KARANG SEMANGAT
Karya : Samodera Berbisik
Keadaan memaksa raga merenta dalam luka
Terlalu rumit meraih remah upaya
Pada tanah merah tak berhumus, dahaga
Menggali pun kian liat, tandus berbara
Sesungguhnya di dada tersimpan karang semangat
Kuat menopang, sigap memberi manfaat
Seindah kenang saat kesuburan masih melekat
Kini dangkal kalis ketika tersiram, benih pun layu seolah sekarat
Karang semangat menyapa kering ilalang
Memunguti kemakmuran, sebatas kenang
Tiada lagi tanah lapang menumbuhkan gemuruh juang
Hasrat tertimbun peluh kedukaan, kemudian menghilang
Tangerang, 02 Mei 2020
#musafiraksara
#episodekarangsemangatmenghilang
AKSARA RASA
Karya: Samodera Berbisik
Tertata dalam goresan makna
Selarik kata mewarnai puisi hati
Diksi rindu bergema
Mengundang ramuan imaginasi
Teracik irisan kisah
Elegi bermuram gelisah
Menapaki sejarah, singgah pada bening kesadaran
Akan gerimis rindu menyentuh perasaan
Aku basah bermandi kasih
Oleh hadirmu, duhai kekasih
Melapangkan sesak secercah harapan
Yang terkira buaian kehampaan
Aksara rasa asa merona
Busur cinta menancap di palung jiwa
Ketika syairmu terluah, oohh tuan pujangga
Aku rebah ... tanpa kata
Suatu waktu harapku bertemu
Menyalin bait-bait sendu
Pada rindu berbunga biru
Mekar mewangi di taman kalbu
Meski hanya bunga aksara
Rasa asa menguak duka
Menyambut uluran senandung doa
Terwujud dekapan, tanpa sua
Tangerang, 01 Mei 2020
#musafiraksara
#episodeaksararasaasa
SANG PERINDU
Karya: Samodera Berbisik
Engkau tahu hadirmu menyimpul mati temali hati
Mengikat kuat gejolak tak terelak
Tersudut sudah resah, bermekaran indah
Semerbak mewangi pesona rasa
Mana mungkin sejenak terabai dalam diam
Sementara rindu terus dan terus menari
Gemulai mengecupi setiap persendian
Berkesinambungan menggenggam harapan
Padamu, tentang kisah indah menjelajah palung kita
Memupuk hasrat menebar asa sua
Esok atau lusa selamanya bersama
Sang perindu, menguntai aksara bahagia meski berupa lantunan doa
Tangerang, 29 April 2020
#musafiraksara
#episodesangperindu
WARISAN RINDU
Karya: Samodera Berbisik
Masih tersimpankah kidung asmara di hatimu
Kala itu mengalun begitu syahdu
Meski derai pilu tak lelah mencubit waktu
Perjalanan menghadang berlayarnya perahu
Di tengah ganas ombak menggulung ingin
Layar kita robek, sisakan harap pada arah angin
Dayung patah berderak, asa memohon takdir memberi izin
Pelayaran tetap berjalan menjaring ikan-ikan kecil, untuk diasin
Tak habis hari ini, ada milik anak cucu
Duhai ... peramu racikan rindu
Sisakan setitik untukku, debar-debar hatimu
Selalu menemani sepanjang waktu
Tak pupus, meski usia terputus
Biarkan kasih kita terwaris tulus
Bagi generasi penerus
Kemudian hari, saat kita telah lulus
Tangerang, 29 April 2020
#musafiraksara
#episodewarisanrindu
KISAH TAK SEARAH
Karya: Samodera Berbisik
Merangkai kisah dengan debar penuh gairah. Bersama melangkah menggapai satu tujuan. Bahagia dalam timangan, tanpa mengurai linangan. Waktu berjalan melewati terjalnya bebatuan dalam lengkung garis curam, mengekang kedamaian.
Takdir berkata lain dari keinginan. Kepahitan mengitari episode-episode pergerakan kehidupan. Bahkan melampaui batas kewajaran. Di luar nalar, engkau sibuk meminang hempasan badai, tiada kunjung usai. Menerjunkan diri pada jurang kedunguan, tanpa peduli mencabik-cabik ketulusan.
Kisah tak searah, langkah menyambut hadirnya senja. Kudekap pelangi sejujur warna-warni kasih-Nya. Sementara engkau mencipta sendiri rangkaian warna berbayang jelaga dinding hati. Pekat, legam pantulan buramnya ambigu pengharapan.
Maaf ... di persimpangan dilema, aku menyerah. Tak lagi mampu mengiringi langkah. Keikhlasan atas penerimaan kisah tak searah. Kita .... usai sudah.
Tangerang, 27 April 2020
#musafiraksara
#episodeusaikisah
#semogaberkenan
#request
#EMiMa
Kanan kiri tak peduli. Bawah terkadang goyah dalam kisah tak searah. Atas, harapan terakhir menggantungkan bara kian memanas. Berharap keteduhan lewat rinai kasih-Nya.
Tgr, 25042020
#musafiraksara
#episodeberharap
APA KABARMU
Karya: Samodera Berbisik
Aku sangat memahami beban memberat tersandang di kedua pundakmu
Menguras peluh dan pikiran tanpa penawaran
Mungkin pula tak ada lagi pilihan lain
Untukmu menentukan arah melanjutkan kelangsungan pelayaran
Memendam kisah mendulang gelisah
Mengurung masalah dalam gelembung-gelembung bernanah
Apakah terselesaikan olehmu
Atau kian serasa menekan jiwa
Entah ... aku tak tahu harus berkata apa
Terdiam seolah tak mengerti
Pura-pura tak peduli
Sebegitu ingin mengulurkan senyum, apa daya tangan tak sampai
Genangan-genangan kisah pedih pun serentak merejam
Mengitariku tanpa perasaan
Melilit perlahan mengikat pergerakan sendi-sendi harapan
Lihatlah aku sulit bernapas, mengiringi denyut nadi seakan putus tanpa terpotong
Tapi ... aku terus melangkah Menjejakkan kaki tanpa henti
Meski urat-uratku terasa sangat nyeri
Aku ingin tetap menjemput rezeki dengan keyakinan sejati
Lalu, apa kabarmu hari ini
Jalan setapak di depanmu lebih terjal dari bayangan
Aku tahu bahkan sangat memahami
Namun mencobalah tersenyum, setidaknya untuk dirimu sendiri
Tangerang, 24 April 2020
#musafiraksara
#episodebertanya
TETAPLAH MENJADI PUISIKU
Karya : Samodera Berbisik
Pengembaraan aksaraku telah selesai. Kutinggalkan jejak kisah terindah pada palung rasamu. Tersimpan kenangan tersyahdu dalam album biru, menemaniku menyambut senja.
Rajutan aksara kita biarlah tetap menjadi ruh pada setiap puisiku. Menginspirasi goresan-goresan tinta yang akan meluahkan selaksa karya, untuk menyapa dunia.
Duhai pujangga bermadah pesona, kisah tawa dan air mata kita merupakan keindahan tak tertawar lagi. Meski tiada perjumpaan raga, namun aksara kita akan selalu menyeru sudut-sudut sunyi. Berbahagialah dengan senyum paling nurani. Harapku tetaplah menjadi puisiku, untuk selamanya.
Tangerang, 25 Mei 2020
WARTA DARIMU
Karya: Samodera Berbisik
Terik memanggang kulit rentaku
Namun semangat terus memacu
Menyambut kebahagiaan hari kemenangan
Meski berat kehilangan ramadhan
Secarik warta menghampiri, berdebar hati menyambutnya
Hadirmu yang selalu kunanti sepenuh harap, tuan
Senyum selalu menghiasi diskusi
Namun, kurasakan sebisa engkau menyembunyikan
Warta darimu terdengar pilu, menyentuh kalbu
Pundakmu terlalu berat memikul hingar dunia
Sementara hening damai masih tersimpan di sana
Pada penantian harap bernama takdir, untukmu
Sahabat penghuni ruang hati, mendengar warta darimu
Ingin aku memeluk, menggenggam gigil jemari
Membisikkan untaian doa setulus jiwaku
Berharap bahagia mengakhiri pengembaraan elegi
Tangerang, 24 Mei 2020
USAI SUDAH
Karya ; Samodera Berbisik
Jejak-jejak luka tertinggal pada halaman kegetiran
Melangkah perlahan menyambut sepotong harapan
Bersama hening malam di bawah sinar rembulan
Melantunkan tulus doa-doa permohonan
Ya Rabb, ampunkan dosa yang terus menerus menemani langkah ini
Sementara kesadaran akan kesalahan terlalui
Namun, terlalu angkuh untuk mengakui
Debu-debu menebal pada dinding hati
Usai sudah pengembaraan aksara, berselimut nestapa
Telah kutemukan pondok damai menaungi jiwa
Di sinilah akan kucipta seribu satu untaian tinta
Tanpa lagi air mata berkuasa, hanya bait-bait sentuhan rasa dari-Nya
Tangerang, 23 Mei 2020
PERJALANAN NALURI CINTA
Karya : Samodera Berbisik
Menempuh perjalanan panjang, berbagai kisah mewarnai. Memerankan pementasan panggung dunia dengan segala episode tanpa skenario. Saat Sang Sutradara kehidupan menunjuknya dengan segaris takdir.
Peran getir menguras air mata, ia lakoni semenjak tangis pertama terdengar di dunia hingga senja menyapa usia. Elegi adalah peran terindah. Ia begitu menjiwai tanpa harus banyak mempelajari.
Perjalanan naluri cinta manis tereja aksara tanpa titik-titik noda. Namun pada kanvas hati menjamur bercak-bercak pengkhianatan, bertaburan buih-buih dusta menjelaga. Langit dan dinding jiwa terpahat gradasi warna merah biru. Lebam menutupi pori-pori. Napas kian sesak, ketika hitam dan putih bersatu menyerang jiwa tanpa aba-aba.
Abu-abu melatar belakangi alur cerita. Namun, ia selalu berharap episode terakhir perjalanan cinta, biru menjadi warna sejati. Berhias senyum manis mentari pagi yang bersanding bening embun, menyejuki nurani.
Tangerang, 23 Mei 2020
LIHAT AKU
Karya : Samodera Berbisik
Sampai kapan mengasah belati dan menancapkan pada dada ini. Berapa kali kau lakukan padaku. Masihkah senyumanmu mempunyai kekuatan membunuh nurani. Tak bosankah melakukan hal sama dalam kurun waktu berwindu
Ooh, manusia macam apa dirimu. Sejenis belut, licin mengelak belaian keimanan. Apakah karena telah bersetubuh dengan ular. Hingga akal sehatmu melata tanpa jejak bijak. Berdesis menyembur bisa kematian
Berhasil, kamu lulus ujian. Hatiku membeku mati rasa. Oleh tikaman belati dusta, juga semburan bisa. Lihatlah ragaku tanpa ruh, melangkah bagai bangkai bernapas
Tangerang, 20 Mei 2020
#musafiraksara
#episodematirasa
REMBULAN SENDU
Karya : Samodera Berbisik
Malam pekat hening melipat hasrat
Awan hitam menyelimuti gundah
Rembulan sendu menatap, terenyuh
Ketika bintang hati mulai meredup
Entah, mengapa sinarmu enggan berpijar
Meski hadirmu masih menerangi kerinduan
Terkirim lewat nyanyian angin
Membelai kisah usang, menggenang tenang
Isyaratmu terbaca jelas di mataku
Meski samar terluah ketulusan
Ada kepedihan bergelayut pada kedua bahu
Menggetarkan kalbu, hingga menyentuh palung jantung
Berjuanglah sayang, hingga tetes peluh terakhir
Rabbmu menitipkan sebentuk keceriaan
Walaupun masih tersimpan dalam rahasia-Nya
Tak selamanya langit berawan, menyembunyikan purnama
Tangerang, 20 Mei 2020
#musafiraksara
#episoderembulansendu
BERSENYAWA
Karya : Samodera Berbisik
Menyentuh palung rasa
Melekat seiring makna
Seumpama jantung hati
Paru-paru melengkapi
Kesatuan vital kehidupan
Nadi berdenyut beraturan
Napas berembus perlahan
Bersenyawa fana pun keabadian
Kasih-Mu kesempurnaan
Pemandu utuh keimanan
Penunjuk hati menjalankan
Kehidupan tanpa beban
Bersyukur segala keadaan
Tangerang, 18 Mei 2020
#musafiraksara
#episodebersyukur
ANTARA JUJUR DAN PINTAR
Karya: Samodera Berbisik
Dimanakah indah terpeluk, sejujur suara palung jiwa
Kemanakah langkah ingin menuju pada puncak keindahan kalbu
Tak mudah seiring sejalan bergandeng tangan
Satu lebih berperan, dominan menjalani kenyataan
Terkadang damai, mendukung keberadaan bersikap
Bukan mustahil berdebat saling mengoyak kebenaran
Emosi, gengsi, ingin dipuji, diakui lebih berarti
Entah ... apa yang dicari
Antara jujur dan pintar, mengalah atau dikalahkan
Mungkin juga terkalahkan kuasa serakah
Berjibaku tanpa jemu hingga kesadaran menghentikan
Perbincangan tiada titik pertemuan
Jujur, berhenti berdebat mengakui kesalahan
Meminta maaf untuk sebuah kebenaran
Pintar, mencari dan terus menelusuri alibi
Menutupi diskusi demi pembenaran yang entah ....
Hanya diri dan Tuhan mengetahui
Tangerang, 17 Mei 2020
#musafiraksara
#episodeberjibaku
KASIH SAYANG SEJATI
Karya : Samodera Berbisik
Melangkah diam-diam menyapa angin
Lembut berembus membelai resah
Sejuk menyentuh pijar api di hati
Ketika sang bayu memburu, ranting kering patah berderak, berhamburan
Masih adakah sepasang tangan memunguti
Memantik api sebagai unggun penerang
Gelapnya alam pikiran
Atau penghilang gigil saat menyerang
Sekian windu mengembara
Mencari sesungguhnya kasih sayang
Masih adakah pemilik menghuni ruang jiwa
Tak kutemui lagi, bahkan yang terpeluk pun mengingkari
Kembali kuayunkan langkah menyusuri keheningan
Singgah sejenak pada perhelatan ritual sepertiga malam
Di atas sajadah memudar warna aku duduk menengadah, seusai sujud kepada-Nya
Berderai bulir jernih, menganak sungai membasahi pipi
Terasa kedamaian hati memeluk gelisah
Seberkah sinar menerangi gulita masalah
Kasih sayang sejati telah hilang, bersama mangkatnya sang pengukir jiwa raga
Tak kutemukan pada sesiapa pengganti, tidak akan pernah ada, kecuali pada-Nya
Tangerang, 15 Mei 2020
#musafiraksara
#episodemenemukankasihsayangsejati
SILAHKAN
Karya : Samodera Berbisik
Memiliki hatimu adalah kebahagian tanpa rona
Mekar mewangi tiada rupa
Bergema menyusupi dinding-dinding luka
Indah membuncah tak terangkai aksara
Setiap hela napas, mengalun doa untukmu
Bergetar hati menyebut penuh rindu
Namun tersadar diri, ruang dan waktu menyekat pilu
Sesendu nyanyian camar hilang tempat menuju
Sementara petang telah datang
Bersama gemuruh bayu menggandeng rinai
Malam pun segera memeluk rembulan bimbang
Karena purnama telah usai
Tak akan lagi aku menahan langkah
Silahkan berjalan menembus gumpalan keinginan indah
Mungkin engkau akan temui sekuntum kelopak merekah
Yang tercipta sebagai anugerah
Namun jika memang cukup aku bagimu
Menemani langkah renta hingga ujung waktu
Silahkan mendekap tanpa ragu
Sesungguhnya hatiku selalu milikmu
Tangerang, 13 Mei 2020
#musafiraksara
SEPATAH KATA MERONA RASA
Karya: Samodera Berbisik
Waktu menyekat temu aksara, suara jiwa terlunta
Jarak tak berpihak, gejolak hasrat diam tanpa irama
Melebur rindu sebatas berkidung puja doa
Seumpama pantai tiada beriak, buih-buih merana
Merindukan angin lembut membelai, berkejaran mengecupi pasir-pasir kenangan
Jejak-jejak kisah kebersamaan, menyapa senja kemerahan
Seperti sepasang hati melantunkan nyanyian kasmaran
Terdengar sumbang terlewat keadaan
Bait-bait enggan terakit terberai kisah pahit
Tersenyum menghibur sakit kian menjangkit
Memanggul getir mengalir menjawab takdir
Meski raga memisah sua, berharap elegi segera berakhir
Kuterima sapa tiba-tiba, bertanya tentang kabar terjeda
Sepatah kata merona rasa bahagia
Kemudian menghilang begitu saja
Menyisakan angan pada suatu masa, berjumpa memeluk rasa
Tangerang, 12 Mei 2020
#musafiraksara
#episodemenghilangbegitusaja
GEMURUH BADAI RINDU
Karya: Samodera Berbisik
Menghantam gumpalan rasa, bersembunyi manis di bilik sunyi
Menggema, meronta menyibak kegundahan hati
Ruang imaginasi sepi inspirasi, puisi serasa mati
Tertikam tajam belati rindu, tertahan detak waktu menari
Mengitari pertahanan, kian melemah menahan gejolak
Gemuruh badai rindu, menyesaki lautan hati
Gelombang dahsyat tak kasat mata
Bergema menerjang palung rasa
Harus kuaksarakan, tak sanggup menahan dalam diam
Aku merindukanmu, sepenuh utuh tanpa jeda
Mengingat hangat kecupan-kecupan lembut pada krisan puisi-puisi cinta
Setulus suara hati bersenggama dengan bait-bait puitik
Mengalir jernih klimaks inti cerita kita
Duhaiku, tanpamu karyaku terbelenggu
Mati rasa, hambar tak bermakna
Kembalilah ruh puisiku, detakkan jantung ini
Aku ingin terus dan terus bermusafir aksara, bersamamu untuk selamanya
Tangerang, 11 Mei 2020
#musafiraksara
#episodemenahanrindu
SETITIK IMAN
Karya : Samodera Berbisik
Garis-garis kepedihan tergores berbaris pada dinding hati
Nampak lukisan lara padat memenuhi bilik sunyi
Tak ada celah menyentuh resah kedukaan diri
Sayatan tak berhenti silih berganti melukai
Aku sekeping hati penuh lubang luka memar membiru keunguan
Tak ada lagi merah meriah bermain membisikkan
Kerinduan indah jalinan percintaan
Semu telah pupus terpetik kebekuan
Tersisa kehangatan dalam lantunan kidung sendu
Memohon ampunan Sang Maha Pemberi Rindu
Atas kekhilafan terus menerus menggerus kalbu
Masih ada dan selalu bertahta setitik imanku
Ialah penerang gelapnya kekufuran hati
Sementara nikmat selalu tercurah dari Sang Ilahi
Setitik imanku pemandu kedunguan diri
Bertawakal mensucikan hati, bersyukur sepenuh hati
Tangerang, 09 Mei 2020
#musafiraksara
#episodebersyukurnikmat
KEKAGUMAN SEBATAS DOA
Karya : Samodera Berbisik
Terjalin ikatan tanpa syarat
Kekaguman mengalir hangat
Menyentuh jiwa menyapa beban hasrat
Atas kepedihan tersurat
Rindu mengiringi rangkaian kisah
Memapah resah, kian menjamah
Kebekuan tertikam masa lalu
Indah terlihat tak ubah nyanyian pilu
Keindahan kisah mematri rasa
Tiada memuai diterjang prahara
Namun, semua pelengkap cerita
Kekaguman sebatas doa
Bahagialah di sana
Di antara terjal jalan setapak-Nya
Nikmati lika-liku luka, usah bertanya
Aku akan selalu ada untukmu, tanpa terpinta
Tangerang, 08 Mei 2020
#musafiraksara
#episodeadatanpaterpinta
RUANG TAK TERJAMAH LARA
Karya: Samodera Berbisik
Hanya diam berteman sunyi, bersimpuh tunduk mengurai butiran bening. Menyapa hening tanpa mengusik geliat rerintik ingin, seirama nyanyian batin.
Selaras nada dalam syahdu kidung doa, ketika raga tiada kuasa menghapus air mata juga peluh nestapa. Abadilah namamu di palung hati. Terluah cinta sejati-Nya cinta.
Kumiliki hatimu, tersimpan pada ruang tak terjamah lara. Hanya bahagia menjadi penghuni, hidup damai dalam lantunan kasih. Setulus matahari menyinari bumi. Cintaku dalam doa tanpa jeda untukmu, hanya padamu.
Tangerang, 07 Mei 2020
#musafiraksara
#episoderuangcintadalamdoa
TIRAI
Karya: Samodera Berbisik
Senyum berselimut misteri, tak mudah terkuak
Berbinar cahaya netra, bila bercakap ria
Tawa renyah mekar semerbak
Terluah bahagia pada setiap rangkaian cerita
Tahukah engkau, semua tak lebih dari tabir
Lirih hati mengeja takbir
Memperkuat jiwa dalam pergulatan getir
Pergerakan langkah perjuangan sering terpelintir
Sesungguhnya tirai selalu menebal
Menyelimuti perih menyayat, nestapa bergumpal
Menyesakkan rongga dada
Irisan seribu luka menggema
Tak ada yang tahu, kidungnya selalu terdengar merdu
Langkah terayun tanpa ragu
Menatap harap meraih bintang di langit nan biru
Adalah .... tirai penutup risau kalbu
Tangerang, 06 Mei 2020
#musafiraksara
#episodetirai
#Puisi_Empat_Larik
DAMAINYA DIAM
Kulebur rindu dalam doa
Kusimpan namamu dalam palung rasa
Menyatulah jiwa dalam pelukan keheningan
Hingga kita dapat mencumbui sunyi dengan damainya diam
Samodera Berbisik
Tgr, 04 Mei 2020
CINTA YANG DEWASA
Karya: Samodera Berbisik
Langit di taman hatiku masih menampilkan wajah murung. Engkau matahari jiwa akhir-akhir ini diselimuti awan hitam. Sehingga sinarmu hanya sesekali menembusi hati.
Isyarat yang engkau kirim lewat angin, telah mampu kuterjemahkan dengan penuh penghayatan. Oohh, betapa riuhnya gemuruh badai menghantam pelayaranmu.
Kini aku mengerti tentang rerintik sendu dan gerimis pilu sebelum hujan lara yang merajalela. Mematahkan rumah cinta kita. Porak-poranda, terpisah sua, dan saling memeluk kecewa.
Duhai kekasih, jarak membentang diantara kita. Namun senyummu masih terus menghiasi kerinduanku. Tersadar kini, engkaulah cinta yang dewasa, mengajarkan kepadaku betapa indahnya jalinan rasa menyatu dalam bait-bait doa.
Tangerang, 05 Mei 2020
#musafirakasara
#episodemenyatudalamdoa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar