UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Rabu, 04 Maret 2020

Kumpulaan puisi Samodera Berbirbisik - CERMIN AIR





TANPA TEMA
Karya: Samodera Berbisik


Tertulis sajak tanpa tema, tiada judul, tak jua kalimat indah. Mengalir begitu saja, mengikuti gerakan jemari renta ini. Terluah menghiasi lembaran kertas kumal, kusut, pucat membias.

Kisah perjalanan seorang musafir aksara, mengarungi lautan kata. Hingga menembus belantara makna. Terkadang sederhana menggenggam majas, tetapi hiperbola turut mewarnai tanpa permisi.

Terangkai bebas, lepas, diksi berlarian mengejar imajinasi. Inspirasi pun tertindas sang ilusi. Bait-bait melompati alur, jatuh tersungkur, berhamburan, entah kemana. Keluar semua tatanan larik-larik menarik. Berserakan tanpa tema mengikatnya.

Tangerang, 04 Maret 2020
#musafiraksara



#EMiMa

Aku selalu menunggu, namun enggan menyambut. Agar engkau merasakan, gemuruh rindu itu mengganggu. Berharap sapa, ternyata hampa. Menyelimuti malam hingga hari berganti, hanya menanti.

Samodera Berbisik
Tangerang, 02 Maret 2020



BERHENTILAH MERATAP
Karya: Samodera Berbisik


Menatap harap
Luas hamparan alam persada
Tunas-tunas tumbuh subur
Menunggu tangan-tangan merawat

Menjaga hingga musim tiba
Memetik buah peluh terik
Memenuhi kebutuhan tanpa tunggu
Berjalan perlahan ataupun memburu

Berhentilah meratap
Atau menghiba pasrah
Namun berserah, setelah batas akhir segala upaya
Usah pula membanding kenang usang, meski hijau menyuburkan

Kala itu
Biarlah berlalu
Lanjutkan perjuangan
Tersenyum menggandeng kenyataan

Tangerang, 02 Maret 2020
#motivasidiri
#musafiraksara




LUKISAN BIRU
Karya: Samodera Berbisik


Awal
Perjalanan tinta
Mewarnai kanvas hati
Gradasi warna silih berganti

Aku
Tak lelah
Mengitari lembar cerita
Melangkah atau berputar arah

Berjalan
Berkeliling perlahan
Menemui titik hitam
Terkadang biru bercorak rindu

Segaris
Merah jambu
Turut melengkapi kenyataan
Meski sesaat lalu menghilang

Sebuah
Lukisan biru
Harapan tanpa jemu
Pemberhentian akhir sebuah pengembaraan

Tangerang, 01 Maret 2020
#musafiraksara



KERONTANG
Karya: Samodera Berbisik


Selembar merah dalam rongga dada mengering
Kerontang, tiada setetes embun menyejuki
Membara menyimpan kesumat nestapa
Ribuan irisan luka terpasang, hingga menyesaki pernapasan

Nadi berdenyut memburu rerintih, riuh nyanyian nurani
Seirama lebam mendendam silam
Langkah letih disulap menjadi pasir berkarang congkak
Seolah ombak tak mampu mengikis

Ketika badai menghantam, dadanya keropos
Rapuh ... meski terlihat utuh nan kukuh
Sebentar lagi luruh terkapar tak berdaya, oleh takdir kehidupan
Lalu mengapa masih saja menopang keangkuhan

Tangerang, 29 Februari 2020
#musafiraksara



CERMIN AIR
Karya: Samodera Berbisik


Melepas binar cahaya, usaikan gempita
Menikmati senja tanpa rona dunia
Perlahan berjalan menghampiri suara surau
Berkumandang menggetarkan kalbu

Air jernih membasahi gulana, membasuh peluh segala makna
Bersujud mengurai air mata jiwa
Melipat waktu penuh nafsu angkara
Tengadah memohon ampunan rangkaian dosa

Tiba saat bercermin pada jernih air
Menjauhi kaca berfigura bunga kertas
Selama detik masih bermahkota warna
Sebelum malam benar-benar menghadirkan gulita

Tangerang, 27 Februari 2020
#musafiraksara



RASA TAK TERUCAP
Karya: Samodera Berbisik


Lirih merambati hati, perlahan menyentuh jiwa
Mengisi lorong-lorong sepi, tanpa seberkas cahaya
Hanya gema suara diri, melantunkan senandung luka
Memantul menembus dinding-dinding beku

Pintu, jendela begitu rapat terkunci
Agar tak berlompatan ingatan kedukaan
Mengusik setiap damai bertandang
Membawa senyum kebahagiaan

Kini mimpi menjalar, melingkari ruang sunyi
Hingga sudut-sudut tersembunyi, terketuk hangatnya imajinasi
Tepat pada palung paling jantung, inspirasi terhenti
Tertuang rasa tak terucap, mewarnai selembar kanvas hati

Tangerang , 26 Februari 2020
#musafiraksara



SISI MANA
Karya: Samodera Berbisik


Entah sisi mana, membuatmu memeluk hati ini
Hangat mencairkan endapan kebekuan
Mungkin hasrat kita tak sama
Namun bersama merangkai rasa

Pertikaian terkadang mewarnai
Mencari kesalahan tak berarti
Kemudian mengundang selarik ambigu
Dan ... berlalu tanpa jejak pilu

Bersembunyi, membelakangi bayangan
Menghalau setiap ingatan
Bersikukuh meninggalkan kenangan
Sisi mana lagi bersembunyi, engkau selalu menemukan

Tangerang, 25 Februari 2020
#musafiraksara



SEKEJAP MENANCAP
Karya: Samodera Berbisik

Kenang melintas secepat angin
Gemuruhnya menikam jantung
Mengusik sepi gulita hati
Menyusup perlahan, membelai resah

Angan melayang menembus awan
Menari bersama gemintang
Menyanyi merdu seirama lagu rembulan kasmaran
Seakan fajar tak akan pernah menyapa

Mengajak mata melihat realita
Kisah fana menyapa peluh gulana
Mengering tersengat terik derita
Kerontang meski lantunan doa tiada jeda

Sesungguhnya kesumat masih bertahta
Melepas ikhlas dalam aksara
Berkubang kecewa, memupuk prasangka
Bara mengeram siap menetas balas memelas

Sekejap senandung
Menancap tak terbendung
Mengakar pahit rasa
Tertelan tanpa pinta

Tangerang, 24 Februari 2020
#musafiraksara



MUSAFIR AKSARA
Karya: Samodera Berbisik


Langkah ini tiada lelah menyusuri perbukitan kalimat
Meski terkadang tersandung kata, cela
Atau tersambut senyum manis aroma dusta
Tak ada aral mampu menghambat

Sesekali singgah di dermaga, sekedar melepas penat
Atau memandang indah jernih pantai beriak
Berkejaran, mengecupi pasir-pasir putih

Kembali melenggang, mencari aksara-aksara remahan
Terbuang oleh penyair kenamaan
Kupunguti satu demi satu, setulus kasih
Untuk mengisi saku kerontang imajinasi

Terangkai sederhana, atau bahkan tanpa makna
Tetapi aku ikhlas merawatnya, menjadikan mutiara inspirasi
Wahai para peramu aksara, jangan biarkan dadamu membusung atas pelangi karya
Aku masih ada, yang tak kau pandang sebelah mata karena hanya seorang musafir aksara

Tangerang, 23 Februari 2020



KUPILIH HATIMU
Karya: Samodera Berbisik


Telah terlewati semak belukar berduri
Bukit terjal, jurang curam mewarnai
Tebing-tebing getir, berlembah nestapa tak bertepi
Turut membuka pintu untuk disinggahi

Tak terhitung goresan luka perih menganga
Mendekap pedih jiwa terlunta
Kusambut dengan tawa bermakna
Tanpa kesah menggenggam gulana

Kupilih hatimu, membelai lembut rangkaian kedukaan
Hanya padamu kutemui ketulusan
Bersenandung kita, melantunkan kidung kerinduan
Menyatukan kasih, meski tiada perjumpaan

Duhai kekasih hati, mari kita lebur duka mengeram
Membariskan lukisan lebam
Sambut senyum, saling menggenggam
Lepas segala kemelut merajam

Kupilih hatimu seperti dirimu memilih aku
Bersama selamanya
Merajut kasih dalam doa
Hingga takdir menentukan jalan-Nya

Tangerang, 21 Maret 2020
#musafiraksara



RINDU AYAH
Karya: Samodera Berbisik


Pikiran melayang, menyusuri jejak silam
Saat aku belum mengerti arti kata kehilangan
Kusaksikan senyum manis dengan mata terpejam
Hembusan napas pun menghilang

Waktu itu, semua mengurai air mata
Tapi aku tak mengerti untuk apa
Yang kutahu, engkau hanya tertidur pulas
Seperti biasa, dan esok pelukanmu kembali hangat terasa

Esok hari tak lagi kutemukan sosokmu
Kuharap kepergianmu untuk bekerja
Hingga ketika aku mengerti dirimu tak mungkin kembali
Hati ini meronta

Ayah ... kini aku telah dewasa
Hidupku selalu berlinang air mata
Tak pernah kutemukan, kasih sayang sepertimu
Tidak mungkin ada pengganti, di manapun kucari

Aku rindu padamu ayah
Saat kedua mataku tak mampu membendung air bening
Kala lelah ini tak bisa tersandar di bahu sesiapa
Waktu aksara tak lagi terluah pada cerita

Ayah .... aku rindu padamu

Tangerang, 18 Maret 2020
#musafiraksara



NYALIKU MASIH UTUH
Karya: Samodera Berbisik


Berapa kali kau cacah jiwa ini
Belati tiada lelah menikam
Atau otakku berhamburan
Saat palu keangkuhan menghantam


Pembenaran akan kebodohan diri
Kau sulap semanis gulali
Kemudian menjeratku
Pada penerimaan, berpangku diam
Menunggu bersulam pilu

Bom waktu telah aku siapkan
Suatu saat akan kusulut
Dan ... meledaklah dada dustamu
Nyaliku masih utuh, membuatmu bersimpuh

Tangerang, 17 Maret 2020
#musafiraksara



MELEPAS JEJAK
Karya: Samodera Berbisik


Semalam kita bersua, mengurai kekusutan silam. Jejak masih berpijak, terkadang mengoyak. Kecewa menyesaki jiwa, terlena mengejar pembenaran, penuh prasangka.

Duduknya kita dalam aksara berlogika, akhirnya mengurai simpul luka. Sepakat melepas jejak berjelaga. Melangkah dalam jabat tanpa rasa. Tersenyum menyambut untaian aksara tiada batas.

Jiwa lapang melenggang. Melewati bait-bait eraman sakit. Melepas semua jejak dendam, yang mendiami titik paling jantung. Dan ... membiar embun memuai bersama kecupan hangat sang mentari.

Tangerang, 17 Maret 2020
#musafiraksara



EPISODE YANG TERTINGGAL
Karya: Samodera Berbisik


Kita sepotong cerita, menghiasi pementasan
Kisah cinta seribu hambatan
Menyatu hati tanpa ada perjumpaan
Memadu luka tanpa erangan

Kamu berlalu berganti peran, dengan senyum merekah
Aku terduduk memeluk gundah
Karaktermu usai sudah
Tokohku mendalam, menjamah ruang indah

Oooh ... episode ini tak menepi
Selalu mengarungi pelayaran diri
Membelai palung nurani
Tertinggal mencengkram hati

Tangerang, 16 Maret 2020
#musafiraksara



JEDA SESAAT
Karya: Samodera Berbisik

Izinkan sesaat aku merenung
Diam memeluk hening
Mengeja isyarat pada rima yang terkirim
Agar imajinasi tanpa spekulasi

Aku merayu rindu untuk bersahabat dengan logika
Tanpa campur tangan tarian asmara
Biar asumsi berhenti menganak tirikan rasa
Sehingga kita, adalah semestinya cinta

Tapi entah kepada siapa ia berlabuh
Diksi telah kuterjemahkan, sebening embun pagi
Namun engkau selalu berpayung awan kelabu, untuk mengaminkan

Beri waktu untukku jeda sesaat
Berpikir tanpa hasutan rindu
Kemudian menemukan sejujur apa hatimu
Dan .... memutuskan kemana arah tertuju

Tangerang, 14 Maret 2020
# musafiraksara



KEHILANGAN MAKNA
Karya: Samodera Berbisik


Meracik hidangan dengan ramuan cinta kasih, agar kedamain tak pernah lekang.

Tersaji sepiring ketulusan, tanpa secuil lauk kemunafikan. Siap disantap untuk mengisi perjuangan meraih kemenangan.

Namun mengapa engkau sengaja, menaburkan sejumput kedunguan sebagai penikmat pandangan. Nampak sangat menarik dengan warna-warni garnis mengitari.

Pahit ... terasa menyekat tenggorokan. Menu yang tersaji kehilangan makna. Karena taburan dungu berfermentasi menjadi dusta, hingga spora berkuasa. Tetap kutelan, meski sejujurnya ingin kubuang.

Tangerang, 12 Maret 2020
#musafiraksara



BERSORAK MENGIBARKAN LUKA
Karya: Samodera Berbisik


Berapa irisan luka tersemat pada palung ini
Tancapkan lagi, sesuka hati
Aku tak akan lari, sembunyi menghindari
Cabiklah, setajam apa taring angkuhmu mampu meruncing
Jiwa ini tak akan terpelanting

Ooohhh, engkau pemilik tangan besi
Bagiku tikaman belati adalah sajian basi
Tak akan mampu melumpuhkan inspirasi
Aku, adalah musafir aksara berpeluk baja
Seringaimu tak akan mampu meluka
Berlalu bagai sapa senja

Lihatlah aku ... tetap bersorak mengibarkan luka
Kutebarkan ke angkasa tanpa sisa
Selama nadiku masih berdenyut
Serapahmu tak mampu membuat kalut
Apalagi berjalan menghampirimu, sembari berlutut

Perlahan menyusuri jejakmu
Ternyata penuh nestapa, terprasasti di dinding pilu
Tapi, hingga kini imajinasi ini masih memenuhi gaun kertas biru
Tangan besimu tak mampu memberi karat pada aksara-aksaraku
Luka yang terus dan terus kau rajut, selalu dapat kuurai ... lalu kukibarkan tanpa ragu

Horeeeee !
Sorakku membahana
Meluruhkan rangkaian kesombonganmu

Tangerang, 11 Maret 2020
#musafiraksara



#EMiMa

Telah terpahat makna terindah di palung rasa. Terbiar menetapi kalbu, hingga akhir masa. Selalu bersama mendekap jiwa, meski tiada sua. Aku, kamu, menyatu doa tanpa jeda.

Samodera Berbisik
Tangerang, 09 Maret 2020



DIKSI HATI
Karya: Samodera Berbisik


Terluah rapi rangkaian aksara
Kata-kata berbagai makna
Tersusun larik-larik mempesona
Hingga bait pun tereja

Tentang suara rintihan menyayat
Perjuangan penuh semangat
Ataupun indahnya bersahabat
Yang terkadang, caci turut menghujat

Engkau, perlahan menyusupi kebekuan hati
Menyentuh lembut pilu tak bertepi
Kecupanmu menerjemahkan imajinasi
Diksi terindah dari segala puisi

Tangerang, 07 Maret 2020
#musafiraksara



SETETES AIR JERNIH
Karya: Samodera Berbisik


Bukankah telah kuisyaratkan seuntai aksara, bahwa aku terluka. Berada di tempat singgah ini. Saat itu engkau menawarkan dekapan hangat pada dada senjamu, bila aku pulang dari pengembaraan. Namun musafir aksara masih ingin kupertahankan.

"Duhai kesayangan, tahukah engkau, saat ini berada di sarang buaya kelaparan?" hatiku teriris perih. Maaf, aku sempat mengurai setetes air bening untukmu. Tapi secepat mungkin terusap senyuman.
"Ah siapa aku, tentu tak akan pernah benar-benar tersimpan di sudut hatimu." Bisikku teramat lirih.

Kemudian aku berlalu, meninggalkan setitik kecewa. Namun di tengah perjalanan sempat berdoa "semoga engkau bahagia, karena diri ini tak mempunyai kuasa untuk mengucap sedikit pinta padamu kesayangan."

Mungkin kita tak lagi seperti sedia kala. Kuterima tanpa lagi bertanya. Kuharap hadirmu adalah penerang bagi batin-batin ibadah ria. Selamat berjuang kesayangan. Aku akan menyimpan kekaguman, dalam renungan.

Tangerang, 06 Maret 2020
#musafiraksara
#untukmukesayangan
#takkanhilangdaripalungrasa




#EMiMa

Takkan kuurai air mata untukmu. Meski bahagia masih dalam timangan asa. Jiwaku tak serapuh prasangkamu. Ada Tuhan tempat bersandar sejatiku.

Samodera Berbisik
Tangerang, 21 Maret 2020



RINDU DALAM DOA
Karya: Samodera Berbisik


Rindu selalu berseteru
Menyerang kalbu tanpa jemu
Sementara logika menahan sekuat tenaga
Meski harus sakit tertikam nestapa

Telah memutuskan kewarasan jiwa
Mengikat rindu dalam palung rasa
Kemudian memenjarakan pada lantunan doa
Tanpa harus berdebat, merangkai detik-detik menuju sua

Rebahkan saja dalam hujan ketulusan
Biarkan rinainya melafazkan pujiaan
Usah urai lagi desah napas tak beraturan
Hingga nadi berlarian, menghitung denyutan

Hening tenanglah memeluk bening seutas tali pinta
Lalu ... melilitkan pada gemuruh rasa
Cukup, kisah asmara berjubah luka
Tanggalkan rindu seirama rerintik doa, berserah atas ridho-Nya

Tangerang, 21 Maret 2020
#musafiraksara



MAAF KALI INI AKU LELAH
Karya: Samodera Berbisik


Teruskan saja langkahmu usah pedulikan janji kita
Bukan menyerah tapi maaf kali ini aku lelah
Memburu bayang-bayang pelangi
Sekejap menghiasi jingga pada pintu petang

Aku akan undur diri, sendiri menyetubuhi hening
Mengklimakskan alunan kidung suci
Menari seirama gemulai biji-biji tasbih di pinggang jemari
Tertunda oleh pesona rasa tanpa genggaman,
menyilaukan kewarasan

Maaf kali ini aku lelah
Ingin menimang kisah tanpa kesah
Menunduk berserah meluluhkan karang di dada
Menepis busung meraja sekian waktu berkuasa
Mungkin tak akan lagi engkau temui
Aku menunggu memeluk rindu
Telah terkunci di bilik sunyi bersimpuh dalam zikir
Menengadah bersimbah linangan segala gundah

Tangerang, 23 Maret 2020
#musafiraksara




Tidak ada komentar:

Posting Komentar