Sabtu, 21 Maret 2020
Kumpulan Puisi ahmad Effendi Sibarani - USIA
****** USIA *****"
Siang malam silih berganti.
usia pun kian lama kian tersisa sedikit.
Usia habis berlalu mengikuti siang dan malam.
Usia senantiasa berkurang terus setiap kejapan mata.
Sebagaimana air sungai yang tidak balik mengalir ke hulu, demikian pula usia umat manusia tidaklah balik menuju usia muda.
Seiring dengan berlalunya waktu, kehidupan seseorang pun berkurang dari manfaat yang akan dilakukan.
Bagaikan gembala menghalau dengan tongkat kumpulan sapi menuju padang rumput, demikian pula usia tua dan kematian menggiring kehidupan setiap makhluk.
Lihatlah tubuh yang dikatakan indah ini,
yang penuh luka, terbentuk dari rangkaian tulang, berpenyakitan, penuh pemikiran, yang
tak dapat dicari keabadian dan kekekalannya.
Tubuh ini jika sudah menua akan menjadi sarang penyakit dan lemah.
Tubuh yang membusuk ini akan hancur berkeping-keping.
Hanya Jasad yg taat terhadap_NYA lah yang kan utuh.
Tubuh yang terbentuk dari tumpukan tulang, terbungkus oleh daging dan darah ini merupakan tempat bercokolnya ketuaan, kematian, keangkuhan, ke_akuan dan kesombongan.
Tak lama lagi tubuh ini tidak bisa dijadikan sandaran lagi, digeletakkan di tanah bagaikan sebatang kayu yang tak berguna.
Tulang-belulang ini berwarna putih pucat seperti warna burung merpati dara.
Tak seorang pun yang menghendakinya,
ibarat bunga di musim gugur.
Kenikmatan apakah yang dapat diperoleh dengan memandanginya?
Banyak orang masih terlihat pada pagi hari, tetapi pada sore hari beberapa di antaranya tak tertampak lagi.
Banyak orang masih terlihat pada sore hari, tetapi pada pagi hari beberapa di antaranya tak tertampak lagi.
Sebagaimana buah yang telah masak yang sepanjang waktu dikhawatirkan akan jatuh.
Demikian pula makhluk yang telah lahir; yang dikhawatirkan sepanjang waktu ialah akan mati.
Tidak di langit, di tengah samudra, di cela-cela bukit; tidak di mana pun di dunia ini dapat ditemukan suatu tempat tinggal di mana seseorang dapat menghindarkan diri dari kematian.
Baik anak-anak, orang dewasa, orang dungu, orang bijak, orang kaya maupun orang miskin; semuanya berjalan menuju kematian.
Meskipun dikerumuni serta diratapi oleh sanak keluarga, orang yang akan mati direnggut Raja Kematian seorang diri; ibarat sapi yang akan dijagal, digiring seekor demi seekor.
Dengan berbagai cara makhluk yang terlahirkan berusaha menghindar dari kematian namun tidak berhasil. Kalaupun dapat bertahan hidup hingga tua, pada akhirnya juga akan mati karena memang demikianlah sifat alamiah makhluk hidup.
#### Senandung Do'a ####
Senandung rindu dalam doa.
Tak ada daya dan upaya selain doa.
Mulailah hari-hari kita dengan ber doa.
Karena doa adalah....
Kekuatan jiwa.
Pengobat hati.
Pengikat kasih.
Penawar duka.
Sesusah apapun diri kita yakinlah kepada Allah....
Akan mendengar rintihan doa-doa kita....
Puisi :
Judul :
### ONDAK ATIMU ###
(dalam bhs Indonesianya "Sesuka Hatimu")
Oleh : Ahmad Effendi Sibarani
Hiduplah sesuka hatimu, sesungguhnya kita pasti mati.
Cintailah siapa saja yang kita senangi, sesungguhnya kita pasti akan berpisah dengannya.
Lakukanlah apa saja yang kita kehendaki, suatu saat nanti kita akan memperoleh balasannya.
Bukan berapa lama kita hidup, akan tetapi bagaimana kita mengisi kehidupan yang fana ini.
Puisi :
**SEDIH KU, MUNGKIN BUKAN SEDIHMU**
Oleh : Ahmad Effendi Sibarani
Sedih ku ...
Ketika aku dibangunkan Allah pada malam hari, namun diri lebih memilih nikmatnya tidur lagi dari pada mengambil air wudhu lalu bersimpuh sujud dihadapan-Nya.
Sedih ku ....
Ketika aku sedang berkendara pribadi, lalu ada seruan untuk shalat di salah satu rumah Allah, namun diri lebih memilih melanjutkan perjalanan hingga shalat berjamaah ku terlewatkan.
Sedih ku ....
Ketika kedua orang tua masih ada, kita kurang memedulikannya. Ketika mereka telah tiada, baru menyesal sejadi-jadinya.
Sedih ku ....
Ketika dititipi harta melimpah oleh Allah, fakir miskin dilupakan. Ketika diri ditimpa kesempitan, baru berharap punya harta melimpah agar bisa bersedekah. Angan-anganku yang semu.
Sedih ku ....
Ketika sehat wal afiyat majelis ilmu kulalaikan, Ketika jatuh sakit baru berharap bisa ikut duduk menyimak kajian-kajian.
Sedih ku .... Bukan Sedihmu....
Ketika dapat pasangan hidup yang sholihah sukanya dizalimi, hatinya disakiti, nafkah tidak diberi, bisanya hanya mencaci-maki, Setelah ditinggalkan pasangan, merengek minta balikan.
Sedih ku ....
Ketika gelar akademik sudah sampai S1, S2 atau bahkan S3, namun sholat tidak diperhatikan, al-Quran di dalam lemari kaca dimusiumkan.
Sedih ku ....
Ketika memilih calon pasangan hidup yang diprioritaskan adalah harta dan dunianya, tanpa melihat kepada agama dan akhlaknya.
Sedih ku ....
Ketika kuat berlari kesana kemari berolahraga, namun hatinya mengeluh saat imam membaca surah-surah panjang dalam shalat.
Sedih ku ... Mungkin Bukan Sedihmu...
Ketika dunia lebih diprioritaskan dari pada akhirat. Padahal, dunia ini fana dan akhirat kekal abadi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar