AKU INGIN PULANG
BY. Ade Saputra Sunankaligandu
Aku ingin pulang,...
Bercengkerama di taman nirwana
Melukis giris gerimis di ujung senja
Yang jatuh di atas tilam usang
Aku inginkan engkau,..
Yang menatapku tanpa berpaling
Yang berdiri sebagai pendamping
Yang membunuh semua benalu
Lihatlah, kita disekat perasangka
Hingga ragu membunuh logika
Lambungkan imaji tanpa henti
Nalar pun kelu, lalu mati
Aku ingin pulang,...
Pada istana cinta kita
Taburilah, jalanan nan telah gersang
Dengan aneka bunga
#DewaBumiRaflesia_28_12_19
KUNANTI DI UJUNG SEPI
By. AAde Saputra Sunankaligandu
Dik, bukan remang nan kuanyam
Pada jalanan senjamu nan sepi
Atau, kunikmati sebatas cawan kopi
Lalu sirna ditelan kelam
Dik, adamu beri arti
Bukan tentang mimpi malam tadi
Aku, hanya ingin satu warna
Dari berjuta ronamu, tanpa perantara
Dik, bangku ini sungguh sepi
Duduklah di sini, tanpa mimpi
Lalu genggam jemariku
Sambil kita hitung lembar ambigu
Lalu, kita udar satu satu
Agar tiada legenda pilu
Ketika kita ronce satu warna
Di atas tilam nirwana
#DewaBumiRaflesia_26_12_19
SETELAH ALENIA JEDA
By. Ade Saputra Sunankaligandu
Aksara kita, menggurat di alenia baru
Ketika sejanak, tejeda tanpa cerita
Sedangkan rindu, kian membiru
Lalu pecah dikecupan mesra
Aku, tanpa paradigma di sahara
Meramu bisu dalam bejana cedera
Namun, aku tak punya ambigu
Tulusku, tak lekang oleh waktu
Kita, tanpa antara
Namun, disekat perantara
Pemisah warna pelangi
Penghuni ruang-ruang elegi
Kita di alenia baru
Satu ruang, di satu waktu
Pada degup tak menentu
Terkurung di rimbun benalu
#DewaBumiRaflesia_01_01_20
HITAM PUTIH CINTA
By. Ade Saputra Sunankaligandu
Aku, hitam putih cinta,...
Terpana, hingga senja digulung gulita
Tatap, sayunya binar netra itu
Kecup mesra, ranumnya bibir itu
Aku, hitam putih cinta,...
Menggapaimu di balik jendela kaca
Pecahkan saja, kan kukutip serpihannya
Pun, kubalut guratan lukanya
Aku, hitam putih cinta,...
Menunggu usainya gerimis
Hingga terbit rona pelangi di ujung senja
Telah kusaji, aneka hidangan manis
Aku, hitam putih cinta,...
Yang alfa, luahkan kecupan di kening
Beri tanda, cinta bukan fatamorgana
Meski kita, terpasung dalam ruang
#DewaBumiRaflesia_03_01_20
Ini merupakan rangkuman cerita dari isi novel Gegas Meranggas
GEGAS MERANGGAS
By. Ade Saputra Sunankaligandu
Gegas itu, aku,...
Yang mengejar bayang-bayang pada helai angin
Pusarakan raga renta, mengepak sayap angan ke awan
Mematri jeruji janji, lalu berlari berburu illusi
Mengakhiri setiap paragraf, dengan alibi basi
Aku, menakar samudera hanya dengan gelas kaca
Mengarunginya pun, hanya dengan rakit bambu
Seperti halnya tiada garis batas yang kuanggap tabu
Semua sama, tak akan kutanya neraca
Meranggas itu, pun aku,...
Berlari menggapai tepi, di luasnya sahara mimpi
Jatuh tersimpuh, lalu punah dari ranah
Sirna rupa, tiada arca tersisa pada legenda dinasti
Tak seperti ranting, masih kering meski telah patah
Lihatlah, ketika yang kulukis rona pelangi
Bunga-bunga bermekaran, pun kembang ilalang
Tak sama, ketika kanvasku terbang melayang
Lalat pun, tak ingin hinggap lagi
Aku, mati suri sedari pagi
Usah kau tanya renjana, meski hanya sebejana
Aku hanya pencinta yang tak punya cinta
Biarkan, aku mengecupmu, lalu pergi
#DewaBumiRaflesia_14_01_20
B I R A H I
By. Ade Saputra Sunankaligandu
Kusetubuhi, rahim-rahim birahi
Yang terpajang, bertubuh telanjang
Liuk melenggang, jiwa pun terangsang
Paradigmaku, akan bait-bait puisi
Pongah, bila tak kusebut indah
Dungu, ketika aku hanya terpana
Sedangkan malam, molek tanpa busana
Menanti mata pena pujangga menjamah
Biarkan, sejenak kutanggalkan
Beribu benalu yang menyesak
Dari pohon yang bernama kebijakan
Hingga perdu rindu yang kian menyemak
Aku, hanya ingin sendiri
Nikmati mata pena yang birahi
Setubuhi tiap inci bait puisi
Di altar gulita malam sepi
#DewaBumiRaflesia_10_07_19
ARCA BERMASKARA
By. Ade Saputra Sunankaligandu
Puan, aku sahaya sudra
Bertubuh lusuh, tanpa ruh
Pun, tanpa pusara
Namun, coba berdiri, meski tak tangguh
Puan, aku tersesat, di kota aksara para dewata
Kutip bebulir, aneka warna tinta
Lalu, kujadikan maskara, juga gincu
Rupaku.... entahlah, 'ku tak tahu
Puan, aku hanya tubuh tanpa ruh
Membaur, di antara parade pujangga
Sedangkan aku, cuma arca rapuh
Memakai gincu, juga maskara
#DewaBumiRaflesia_14_06_19
AKU TAK MENYANTUNI
Di gigil basah resah retina
Goyahkan langkah patah-patah
Sematkan tanda asa gulana
Meski sungging coba kau rekah
Aku, mengusap lembut helai rambutmu
Mengecup mesra halus keningmu
Dengan rasa buta tanpa warna
Dengan segenap asa renjana
Tidak karena warna iba
Tuk santuni nurani yang mati
Atau, memburu bayang ilusi
Yang lintasi garis ruang hampa
Aku mencinta, dengan hela napas sahaya
Dengan langkah papa nan pongah
Tuk mengukir raut rupa istana
Menyusun tiap keping yang patah
Aku tak menyantuni
Sebab hanya mati suri
Kan bangkit kembali
Menganyam temali hati
By. Ade Saputra Sunankaligandu
#DewaBumiRaflesia_22_04_19
ADE SAPUTRA SUNANKALIGANDU |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar