Minggu, 06 Maret 2022
Kumpulan Puisi Yuni Tri Wahyu - KETIKA SEPI MERINTIH
TUMPUKAN PERISTIWA
Uwa Kijoen feat Yuni Tri Wahyu
Aku tengah bersiap, ketika engkau tawarkan perjalanan. Tak ada lagi jurang curam, cuma cuaca seperti malam.
Biarlah pelita hati kita menerangi gelapnya waktu.
Awan seakan menghadang, daunan berebut embun setiap gelap datang. Bersiaplah, ujarmu mengajarkan langkah, bukankah perjalanan berikutnya adalah tumpukan peristiwa?
Genggam tanganku, kita langkahkan kaki seirama. Menjejaki bumi dengan cinta. Mari urai lapisan riwayat dengan dada terbuka.
Kadipaten-Tangerang, 06 Maret 2022
RINDU MENGGUMPAL
Yuni Tri Wahyu
Embus napas menari-nari di sudut harapan
Denyut nadi mengalir sentuh keinginan
Impian terbang menembus waktu
Menukik tajam pada puncak rindu
Meremas catatan lebam di palung beku
Rangkaian lara saling berpelukan erat
Lindungi gigil bola salju pilu
Enggan beranjak meski sekejap melayang kejar bayang
Sosok kecil dengan sepasang bening pandangan
Rekam lukisan indah masa silam
Tanpa bercak tinta meruah serapah
Hanya senyum ranum terkulum pada kelopak basah
Genangi danau deretan doa lampau
Hingga kini rindu menggumpal lekat di dada permohonan
Tentang sunyi sepi berdiam damai dalam hening
Kumpulkan bekal perjalanan kekal
Tangerang, 05 Maret 2022
ISAK PALING KALBU
Yuni Tri Wahyu
Melintas jejak jelajah sesak bercak berserak bijak
Menyobek ingatan tikam perjalanan jemput rona jingga
Tidak mudah kibas kibaran basah selendang luka
Sepanjang catatan tergores nyata suratan tangan
Kegetiran serap pahit selimuti jiwa raga
Lingkari langkah tanpa henti hingga titik pusat sulit terdeteksi
Bagai mata rantai mengikat kuat pedih berkepanjangan
Tersengal, napas terhenti sejenak dan rebah dalam sajadah
Sunyi sepi terdiam rafalkan puja-puji
Ketika hening larutkan isak paling kalbu
Berserah pasrah atas titah-Mu
Lantas menggamit lengan ikhlas, tanpa harus bertanya lagi "di mana aku berdiri?"
Tangerang, 03 Maret 2022
KETIKA SEPI MERINTIH
Yuni Tri Wahyu
Bukan lemah laki-laki luka merintih tahan perih di lubuk jiwa
Sekedar akui diri secuil di hamparan cakrawala
Tidak juga lupa laku syukur atas nikmat usia
Renta tanpa pikun memuja-Nya
Tersadar kegagahan merapuh
Namun gigih selalu utuh
Bergelora jemput senja berpelangi tujuh warna
Dan malam berpayung langit benderang purnama
Nampak hening syahdu ketika sepi merintih
Teringat jejak terpijak bercak noda
Kelabu riwayat masa lalu, tersedu
Mohon sisakan waktu untuk pantas jadi kekasih-Mu
Tangerang, 26 Februari 2022
SAHAJA
Yuni Tri Wahyu
Apa yang engkau cari, duhai perempuan elegi?
Mengais mimpi dari serpihan pilu masa lalu
Punguti puing-puing lara sepanjang waktu
Hingga lupa di mana letak bahagia sejati
Mengembara lebur noda lukisan peracik rasa
Seduh manis pahit tersesap
Suatu ketika engkau bertemu sosok sahaja
Tawarkan sederhana sarat makna
Egomu melumat tulus nasehat
Dekap sikap keras kepala, senyum sinis tepis kebenaran
Pembenaran diri sulit dikalahkan
Namun kesabarannya tuntun lengan kurus seolah kuat
Topang selaksa beban memberat
Oh puan ... kemarilah, nikmati sahaja dari dalam palung jiwa
Coba sejenak luruhkan angkuh kukuh di tempurung pikiran
Mari kita buka pintu Kasih-Nya dengan kunci ikhlas
Lepaskan kalung elegi jerat nestapa, tersenyumlah sehangat mentari
Tangerang, 24 Februari 2022
SEDERHANA MILIK KITA
Yuni Tri Wahyu
Rindu melumat waktu lipat jarak terbentang
Meski temu sekejap pandang mengikat erat suatu riwayat
Pada tiang keyakinan berserah pasrah arah kemudian
Berlabuh pada dermaga mana, bersimpuh harapan
Campur tangan-Nya penentu jalan
Di mana biduk berlabuh usai pelayaran
Jalani sesungguh niat berkiblat
Khusyuk tengadah seiring tarian biji tasbih di ruas jemari
Senandung nyanyian hati tanpa jeda, selama hela napas berembus
Mengikis resah berhamburan tanpa tujuan
Sesap ramuan pahit kehidupan hingga ampas paling hambar
Nikmati sederhana milik kita, terlukis manis di lengkung alis
Tangerang, 06 Maret 2022
WAKTU MENGUKUHKAN RINDU
Yuni Tri Wahyu
Mereguk sajian getir riwayat perjalanan
Kunikmati sedemikian rupa hingga sesapan terakhir mendiangi ruang hati
Uap dan aroma menjadi terapi atas luka bernanah sepanjang langkah
Bisul pun pecah hingga darah kental hanyutkan mata kebencian
Sepi telah mengajarkan aku tentang manisnya keikhlasan
Lalu menuntun sunyi dalam diam perenungan
Atas waktu yang telah mengukuhkan rindu
Bermekaran satu tujuan, untuk-Mu, hanya kepada-Mu
Tempat bersandar segala rupa dunia
Menawan tersembunyi dalam topeng kemunafikan
Pun sederhana tanpa kiasan
Semua terbaca, telah benderang tanpa kaca, atas titah-Mu
Tangerang, 16 Maret 2022
BUTIRAN EMBUN
Yuni Tri Wahyu
Pagi yang muram hadirkan butiran embun di sudut pengelihatan. Ketika angin memberi kabar bahwa sepi tertikam nyeri.
Menunduk dan tengadahkan tangan, lalu tersenyum seiring derai doa bersahutan dalam keheningan.
Tentang usia yang telah mengantarkan luka pada perjalanan panjang, biarlah menjadi kekuatan senja tampilkan rona jingga. Dan kita cukup dengarkan kumandang azan lantas bersujud di atas sajadah usang. Maka mengalirlah butiran embun genangi keriput malam.
Tangerang, 16 Maret 2022
RINDU SEJATI
Yuni Tri Wahyu
terlewat sudah riwayat luka menganga
lebam pun berganti warna
rindang hijau sejukkan dahaga
sentuh bisu cairkan beku
sepi yang engkau senandungkan menyusupi sunyi berkepanjangan
kian syahdu membelai perasaan
sayang, teruslah bisikan lagu rindu tanpa kiasan
sejati rindu untukmu juga untuk-Nya bersahutan
saling mengisi kekosongan
hingga ruang kalbu penuh
roncean kembang wangi bermekaran
Tangerang, 25 Maret 2022
RINDU ITU MENYESATKAN
Yuni Tri Wahyu
Jangan katakan rindu pada barisan kalimat rayu
Bait akan menjadi rancu tersesat dalam ambigu berujung pilu
Nikmati saja secangkir pahit dalam perputaran waktu
Resapi hingga sesapan terakhir, lalu diam
Biarkan wening menguasai hening
Maka sepi mendekap sunyi sejati
Kemudian mengurai rindu paling abadi
Dengan iringan gerimis gumam doa, terdapati rindu seluas kasih-Nya
Tangerang, 25 Maret 2022
ADA LUKA TERSIMPAN
Yuni Tri Wahyu
Ada luka tersimpan lebam mendekam
Atas dusta dan kebodohan peluk sesal, renungan
Acapkali melintas bebas tikam kenyataan
Sebisa mungkin mengubur sedalam keinginan
Namun kaki harus tetap lanjutkan langkah
Cukup bingkai pedih tanpa memapar perih berpanjangan
Pelajaran dahsyat merubah arah pelayaran
Biduk tak akan tenggelam diterjang badai gelombang
Jika air menerobos masuk perlahan, maka karamlah perahu harapan
Bukan berarti terkubur di dasar laut kepahitan
Mengais puing, rakit kembali sampan ikhlas
Ubah arah pelayaran tanpa lepas kenangan
Merupa tonggak, tegak tatap pantai labuhkan keyakinan
Bermukim sejati pada titik akhir perjalanan abadi
Tangerang, 24 Maret 2022
BIRU HARU
Yuni Tri Wahyu
Biru membentang sepanjang pandangan
Sepenuh harapan dalam rangkaian doa
Satukan sepi hakiki bersama sunyi sejati
Namun gerimis terkadang mengundang haru
Rintiknya tertampung, genangi riwayat
Berserah usai kencangkan ikatan keyakinan
Lalu terima tanpa menggali pikiran
Mengapa jelaga silih berganti bermunculan
Kadang bersih tak jarang keruh keluh berseliweran
Tol Palimanan, 23 Maret 2022
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar