Sajak Uwa Kijoen :
KEMBALI MENGEJA NAMA KITA
berceritalah, ungkap dirimu, sambil merebahkan lelah di ranjang kayu milik kita
lantas, mengalirlah tumpukan cerita dan peristiwa, seperti peluru yang dimuntahkan, tiada jeda selain anggukan dan gelengan kepala melengkapi riwayat
malam pun, kian rapuh
lewat daun tua, ada rembulan yang mulai pucat cahayanya
: aku kembali mengeja
nama kita.
Kadipaten, 05032022
INI PERJALANAN - kepada diri sendiri
bukankah, jarak dan waktu telah kita bekukan?
demikian ucapmu saat purnama pucat menghiasi cakrawala, kemudian lembar
demi lembar catatan pun, kita remas karena besok menanti tulisan berikutnya.
telah kita remaskan, waktu dan jarak.
Karya : Uwa Kijoen
Kadipaten, 22112021
sajak Uwa Kijoen
SECANGKIR KOPI
aku tawarkan secangkir kopi, pada subuh tadi
karena dingin nyaris
memenuhi setiap pori
engkau pun, meraup kehangatan itu,
dua tegukan menghantarkan hangat
pada pelukan jemarimu
biarkan embun itu, kelak akan luruh saat mentari memanjakan bumi, ujarmu seperti gaung memenuhi ruang
maka, mengalirlah kehangatan, ketika memujiMu, Ya Rabb
Kadipaten, 14032022
sajak Uwa Kijoen
LAGU RINDU
hampir setiap saat
aku lantunkan lagu
rindu yang kian beku
langit pun senandungkan
sendu.
kadipaten, 150320220414
sajak Uwa Kijoen
JELAGA
langit seperti memuntahkan
jelaga, ada misteri
kamu menghilang dalam
separuh perjalanan
: kapan berlabuh, sebelum
ombak menelannya.
kadipaten, 23042022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar