RESONANSI LANGIT
di perjalanan yang teramat sempit, sepuluh jari membuka semesta alit. kelopak gugur gunung tursina ciut setelah dipukul sebatang alif. aku berpegang dan terbang menuju tanah lapang memandang bulan tertutup awan semalam. kuhunus pedang tauhid menghancurkan matahari sesaat, biar tenggelam kapalku ke dalam telaga makrifat. aku meminum sabda-sabda Ilahiyah di perjamuan mabuk bertobat, fanaku purna fajar menyingsing di balik matahati terbuka: neraka itu padam pada resonansi langit kudawamkan.
Romy Sastra
Jakarta, 8 Februari 2023
KEPADA TADULAKO
kepada pemilik sako nan barajo di tengah kaum adalah matrilineal kekal sebagai mandeh, panji bermarawa hitam merah kuning di alek anak daro bersunting nan salapan, cikal bakal limpapeh rumah gadang semarak diarak menuju pelaminan
kepada tadulako bertongkat tirani sedari awal kultur luhung diagungkan, tentang carano berisi isyarat limbago adat bersilang langkok bermakna taat sebagai amanah bertuah di sepanjang risalah. pesta nagari bersilih menuju demokrasi, biarkan adat penyeimbang rasa sekaligus akidah bersuluh sabda penuntun dakwah
kepada anak kemanakan keturunan ditimang-timang buaian sayang, kita mesti tahu, penghulu adat ingatkan!
bulan meminjam cahaya pada matahari
yang tak pernah padam
kepada generasi pemegang tampuk
kekuasaan terhadap nagari yang terus berkompetisi, taklah ilalang mati di tengah padang disebabkan kumbang bertaut kembang. aku membaca pikuk di setiap masa tak garis lurus putus ke surga
kepada hati nurani menghias taman-taman ilahi, pesta demokrasi yang dinanti sebentar lagi. jadikan ia ladang ibadah bukan ajang jual beli nasi basi. jika tuan amanah kupilih kelak di bilik pilkada, kacang tak lupa kulitnya. waspada melangkah, kursi empuk itu ranjau jangan silau
Romy Sastra
Jakarta, 7 Februari 2023
OBAT SAKIT TERDAPAT DI DALAM DIRI
Romy Sastra
Ketika sadar terpikirkan tujuan
tak ingin lari dari kenyataan
merasa perih ada penawar
sedangkan Tuhan selalu bersama
menyediakan segala kebutuhan
Akankah jiwa selalu gelap bermain api
'kan terbakar nanti
cahaya hati menerangi
Dan apakah air mata juga tak menyadari
penawar lara berasal dari rasa
mungkinkah nafsu tak mengetahui
mengira hati satu benda kecil
Namun
di dalam hatiku
termuat alam begitu besar
segala lara ada obatnya
surga dan neraka ada di dalamnya
bahkan cinta benci bergandengan
tak berjarak seperti misykat tak terlihat
nyata mengikat erat perjalanan
Kubaca unsur tubuh
di mana kearifan roh berperan
lalu, kukenali Maha Roh
hingga sakit terasa nikmat
sebab, aku baru saja pulang
bertandang di setiap sujud purna
berjalan berpedoman di sela-sela jurang
tak ingin tersesat jalan menempuh
kehidupan dan kematian
Obat itu kupinang setelah doa bertarung
Jakarta, 5 Februari 2023
RISAU
kekhawatiranku kepada mendung semakin jadi
mungkinkah hujan yang tumpah
akan membawa bahagia?
ketika embun tertumpang di kayu lapuk
anai-anai kian menyemai serbuk
kekhawatiranku kepada hujan tak memujuk
mungkinkah genangan yang teruk
membuat aku sibuk pada tikai
ketika iklim membadai di kemuncak asmaraloka
rinai-rinai tak kunjung reda
kekhawatiranku kepada perdu yang kutanam
tak lagi kemayu dibasahi salju
sebab organik leleh di genangan
dan lenyap ke segala penjuru
: risau
aku pesimis jika badai mengundang sansai
dan aku tak ingin jadi sosok fatalis
kelak kebunku daunnya berguguran
mendung, kau tak jahat kan?
Romy Sastra
Jakarta, 11 Februari 2023
SENJA TANPA HUJAN DI MUSIM HUJAN
aku membaca senja tanpa hujan di musim hujan,
tentang kisah asmaraloka dirangkai indah di pucuk
perdu terurai di atas kesaksian taman sasmitaloka.
cerita dirangkai syahdu, sejurus melankolis.
aku mendesah sedih dan miris, ada derai air mata
sebagai saksi kisah yang tak sempurna
di perjamuan rindu yang purna
aku membaca senja tanpa hujan di musim hujan,
tentang kisah sedari awal aku tak mengenal,
sebelum senja itu benar-benar tiba. padahal pagi
belum mengeringkan embun di atas daun jambu
yang buahnya layu. mungkinkah daun jambu itu
dirundung duka berkoloni benalu?
pagi? waktumu pada akhirnya berganti
akan tetapi, menyisakan tanya di mataku basah
dan aku telah menyalakan dian
sebelum mentari benar-benar tenggelam
maka, pulanglah kisah ke peraduan malam
biarkan aku merangkai bait-bait patah
menyempurnakan rindu yang senada
aku melukis senja dan membaca pagi
tanpa hujan di musim hujan
setelah kupulang dari tualang mencari setia
kata-kata tak luput makna
Romy Sastra
Jakarta, 15 Februari 2023
ZAMAN EDAN
aku bermimpi
bungsil jatuh di mataku
setelah badai mengaliri sungai
daun-daun berdansa
namrudz terbahak di kastil
sebab dia memanggul gandum
: kesombongan
abraham memetik matahari
istana terbakar
kutuk bala pelerai lidah
joki membawa peti mati
kuda lumpuh
pesta distorsi delik revolusi
zaman edan
ilalang menghunus pedang
Romy Sastra
Jakarta, 3 Agustus 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar