UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Selasa, 08 Februari 2022

Kumpulan Puisi Romy Sastra - ORKESTRA MALAM



SAJADAH USANG

sepanjang sajadah terbentang sekujur bangkai berpetulang. tentang sajadah usang yang sudah lama sepi, sajadah menunggu bisikan tasbih. bangkai hidup berkeliaran di jalanan tak ada kata penat. lalu jemari mungil menyibak rambut di kening dan bangkai pulang dalam keheningan menemui bayangan sendiri, tak memiliki kunci syahadat, sia-sia pencarian.

sepanjang sajadah terbentang sekujur tubuh bersimpuh. tentang sajadah usang hampir koyak memanggil alunan zikir si fakir. tubuh renta perlahan pasrah, mau dibawa ke mana lagi pencarian tak berjarak? tubuh berpeluh di mata syahdu tentang rindu yang sunyi, sajadah pasrah ditindih musafir kembali.

perjalanan di ruang hati
sajadah usang merindu di sudut lemari

Romy Sastra
Jakarta, 6222



ORKESTRA MALAM

tidur bermimpi tak bergaun
mengapa?
aku cuma perlukan peta
mencari indahnya selimut malam

dan malam berbaju lusuh
dikoyak pagi
bulan masih bayi
menyusui dada langit

siulan angin mainan dingin
orkestra semesta
tubuhku basah

lalu, aku terjaga mimpi usai
telapak menadah embun
kuusap lesap di wajah
asin di mata tawar dirasa
dahagaku sirna

Romy Sastra
Jakarta, 4-2-'22



MANTRA INYIEK BUKIEK PINJARO
Romy Sastra


Bismillahirrahmannirrahim

Karano bungo rampai alah ambo langkokkan, kok janjian sampai tolong dakekkan! Oii, inyiek balang nan manyuruak di dalam rimbo, indak kandak kami ka cilako, kok ado inyiek salah jo lengah, alah dibari maaf sabalunnyo. Hutang nyao dibaieh nyao, hutang budi dibao mati. Kok sansai kami sanagari, babalieklah ka kandang pinjaro ko kini juo! Jo ilau nan manih inyiek kami himbau. Dari ampek penjuru mato angin, kami arak ka kandang, datang baputa, putalah oii angin ka buuah tali, tapilin di jari nan sapuluah, indak ka lari inyiek kami nanti, dinanti siang malam, kalau indak tibo inyiek akan sangsaro, nan Kuaso mamutuih kaji,

...Lunak besi kersani di lengkungan tangan,
di batang tubuah Adam ditancapkan, tuah dari langiek jatuh masuak ka ubun-ubun tembus ka dubur. Kersani mangguncang bumi, runtuahlah kudaraik inyiek, lunak sarupo batang pisang nan indak lai garang...

Adam asanyo tanah, Muhammad asanyo nurullah, Jibril, Mikail, Israil, Israfil asanyo cahayo kulimah, barakek pintak ka nan Kuaso. Kun kato Allah, Fayakun kato Muhammad, Rabbukun kato Jibril, jadilah, mako tajadilah jinak inyiek tatangkok di dalam jarek, barakek kulimah Allah, La ilaha illallah Muhammadur rasulullah.

Jakarta, 28 September 2019



TELAH TIBA SAATNYA KULEPAS DIRIMU PERGI ANAKKU

Sembilan bulan di ranah fitrah
Kau menangis terlahir dari rahim ibu
Lalu, kau dijaga sebentuk taman
Seisi rumah berbunga
Anakku...

Lihatlah di kedalaman samudra itu
Ayah ibumu mencari mutiara
Bagaimana kami belajar tabah
Dan berlayar sepenuh cinta
Kelak ketabahan kami kau miliki

Musim ke musim berganti
Getar dan getir bergegas pergi
Nun pada sebuah penantian
Di dermaga tunggu di pelaminan ini
Telah tiba saatnya kulepas dirimu
Pergilah berpalkah anakku
Bernakhoda menuju bahtera

Oh, anakku?
Air mata orang tuamu dulu
Sebentuk telaga membesarkanmu
Kini air mata itu tumpah
Tanpa bisa dibendung

Dan doa sepanjang jalan ini
Jadilah istri solehah
Patuh pada suami
Berbahagia hingga ke jannah
Kelak kenang-kenanglah aku!
Jasa ayah ibumu takkan bisa dibeli

Romy Sastra
Jakarta, 8 Februari 2022



MERINDU

setidaknya ada harapan setiap pagi
meski rembulan tak sempurna terangi malam
berjalan ke arah tahajud
yang memancarkan kilauan di setiap sujud
aku masuk dari segala pintu
menatap sinaran cinta
ternyata istana raja selalu terbuka;
aku merindu yang tak berwujud

Romy Sastra
Jakarta, 11 Februari 2022



SEPASANG PASRAH TERGADAI

sepasang kekasih berkisah:
kami rehat berdansa
melepas lelah seharian
diam di pintu senja

malam panjang dilewati
sunyi yang dingin
adalah kemesraan
tak berbaju bahkan lusuh

kesetiaan berpanggung
dua sejoli bermenung
menunggu sampai pagi

pada masanya tiba
kesetiaan bercerai
relah terpisah jadi sampah

setelah rupa koyak
ada kesetiaan yang lain
mencatatkan kisah
pada sejarah pada bakti
hingga nama tertulis di batu nisan

dia biarkan riwayat terinjak melukis jejak
: sepasang pasrah tergadai
mereka pamit

Romy Sastra
Jakarta, 10 Februari 2022



CAHAYA MENUNTUNKU BERCINTA

menguak ombak pada layaran singkat
deru gemuruh kapal berpalka
tak nakhoda bingung menuju arah
musim terus berkisah dan berpisah
sekejap kontemplasi diri
membaca isyarat taat

mungkin inilah perjalanan hidup
tak mengenal lelah bermusafir
satu tongkat dibawa-bawa
pasrah dengan segala keadaan

aku berpikir dan berzikir
hasrat mengantarkan asma kekasih
siang malam berkisah
"astaghfirullah al adzim" menyadarkanku
pada setiap langkah bermula

kusadari pujian takzim
bagaimana merdu daud
mengajarkan senandung taklim
diajarkannya gunung-gunung bertasbih
daun-daun bertasbih
burung-burung bertasbih
samudra bertasbih
hamparan langit berlapis bertasbih
semesta bertasbih
semuanya bertasbih
bahkan ibis pun bertasbih

dan sampai pada kematian tiba
apakah aku terus ingat pergulatan
tentang sedari awal bertuhan
cahaya menuntunku bercinta

Romy Sastra
Jakarta, 14 Agustus 2021



SERENADA WANITA ISTIMEWA

Embrio berbiola Ya Hu membentuk tubuh
Sebelum telaga itu tumpah
Dian membangun kubah cinta
Di antara keping-keping manikam
Hati bertaut kembang bergoyang
Menari di kelambu kasih
Lalu, aku terlahir dari rahim suci
Pada palkamu garba dunia

Saat tubuhku telanjang tangis lupa bakti
Tongkat penuntun jalan telah disiapkan
Kain gendongan saksi kesetiaan
Kini aku membaca, siapa wanita istimewa itu?
Adalah cintamu ibu tak berpaling terus berpalung
Meski nadi putus dibelati kasihmu abadi
Kini aku berlari

Jakarta, 3 Januari 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar