UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Kamis, 02 Februari 2023

Kumpulan Puisi Yuni Tri Wahyu - BERNYANYILAH MESKI TERDENGAR SUMBANG



BERNYANYILAH MESKI TERDENGAR SUMBANG
Yuni Tri Wahyu


Sepoi angin iringi gemerisik daun, bergesekan
Tikam rindu bersahutan penuhi pikiran
Teringat tentang gemuruh hujatan salah sasaran
Ia tercengang simak celiteh-celoteh basi tanpa perasaan

Apa sebenarnya kepentingan semburkan api bakar nurani
Sekedar isapan ludah terluah di tanah mati
Terkubur di dalam runtah caci maki, tak berarti
Sisakan tetesan perih di sini, relung jiwa sang perempuan sunyi

Bernyanyilah meski terdengar sumbang
Kusimak sepenuh rasa, simpan sebagai pelajaran berharga
Lanjutkan perjalanan merakit ingin
Kalungkan selendang pelangi di pundak bidadari-bidadari berwajah puisi

Tidak ada kata lelah, menyerah, kalah
Tetap berjuang takhlukkan karang di dada sinis
Mata-mata bengis hujam kesabaran
Karena-Nya, akhir arah tujuan

Tangerang, 30 Januari 2023



LAKI-LAKI PENGUSUNG KELEMBUTAN
Yuni Tri Wahyu


Binar netra terangi gundah
Ketika kalut bergelut kabut pekat
Senyum sejuk tembusi kobaran benci
Tutur pun ramah jamah kebekuan

Nurani berselimut rindu dendam timpang keadilan
Bergelayut di pundak perempuan sunyi
Mencengkeram keras dinding kesabaran
Tak goyah, meski wejangan silih berganti
Memilin emosi sulut ambisi

Membalas kelakuan pecundang, sembunyi di balik peduli
Laki-laki pengusung kelembutan hadir dengan selaksa cinta
Menggamit lengan lebam menuju kiblat
Sujud berserah atas KemahaanNya

Tangerang, 30 Januari 2023




PEMERAN KATA
Yuni Tri Wahyu


Terdengar merdu mendayu rindu
Manis, lebih dari sesesap madu
Berbunga cerita syahdu haru biru
Bermekaran di taman dunia tipu

Sempat terbuai menanam rasa
Anggap maya tembusi pelayaran jiwa
Mereka pemeran kata!
Riuh tabur kisah pemulas luka

Usai sebar benih aksara, tertawa
Tikam kesumat, ternganga
Tatap maskara pekat tutupi angkara
Telinga tuli kerontang nurani, semat dusta

Terperdaya sepak terjang pemeran kata
Setelah sadar, luka terlanjur bicara
Aku terdiam kemas sepi menyanjung sunyi
Genggam damai tanpa bertanya lagi, pergi

Tangerang, 13 Februari 2023



RA
Yuni Tri Wahyu

Ra, permata yang kau lempar ke dalam lumpur telah aku temukan saat kepergianmu mengejar pembenaran.
Kini berkilau diterpa keadilan alam seiring doa panjang, sendu mendayu pilu.

Ra, kau tinggalkan jejak luka di ladang tandus hanya untuk mengejar kepuasan yang entah. Terbukti kini kembali datang membawa penyesalan. Maaf, sudah sangat terlambat. Hati ini telah terkubur sepi berkepanjangan.

Ra, keakuanmu berkuasa menyerang kenyataan. Memutar balik fakta seolah akulah kesalahan tidak termaafkan.

Aku tidak peduli Ra!
Andai seluruh dunia menghujat karena kabar burung yang kau terbangkan. Bagiku cukup bidadari-bidadari tak bersayap dan Sang Pencipta mengetahui semua di balik cerita.

Sudah mati, tak akan mungkin hidup lagi di hati ini meski jejakmu nyata. Kau boleh menapak tilasi walaupun sulit membuka pintu, karena kunci itu telah patah olehmu, Ra!.

Tangerang, 11 Februari 2023



LAKON
Yuni Tri Wahyu


Ia berjalan menyusuri kisah kasih bersama laki-laki berhati puisi. Setiap laku adalah inspirasi, meski halusinasi terkadang mengiris janji. Mereka mengikat rasa pada tiang keyakinan. Bahwa perjalanan berbuah manis di ujung penantian. Meski jarak dan waktu terhampar ribuan jejak.

Perempuan itu menyanjung sunyi dalam dekapan hening. Diamnya adalah sepi paling hakiki, namun tak pernah kesepian, karena setia di relung jiwa menjadi senandung doa.

Terkadang menangis tanpa air mata, teringat kepahitan silam, tak jarang pun tertawa mendengar cacian hampa mulut-mulut berwajah badut.

Perempuan sunyi memelihara luka, agar tidak kembali tertimbun derita dari para durjana. Ia telah menemukan bening kesadaran ketika sepi tawarkan dahaga, embun pun menetes dari kasih sayangNya. Maka biarkan lakon ini terus berputar hingga waktu, usai.

Tangerang, 08 Februari 2023




MERAYU KASIHMU
Yuni Tri Wahyu


Gerimis isak memecah gulita
Gempita harap sentuh keyakinan
Tarian rasa mengulum nestapa
Saling sesap rindu syahdu sendu

Mengiba raga serahkan resah jiwa
Tunduk khusyuk di sajadah tua
Mengalirlah cerita lara, tanpa jeda
Lengkapi perjalanan dosa

Meratapi percik-percik nista
Lalu melebur penyesalan paling sesal
Di puncak kesadaran
Tak lelah merayu kasihMu

Tangerang, 14 Februari 2023




SENYUMMU CANDU
Yuni Tri Wahyu


Subuh baru saja berlabuh
Sisakan debar usai melantunkan bait harapan
Secangkir kopi mengepulkan asap
Terhidang di meja kayu teras kita

Senyum merekah hangat hadirkan semangat
Seiring mengering tetes embun di puncak pepohonan
Kaki melangkah telusuri pematang nafkah
Tinggalkan jejak-jejak lelah merenda mimpi

Terlalu indah lukisan cinta
Buah pertumbuhan deretan luka usang
Kubuang dalam bulir keringat juang
Sebagian kusimpan sebagai sejarah perjalanan

Saat senja merona sambut kumandang azan
Kita nikmati sepenuh hati, lantunan diksi kehidupan
Tanpa menziarahi lebam silam
Senyummu candu paling madu menggenapi sunyinya hening sepertiga malam

Tangerang, 21 Februari 2023



BERLALU MEMELUK RINDU
Yuni Tri Wahyu


Jika diammu adalah amarah, maka izinkan aku berlalu memeluk rindu. Tapi bila sebuah perenungan, mari sama-sama perbaiki diri lanjutkan langkah lebih hati-hati. Namun jikalau untuk menghindari, tak perlu dilakukan sebab bila kisah kita benar-benar dari hati, maka akan selalu menjadi memori.

Betapa kasih ini begitu tulus, namun ketulusan saja tidak cukup mengimbangi, sesekali terlontar kata tajam menusuk hati. Tangan kurus dan tubuh ringkih ini tidak akan mampu menggapaimu.

Aku perempuan sederhana dengan sejuta luka yang mudah berdarah oleh kata-kata.

Terima kasih atas kisah yang engkau tuliskan pada lembar sunyiku. Biarlah kasih-Nya menuntun langkah selanjutnya.

Engkau terindah dan akan tetap menjadi paling indah, hingga ujung waktu menjemputku.

Tangerang, 24 Agustus 2021
YUNI TRI WAHYU



Tidak ada komentar:

Posting Komentar