Terasing hati dalam keramaian
Sendiri terbelenggu sepi
Mengharap ada yang kembali
Mengganti masa yang terlewati
Masa kita telah usai
Di ujung senja yang menghitam
Kita hanya bisa mengikhlaskannya
Aku merindu
Tapi tidak denganmu
Aku kau lepaskan
Namun cintamu kugenggam
Jangan tanya kembali tentang rindu
Hatiku sudah cukup terluka karenanya
Yah, mencintaimu adalah pilihan
Dan aku pernah memperjuangkanmu
Bertapa ku di ujung waktu
Mencari perumpamaan
Tak jua kutemukan
Keping hatimu yang kupecahkan
Selamat tinggal sayang
Sekeping hatimu kubawa pulang
Agar kelak jika rindu itu bertalu
Aku tahu kepada siapa harus kembali
Karya ; Ririn Riyanti Dan Mata Elang
Bekasi - Lampura, 2 Desember 2022
MAYA DAN NYATA
Dalam masa tertera cerita
Dalam cerita terbentang rasa
Dalam rasa tercipta cinta
Dalam cinta tertuang semua yang ada
Entah mengapa saat ini terasa hampa
Padang belantara kusangka surga
Ternyata terdapat ular kobra juga
Mereka yang tergigit akan terluka lama
Kutanya pada semesta
Dalam nyata ataupun maya
Mengapa ular itu ada
Ia ada supaya kau berjaga
Merdunya aksara dunia maya
Tak bisa kuduga
Tak sebanding yang kukira
Pada pikiran nyata
Antara maya dan nyata
Engkau harus dewasa bila di dalamnya
Engkau harus bisa membedakan keduanya
Ia tampil sebagai nyata atau fatamorgana
Ooh tante meta
Kedatanganmu laksana tambang batu bara
Kearifanmu laksana dewi fortuna
Bagi pengais cinta engkau dipuja
Bagi yang merana engkau dihina
Sungguh kasihan kau tante meta
By Igit U
TANTE META DEWI FORTUNA
Penyaji cerita dusta dan sedikit nyata
Halusinasi semata
Penebar sejuta pesona
Ibarat tangkai mawar kau genggam
Melukai hingga berdarah
Menyiksa batin yang merana
Kerana asmara maya menggelora
Tante meta sang pemilik fatamorgana
Rayuan maut berselimut cinta
Yang nyata ditinggal dalam kecewa
Demi mengejar yang tak kasat mata
Bukan salah Tante Meta bila ada yang terluka
Hanya kurang bijak menyikapinya
Terbuai tertipu manis kata-kata
Akhirnya jatuh dalam duka berlinang air mata
By Ririn Riyanti
JANGAN TAKUT TUK MERINDU
Ririn Riyanti dan Mata Elang
Aku takut dengan kata rindu
Rindu yang bukan pada tempatnya
Bukan seharusnya ada
Menyibak menyingkap kegalauan rasa
Biarlah ia mengalir apa adanya
Jangan engkau meredam apalagi membunuhnya
Sebab rindu adalah anugerah
Yang patut kita syukuri
Jangan sebut lagi kata itu
Tak ingin aku mendengar maupun membacanya
Aku bukan pelabuhan rindumu
Kau tambatkan jangkar dan singgah selamanya
Datang dan pergi adalah kehendak-Nya
Begitupun aku adalah salah satu suratan jalanmu
Sebegitu kuat engkau menahannya
Sebegitu kuat pula cara Tuhan menyapamu
Simpan saja rindumu
Berikan pada yang lain
Wanita yang tak terikat janji untuk setia sehidup semati
Aku tak mampu menyimpannya
Sebab ia laksana gemuruh
Yang setiap saat mengetuk hatiku
Agar rindu ini tersampaikan kepadamu
Hapus saja rindumu padaku
Kita kan terluka akhirnya
Yakini rindu itu bukan kerana cinta
Sekedar rasa kagum saja
Aku bukan pelarian sepimu
Luka dan air mata adalah separuh perjalanan
Tak diundang pun ia tetap datang menghampiri dengan berbagai cara
Meski hanya sebatas kagum saja
Senaif itukah hatimu membunuh rasa
Bandung-Lampura, 12 Desember 2022
NAMAMU
Ririn Riyanti
Di atas kertas putih kuingin menggoreskan namamu
Menjadi bait puisi sederhana
Nama yang kau sembunyikan dari dunia
Apalah arti sebuah nama
Terpenting kita seiya
Mencipta cerita penuh makna membias rasa
Ikatan yang terjalin mengalir apa adanya
Meski tak pernah bersua
Menyatu dalam karya satu suara
Izinkan aku mengukir kisah tentang kita
Sebelum perpisahan datang
Mengubah kita menjadi kenang
Lampura, 10 Desember 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar