Karya : Retno Rengganis
Ada awal tentu ada akhir
Begitupun masa ke masa hadir
Desember melambai hiba
Perpisahan berganti tahun tiba
Di penghujung senja renta
Sesaat lagi melangkah cerita
Gulana memeram sendu kita
Sejuta kenang dan janji
Menanak kata menyusun imaji
Ketika masak tiadapun menepati
Tetaplah mensyukuri
Kapan menggali makna
Jika bukan kini waktu mencerna
Muskil merandek mengeja kata
Yang tercecer kenangan lusa
Desember hujan mengguyur
Rintiknya bagai jemari nyiur
Desah kian berbilur-bilur
Euforia
Jiwa meraya
Melenyapkan memori kala
Pesta syair
Gelora mengalir alir
Susunan doa-doa bertakbir
Kulipat Desember
Buka Januari di awal lembar
Bersama Ridho Illahi Allahu Akbar
Cepu 31-12-2019
Assalamualaikum warahmatullahi wabarohatu 🙏 hayy sahabat semua. Semoga hari ini penuh dengan barokah dan kita senantiasa dalam lindungan Allah SWT 🙏 Aamiin yaa robbalallamin.
PENGKHIANATAN
Karya : Retno Rengganis
Kau burung bangkai beraroma busuk
Mengakak nyaring iramakan pengkhianatan
Sembunyi di bawah tudung cakrawala
Engkau bangsat yang lahir dari kelamin laknat
Yang dibuahi seuntai kesumat iblis
Dan berusaha memahat dinding hatiku
;Bedebah!
Engkau memang pandai berdiplomasi
Di hadapan setan-setan kolonimu
"Aach... itulah cinta, selalu membunuh kejernihan otak!"
Betapa ringkih makna kesetiaan
yang dilafatkan sepanjang pelukan
Engkau bangsatku
Mereguk madu-maduku
;Buas!
Sirnalah mimpi...
istana berlantaikan kabut
beratap pelangi
berjendela bintang-bintang
di mana nantinya pori-pori nafas berkecambah suargaloka
;Aaaaccchhhh...Tuhaaannn!
Hanya potongan-potongan luka
Sumpahnya telah tergadaikan
menutupi kebusukan
;Sungguh!
Kau laknat jahanam
Bibirmu penuh jampi-jampi kebejatan
;Dan... Akulah kejujuran
!
Betapa manis madumu
Ketika hujan tak lagi menyapa
Setan bertempik sorak menguntit
kelopak mataku
Mencuri tutur kata guru kudusku
Yang membasuh kotoran-kotoran cinta
dari cerangapnya duri-duri nyeri hitamku
Tuhan...
Betapa wewangian yang tersulur di sekujur tubuhku
Begitu sempurna membakar otak dan jantung ini
Terus dan terus basuhlah
;Hai kamu!
Kutunggu sampai abad-abad berlari
Walaupun sebuah candi telah berdiri
sebagai pusara abadi
;Apa lacur!
Topeng rengkahmu hancur!
Engkaupun terkubur.
Cepu 2-1-2020
TENAGA PRANA
rembulan dibalik kabut
makin meredup
lelah
hanya bisa diam
di atas tumpukan jerami
getir
sangatlah melintir
terkuras napas tenaga lepas
tersungkur di waktu gersang
meradang hilang
kosongkan perut secauk
tirta bening
batiniyah terajah surah
al fatihah
Karya : Retno Rengganis
Cepu 5-4-2019
ISTANA RUMAH
KARDUS
Karya : RETNO RENGGANIS
Rumah-rumah kardus
Dihuni para kabus
Atas janji sang rakus
Ucapnya yang membius
Rumah kardus sudah lusuh
Penghuninya memeras peluh
Jerit para-para mulai jenuh
Di antara sampah kumuh
Rumah kardus jauh dari perlente
Cenderung untuk sembunyi lonte
Lampion kerlip bagai monte-monte
pinggir gorong-gorong gang sate
Rumah kardus miris sekali
cukup untuk berteduh hindari pungli
Berjajar rapi di pinggir-pinggir kali
Biar susah penting bukan para gali
Rumah kardus seperti kantor
Penghuninya para diktator
Mobil bajibun apalagi motor
Makan minum tidur molor
Rumah kardus pinggir kota
Orang-orangnya suka kudeta
tak mengenal apa itu derita
Meraup harta tinggal minta
Rumah kardus dalam pandangan
Gubuk dan istana sebuah hunian
Perbedaan dalam persimpangan
Si bodoh dengan si cendekiawan
Cepu 1-3-2019
Episode terakhir Menari di atas mimpi.
Catatan Kecil tentang Cinta dan kamu.
TERKUBUR RINDU CINTAKU
( RETNO RENGGANIS )
Terasa langkahku ringan melintasi hari-hari di sepanjang bilangan waktu
Inilah kali pertama melihat sosoknya
Sungguh aku benar-benar kagum
Aku merasakan nyaman luar biasa
Segalanya seakan sempurna
Rasa riangku terbalut rapi kain bermotif asmara
Ada rindu, ada cinta bercorak gelora
Entah sudah berapa kesekian, aku menikmati nuansa seperti ini
di laut matamu
Debar dadaku senantiasa bergemuruh
Aku tersenyum, Engkau memang manis dan berwibawa
Aku terpesona
Mungkin benar Engkau sosok idola
terlalu terlena mereka mengagumi, seperti aku yang mengagumi kamu
Keterlaluan!
Kutatap sekali lagi wajah beribu pesonamu di kaca HP
Ada resah menggelinjang jiwa
Sekali lagi aku hanyut dalam gelombang rasa
"Aaaahhh....!?" Desahku
( Mungkin aku benar-benar jatuh cinta )
Kukira benar, dari sudut bibirnya ada pancaran sinar aneh
Dari sudut matanya pula terlihat kilatan kecil bening
Segera aku istiqfar berulang kali
Ada seruan-seruan halus membisik lirih
Aaahh... Aku terbius perasaan
Atau aku terhipnotis kumparan mistik?
Apalah artinya aku memegang keyakinan
Hal macam begini saja aku benar-benar tidak mampu menolak
Kecerobohanku dalam bertawadhu
Terasa ada yang menyekat dalam napasku
Dengan perasaan campur aduk kuberanikan diri
Menepis bayangan wajahmu
"Braakkk!" tersungkur aku bersimbah darah
Dalam lamunan aku terjatuh mati
Terhempas jauh mencumbu pilu yang membatu
Banjirlah kerumun orang berdesak sendu
Jerit memekak seantero penjuru
Memandang sosok terbujur kaku
Itu aku!
Saat melamunkan dirimu
Di ambang akhir kisah hidupku.
Bunga mekar berseri
Tertiup semilir angin
Gugur satu-satu kelopak rindunya
Di atas pusara itu.
Cepu 23-2-2019.
LAMUNANKU
Kulihat bulan sabit di balik reranting cemara
Mencuri hatiku yang berdiri beku di pinggir samudera
Yang menghitung rasi di kedalaman imagi
Kubiarkan angin membelai, kemudian merekatkan rasaku pada embun rindu
Akan damaiku dalam kesabaran penuh
menunggu pelangi melengkung di cakrawala
Kupejam mataku menghayati getaran jiwa
Menerawang lamunan hening bergumam sepi
Mulai kuhitung detik-detik
Menjemput mimpi di seb'rang sabana
meraup risalah sebagai cahaya mata.
Cepu 6-1-2019
RETNO RENGGANIS.
BISMILLAH WASYUKURILLAH
Duhai kekasih
Mari kita bertasbih
Kumandang doa-doa sahih
Agar jadi tauladan dan sesulih
Di senja teja berwarna jingga
Pelangi lengkung sejajar mega
rinduku kian menghaus dahaga
Bagaikan tangis para pujangga
Sajak dan puisinya sendu biru
Bagai desir angin merayu-rayu
Hempaskan napas cinta memburu
Memeluk kasih mata indah sayu
Malam berkidung azali
Gulirkan makna tiada tersesali
Meraut membaca kitab qurani
Perekat baiat kedalam nurani
Duhai insan sejagat raya
Tepis mimpi di dunia maya
Luahkan rasa segala daya
Menuai fardhu jerih upaya
Alhamdulillah
Wasyukurillah
Nikmatnya islah
Dari Bismillah.
Cepu 10-1-2019
Retno Rengganis.
Butiran butiran debu
JALATUNDA
Fisik ceruk misteri beraroma wangi kamboja
Mitos menjalar rerambat bagai gelang-gelang rantai kematian
Mengikat geliat zaman
Keangkaramurkaan membelit tiap-tiap jiwa
Dari lorong gelap waktu, meminta persembahan jasad
Untuk melepas ruh
Benang merah menggeligi pada sorot mata hitam
Menarik lantakkan peradaban
Sihir bertuah kealpaan
Seolah menari-nari bagai jemari
Dalam kewajiban siap mencengkeram
Membidik lalu menenggelamkan apa saja terkehendaki
Sebagai pertanda persembahan mati
Iblis laknat berjingkrak kangkang lalang
Meradang menagih janji laksa pati
Mengitari searah lengkung bumi
Apa yang harus kita perbuat?
Tampik sihir dengan gerimis air mata?
Oohh... Itu salah!
"Ayoo"... Kataku!
Meraih pedang atau gendewa pusta
Kaitkan rekatkan batu mustika jiwa
Membuka dan simak buku pustaka dari lir ilirnya mantra ( azimat )
Ucap gerak seiring seirama
Lebur... Leburlah jadi satu,
tabuh genderang perang!
Takbirkan kidung sejati
agar munajad teridhoi
Dan pandang puncak kubah
Lalu raba stupa rasakan denyutnya
Poros kehidupan bidik tepat dengan panah batu mustika kalimasada
Atas Kun-Nya
Hitam menjadi terang
Selaksa putih bening
Jalatunda sejatinya sepi wening
sunyi menyatu diri pada Illahi Rabbi
Membuka pintu akhir dari hidup ke mati dalam keabadian.
Cepu 23-1-2019
RETNO RENGGANIS.
DERITA PELACUR KAMAR POJOK
Rinai hujan membasah di ketiak perawan lacur
merintih di atas pedih perih hancur
dalam tubuhnya penuh cucuran keringat basi
dipaksakan mendengus pada setiap gelap mimpi
Apa yang dikatakan dosa itu?
adanya kelaparan ibu bapak di ujung tanduk kematian
dan anak-anak kecil yang dibilang saudara
darahnya mengalir, menggelepar, raga tinggal kulit membalut tulang
meringkuk di bawah kolong jembatan
Peradaban yang ternistakan,
kemunafikan,
dari para cukong konglomerat berdasi
mencekik, menginjak, dengan dada membusung,
memperkacung orang rendahan
"Inikah keadilan atasku wahai tuan?" katanya terisak tangis
Molek tubuh bergincu merah merekah
menarikan gemulai, liuk erotis di atas ranjang pengantin
dalam istana negeri dongeng halilintar,
warna tubuhnya secantik kupu-kupu malam
penghantar mimpi dalam senyum palsu menggetar kelam
Lacur pelacur dipaksakan berpesta
Di bawah rembulan tubuhnya merangkak nista,
di atas tongkat pusaka, terus dan terus birahinya sampai meledak,
hanya untuk meraup nikmat
dari ceceran picis sang cukong keparat
Miris sungguh teramat miris
"Mbok, aku klimaks bersimbah darah, dan mematahkan lehernya dalam derit ranjang itu" tangis pilu piatu mendebu
Waktu terus berlalu, sampai kapan dongeng ini usai
Tubuh penindihnya pucat membiru
Darahnya muncrat, dosanya sekarat
Jam satu tepat malam itu usai sudah permainan
Lacur pelacur di kamar pojok telah menjadi pesakitan
Menikam gigolo tante-tante istri tuan asu
Yang kecewa dalam ketakutan aib seribu satu.
Cepu 29-11-2018
RETNO RENGGANIS.
SERUPUT PAMIT
Kuseduh secangkir kopi
Di teras, memandang kabut runtun membasah
Daun-daun gigil enggan berselimut
Wangi sedap malam yang mulai menahan kantuk
Di gelitik ngenggat pada ketiak kelopaknya
Aku tersenyum
Pagi benar-benar indah
Mentari sudah mulai gerah
Ingin mencabik alam dengan panasnya
Aku bergidik
Pasti bulir keringatku akan segera jatuh
Luruh bersama waktu yang membisu
Kuseruput sisa kopi
Pahit
Dan aku pamit.
Cepu 11-12-2018
LAHILOTE
Merindu bidadari senyum pesona
Pesona merona mawar indah
Indah bunga-bunga asmara
Asmara insan beda kasta
Kasta sudra terpaut cinta Dewi kayangan
Tentang cerita masa silam
Silam merombak bulir-bulir kata syair
Syair bertajuk perih menyusu awan
Awan hitam mengabut bagai pedihnya
Pedihnya Lahilote kehilangan seroja
Seroja bunga mimpi bidadari impian
Bayang cumbu sekasih jiwa telah pudar
Pudar kikis terpatah ingkar dewi langit
Langit hitam rundung duka mencabik hati
Hati Lahilote gundah gulana
Kembara di negeri dongeng
Dongeng cinta kekasih pencari rotan bertasbih
Bertasbih doa menggenggam sumpah
Sumpah di semenanjung pantai Pohe pesisir
"Pesisir pantai Pohe saksi sumpahku, sampai senja umurku berkain kafan, telapak kakiku akan terpatri sepanjang zaman."
Batu bertapak kaki, pantai Pohe Gorontalo saksi bisu
Bisu nan diam seribu bahasa silam
Silam kisah pemuda beristri bidadari kayangan
Kayangan menghardik patahlah cinta Lahilote
Lahilote beruban tanda hidup tak sepanjang zaman
Zaman tertakdir perjanjian ruh di batas pengembaraan.
Cepu 5-12-2018
RETNO RENGGANIS.
Assalamualaikum warahmatullahi wabbarokhatu....sedikit tengok cerita rakyat dari Gorontalo.
DINGIN BULAN DESEMBER
Dingin bulan Desember membawa selembar rindu
Jatuh bagai tirai riuh, syair-syair gaduh
Dingin bulan Desember meninggalkan masa silam
Dari catatan ego, cenderung kesampingkan logika
Dan kini kueja, baru kurasa
Dingin bulan Desember mengemas luka
Melupa kisah lalu, biar serupa bayang-bayang
Tak usah peduli lagi, sayang
Dingin bulan Desember aku pasrah
Menimang kembali hujan membanjiri hidupku
Biar basah tetap pasrah
Lalu kutenggelamkan rasaku menikmati telaga kata
Tentang degup jantungku yang memburai syair kehidupan nyata
Dan aku mulai menata langkah
Pelan-pelan menuju mimpi
Berpayung panji inspirasi
Luahkan imagi, doa-doa puisi.
Cepu 17-12-2018
RETNO RENGGANIS.
RETNO RENGGANIS |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar