Sabtu, 10 Desember 2022
Kumpulan Puisi Romy Sastra - LIPSTIKMU
LIPSTIKMU
lipstikmu luntur
ketika kusentuh di pejam mata
remang-remang cahaya
meremang bulu roma
ada suara berbisik lirih;
"lepaskan kemesraan in!"
pintamu tersengal-sengal
"aku liar pada desah yang tak pasrah,
bukan pemaksaan"
di malam itu, derik daun-daun berbisik
tersenyum mengintip malu
di malam itu, desau angin merayu-rayu
kau tak sadar jemariku ada di rambutmu:
kenapa marah?
dan aku menuntut kesaksian rindu
kaudendangkan di hari-hari yang berlalu
cinta memainkan peran dalam kisah
lipstikmu luntur bibir pucat pasi
ternyata,
diam-diam kau menikmati juga
salahkah aku?
tanyakan pada rindumu!
Romy Sastra
Jakarta, 7 Desember 2022
tarian angin akhir tahun
senja di kaubun
HIDUP BAGAIKAN SEBATANG ROKOK
lamunan memandang langit
rerumputan tumbuh berlumut tak menjerit
tuhan ciptakan persetubuhan roh
dan jasad sempurna jadi insan
malam berkejaran berkejora
kutunggu dikau di balik gulita
oh, gemawan yang berkeliaran pekat
aku taklim ke dalam tafakur
sarat mencari isyarat diri
di mana cinta bertakhta?
lalu, angin kabarkan pesan pada
sepucuk perdu jatuh di wajahku
sepoi mengayun gerai terurai
di akar yang berjuntai
fajar hampir menyingsing
sisa malam berwujud angan
pagi menyapa
terik perlahan tiba membakari
hujan kemarin masih bersisa di mata
menyirami sesaat saja di dada
berharap bibit berputik
kenapa buah ranum tak enak dimakan?
sebab batang dan dahan kekeringan
daun-daun berguguran
senja berpulang ke ujung dunia
tak jauh di ubun beruban
jejak berserak tujuan dicari
tak ditemukan destinasi hakiki
ya, diri kau tersesat!
kapan pengabdian janji azali dijalankan?
letih mulai mengejar tubuh
otot yang dulu kuat bagikan kawat
bertulang besi, kini rapuh
tirani kehidupan terus berlanjut
padahal kematian pasti terjadi
: menunggu antrean
jalan menuju pulang ke tempat gelap
--tiada gelap yang lebih gelap,
selain dalam kuburan itu nanti--
sebab, istana maha sunyi tak berpintu
aku persiapkan lentera di lembaran sabda
kudawamkan selagi masih di dunia
berbenah tak terlena
akhir tahun 'kan pergi seiring roda zaman
berganti tahun baru kusadari,
di setiap langkah semestinya
kutepati janji azali
aku kaji mengintip diri. "ya, hu"
kuwujudkan jasa terbaik padamu rabbani
: aku bersyukur
karena hidup bagaikan sebatang rokok
dan perjalanan sudah di ambang kubur
aku mencintainya?
sedangkan angin tak pernah sudah
embuskan kesejukan di segala arah
dan di liang rongga
aku bertasbih sejurus doa
ya, aku iktibari diri membaca laku
"man arofa nafsahu, faqod arofa robbahu"
Romy Sastra
Kaubun Samarinda 291222
KURSI MABUK
house muzik menghentak
tangga nada jatuh di segelas anggur
lalu, gelas-gelas berbisik:
aromaku semerbak
teguklah warna merah hati itu!
kau terkubur lumpur
menari sebentuk bulan sabit
tajam si mata elang yang jalang
minor miror horor kotor
runtuh pagar ayu di paras sendu
house muzika kian zigzag
aku liar di bising yang nakal
kurang ajar hasratku padamu binal
kursiku mabuk
Kaubun Samarinda, 271222
PESIMIS
kekhawatiranku pada kemarau telah berlalu
siklus pertanda musim dibawa angin
debu-debu berhamburan singgah
bersemayam di mata
aku buta sekejap dari bayangan
kaukah itu cinta menitip bunga,
lalu mengatup
kekhawatiranku pada hujan terbukti dingin
semestinya kau hangatkan tubuhku rindu
apakah rasamu sudah hambar dengan sendirinya
tarian angin tak lagi gemulai di pucuk perdu
cinta masa lalu telah beku
jiwaku trauma akan kekasih semu
kenangan mewujud kepalsuan
dan kekhawatiranmu pada kekinianku pesimis
dirasa fatalis
sesungguhnya kau tahu aku optimis
tak ingin kalah bertarung
sebelum tiba di finish
Romy Sastra
Samarinda, 24 Desember 2022
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar