau akan pergi meninggalkan aku
Seperti mereka yang meratap kecewa akan keberadaanku.
Dan pergi meninggalkan kepedihan mendalam dalam lubuk sanubariku
MK. 09012022 (22:19 WIB)
TAK AKAN BERKARAT
By. NengIcha
Engkau menuju Roma dengan menggayuh sepeda
Membawa bekal lengkap tanpa kekurangan suatu apa jua
Karena leluhurmu berada,
Hingga mampu mencukupi perbekalanmu hingga titik paling engkau damba
Sedang aku,
Aku tak seberuntung dirimu
Aku menuju Roma dengan tapakan kaki
Sepasang kaki telanjang bergambar tekat yang tak akan berkarat hingga aku mati
Dengan tetesan air hujan sebagai perbekalan
Yang akan memuaskan dahaga hingga kelaparan
MK, 26 Januari 2022
PEMUJA MENTARI
By. NengIcha
Dingin
Mentari terlalu dingin
Hingga membekukan jiwa serupa angin
Bahkan meski tak pernah lagi aku ingin
Tungku
Iya, aku akan mendekati tungku
Yang mampu memberiku kehangatan hingga punca kalbu
Memberiku kenyamanan meski hanya seutas waktu
Bukan salah aku yang beranjak pergi
Karena sejati mentariku tak lagi berseri
Meski dalam hati aku tetaplah seorang pemuja mentari
Namun aku tetap butuh kehangatan yang mampu mencairkan beku yang elegi
MK. 02022022 (07:00 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar