Sajak Uwa Kijoen
SENJA YANG TUA
entah berapa riwayat
yang kau tasbihkan
pada setiap senja tiba,
sementara hewan malam pun senandungkan tembang
musim menyambut
gelap tiba.
hampir tidak bosan
kau suarakan nyanyian itu, agar orang segera bermimpi
pada senja yang tua
suara itu kian jelas
: menuju KiblatMu
Kadipaten, 10052022
Uwa Kijoen
BENTANGAN CERITERA
pada meja kayu kusam
secangkir kopi dan irisan luka masa lalu
seperti membuka cakrawala pagi ini
ada bentangan ceritera
membentur dinding berdebu, betapa kamar
jadi saksi atas memar
kemarin
: aku akan memilihMu
sampai embun pada
daun mengering
Kadipaten, 07052022
Sajak Uwa Kijoen
JADI BAGIAN
ada ratusan kilo
jarak kita bentangkan,
gemuruh angin, debur ombak dan jilatan matahari serta tegukan berpuluh cangkir kopi
menghanguskan catatan perjalanan
tetap saja, hampir tiap
petak sawah yang kau ukir dan gambarkan
di sudut penginapan, lenguh kerbau dan dengus kereta api pada jalan kehidupan, ibarat
lakon yang digariskan
tak usah tanya halaman
pada buku yang lusuh digenggam, bukankah cerita itu, selalu ada
dan kita menjadi bagian dari tuturanNya?
: rindu
Tegal, 21052022
Sajak Uwa Kijoen
RIWAYAT CINTA
lalu, riwayat cinta pun
kau urai lembar demi lembar, halamannya penuhi ladang dan jalan
sampai di ujung harapan
tiada lagi gemuruh badai, sungai beserta lautan seperti dendangkan nyanyian merdu, tentang sepasang merpati
biarkanlah matahari menjilati ujung daun, karena kita senantiasa memetik daun masa depan
riwayat cinta, adalah sinar matahari pada daunan, yang berujung
pada masa depan
Kadipaten, 19052022
UWA KIJOEN |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar