Sebatas inikah rajutan kisahmu
menelantarkan tetesan beningku
kebisuan mengunci manik bibir merona
tenggelam dalam kegelapan prasangka
Terpuruk perjalanan kita
menyenandungkan lagu kepahitan
bahkan terlepas genggam jemari
tak sanggup meronta menggapai lagi
Gugur segalanya
terberai pecah berkeping
jangan punguti dalam semak berduri
biarlah pupus seperti kuncup melati terjatuh mati
Sia-sia melambungkan mimpi
kita bukan sepasang sejoli
terbelah sudah hati suci
terkubur kenangan telah terpatri
Jogja, 01.01.2020
LUKA
Karya : Puji Astuti
Cinta datang dari mata turun ke hati
Tanpa peduli apakah itu menyakiti
Dia yang membuat rasamu beralih
Memaksaku untuk merenungi sepanjang hari
Awal dari selingkuh
Meremehkan gejolak hati yang tak kukuh
Ingin merengkuh padahal sudah utuh
Genderang rasa bertalu bertabuh
Adakah luka?
Pastilah ada di sudut lara
Mengantar mimpi di malam buta
Menggigil jiwa tak terasa
Janji setia bermahkota dua
Merujuk bahagia di atas sedikit hampa
Memendam gumpalan tetes air mata
Akhirnya mengering dalam waktu menjemput asa
Jogja, 16.01.2020
NARASI RINDU
Karya : Puji Astuti
Tak bisa kuungkap memakai kata
Hanya suara hati yang kian menjelajah rasa
Betapa narasi rindu ini telah membunuhku
Menggelantungkan segenap perasaanku
Gubahan lagu yang ingin kucipta
Tenggelam hanyut di gemericiknya aliran anak sungai
Mengalahkan kecamuknya jiwa nelangsa karenamu
Membuyarkan lamunan yang menyelimuti jejak impianku
Kekasih kalbu
Sejenak ingin kupejamkan mata
Melupakan yang telah kita jalin bertajuk asmara sendu
Menidurkan sukmaku untuk tak melihatmu
Namun .... sia-sialah itu
Jantungku telah kau gores
Kelenjar nadiku membiru
Kesakitanku membelengguku
Inilah aku yang tak bisa lepas darimu
Jogja, 04.01.2020
TITIPAN RASA
By : Puji Astuti
Menyentuh titik malam
Dingin angin torehkan sebongkah lara
Sempurnakan kucuran di lembah duka
Bersambut cengkeraman kuku-kuku cakra
Lengkingan memilu meratapi namamu
Terguyur di kala titik embun yang turun
Kelengangan alam menciutkan hati jadi kelu
Butir-butir air mata pun enggan tuk turun
Rayuan seakan menjadi cibir makna kata
Selendang sutera pengikat jiwa kita
Bening air matamu kini terjatuh jua
Di antara peluh lelahmu wahai puja
Kusuguhkan secangkir kopi pahit
Agar kau tau pahit itu tidaklah legit
Mencuri sedikit madu tuk kau gamit
Menaruhnya di sudut letak yang paling sulit
Malamku masihlah panjang
Kuterjang yang selalu ingin menghadang
Kusunting bunga cinta ini sekarang
Kusematkan untuk kau bawa kembali pulang
JOGJA, 30 Juli 2017
SENANDUNG
By : Puji Astuti
Tertegun aku menelaahmu
Pada kisaran waktu yang tersingkat
Berjuntai rumpun kasih tersambung ikat
Mengapa kau lepas dan tak tertambat
Kidung malam ini masih terdengar sayu
Dan kaki-kaki berjalan seakan kelu
Tertunduk wajah wajah pilu
Menyeruak di ruang jiwaku
Akankan cinta tersasar di lembah cadas
Tanpa bersua tuk saling lepas
Seakan hidup ini hanya sebatas tuas
Yang getas, meretas dan tertindas
Hati dan bentuk lirik diri
Tersandung cinta kasih yang sedih
Melodi simphoni pun terasa lirih
Tak terserat indah hanya ada pedih
Kenapa..?
Musti ada tetes jiwa dan rasa
Yang membuyarkan inti-inti cinta
Porak poranda terbabat badai sukma
Melebur segala mimpi dan asa yang ada
Kenapa..?
Tanyaku pada diri dan juga dirimu
Akankah cinta sejati menjadi milik hati
Cukup indahkan senja dengan corak pelangi
Yang bisa hiaskan senyum tanpa ada luka di hati
Dan selalu retaskan bisik-bisik manja di jendela rasa dua sejoli
JOGJA, 12 Agustus 2017
Unggah ulang
INGATKU
By : Puji Astuti
Kegelisahan nurani dan asa ini menggelinjang
Kehampaan dan kerinduan serasa menyatu tak terpisah
Sudut nuansa bathin tersayat senyumanmu
Ranum mengisi pantai hati biruku
Kupendar makna kerlinganmu
Hangat menyusupi dinding jiwa rapuhku
Bagai selimut tebal membungkus dinginnya ragaku
Berpagut genggaman jemari seiring hangatnya rasa di dada
Ujung lidahku kelu
Hati serasa beku terpaku
Sinar mata meredup terpesona
Begitu dalam wibawa cinta yang kau bawa
#resahku_GSP_1282017__
INGINKU
By : Puji Astuti
Berhamburan resah di setangkup hati ini
Lembaran indah yang kita lalui
Terpagut di bawah sinar rembulan sabit
Titik rindu bertemu dan bersatu
Inginku selalu ada di sepanjang hari
Melantun kisi-kisi cengkerama cinta
Ringan dan lapang di dada
Hari pun bergulir tidak terasa
Terbitnya mentari menghantar harapan
Tersembulnya rembulan malam menjadi ingatan
Tatap sendu dan bisikan rindu
Adalah dirimu pemilik lantunan merdu
Harap ini ruaskan di lubuk hatimu
Duhai pemikat kalbu dan jiwa
Setara gelora debar mengiris sukma kita
Yang kini terluka berceceran di hamparan hampa
Kecup resah nadi pun gelisah
Butir gelombang getar kini merambah
Ada rindu yang menyumpat di lorong waktu
Sakit, seperih sayatan sembilu rasa di hati
Inginku,
Simpan segala ngilu terkaparnya kita
Bersama meretaskan semua yang terjadi
Bahwa aku masih tetap di sini
Berdiri dengan segenap ketulusan hati
Aku akan selalu ada.
JOGJA, 9 Agustus 2017
GERHANAKU
Sesekali kulirik keatas langit biru
Terasa ada secuil resah pilu
Meremahkan garis-garis senduku
Yang teramat dalam akan kehilanganmu
Duhai..
Memilikimu adalah separuh kebahagiaanku
Melepasmu merupakan rata mati hati ini
Singgahlah selalu di gelap jiwaku
Karena sangat berat menanggalkan semua kenangan itu
By : Puji Astuti
JOGJA, 8 Agustus 2017
KERESAHANKU
By : Puji Astuti
Ada setitik lesah menggerogoti rasa
Mengguncang detik waktu yang ada
Kekeluan menghias campak-campak wajah
Kini membuat kalbuku menunduk resah
Kukidung sebaris kata sendat
Yang mendengung lirih dan tak bernada
Bermuara desakan pilu di dinding dada
Tak mampu lagi aku tuk berkata-kata
JOGJA, 2/8/2017
LIRIS BATHIN
Sungguh tak mampu lagi jiwa ini meluapkan rasa
cerita yang lalu kini meneteskan pedih
luka yang tak bisa mengatupkan bingkainya
perih seakan sembilu ini telah hujamkan sangat dalam
Lirih sebut sebait nama yang terukir
tiada pernah terganti dengan untaian aksara
walau seindah permata
tertambat, tergurat di kerat-kerat hati dan jiwa
Gemetarku setiap menoreh kenangan
kupeluk erat hempasan kesunyian
terselimuti hangat dekapan asmara
kian membakar seluruh raga pahatan sukma
Duhai..
lambaikan jemari lusuh
tuk bisa kusentuh dengan utuh
damaikan lagi geloraku yang makin gersang
tuk kembali peluk kenangan untai keindahan
Kembalilah..
dan bisikkan melodimu cinta
kan kuusap dengan hati seteguh asa
lelangkan segala derai peneguh bilah jiwa
Kini aku tersunyi
labirinkan cercah manik di raga
estafet antara senyum dan gerai duka
~ Puji Astuti ~
jogja, 20082017
BISU
Tertatihku di jalanan berliku
tanpa suara hanya kebisuan yang kelu
tatapanku nanar di fatamorgana senja
makin gelap mengelilingi pijar cakrawalanya
Di sini ku torehkan berbagai isak tangis
kesunyian mencekam di tapal batas asa
muaranya pun tak bisa terasakan
hanya percikan harapan masih tertawan
Inilah jejak langkahku
seakan makin mendekati lembah sepi
bertahtakan kegetiran hati
terayunkan, terhempaskan di padas keras
Kucuran darah kepedihan makin deras
membasahi altar kekeluan rasa
sendiri dan menepi
tanpa kehadiran semilir angin senja lagi
~ sepiku ~
Puji
(19/08/2017)
BERKABUNG
Di antara riuhnya lalu-lalang jiwa-jiwa yang bercengkerama di sudut ruang kehidupan
tak kudengar denting hening sekejap pun
Semua hingar-bingar mengiringi lanjutan waktu malam yang mulai lingsir
Di pojok ruang sempit, terduduk satu jiwa yang muram raut wajah dan sempit menghimpit hati,
remang lilin hampir habis menambah suasana remang pekat
seorang diri, tersingkir dari jamahan tangan-tangan relawan yang diharapkan
Pucat pasi, untuk yang kesekian kali tiada sesuap nasi dan tetesan air kehidupan melintas di leher kurus jenjang tertutup gerai kumal rambut panjang
Tersingkir, terlalaikan dan terbuang...
Malam berganti tiada hitungan lagi, berlalu dan berlalu
harapan pupus tatkala semuanya telah terjadi
Jauh dari mimpi, tertimbun penyesalan jiwa dan hati
Menunggu dan menunggu uluran jemari yang mengusap segala nestapa ini
Terbaring lemah, tiada kekuatan raga
tersungkur derita yang makin mendera
isak tangis pun telah melirih tanpa suara
Tinggal napas menyelimuti raga nan keronta
Satu-satu berat menyangga nyawa
Terhenti, pasi dan akhirnya mati
Tanpa tabur bunga mewangikan pusara
~ puji ~
Jogja, 13082017
KISAH SUNYI
Perjalanan ini terasa sepi namun langkah tetap searah, tiada gaduh yang tercipta karena langkahku ringan tak bersuara
biarpun ingin aku gamit kebersamaan namun gapaiku bagai menggenggam hembusan angin
Hadirmu tak ternilai dalam hening kesendirianku, menggadai cinta yang terindah dalam secarik mimpi di tidur malamku
Kini sunyi membalut di langkah ringan kakiku yang tanpa alas pelindung tajamnya batu-batu
Aku berlalu menyangga setiap napas yang makin tersengal tak beraturan
Singgahlah sebentar tuk mengatur nadi suara lirih memintaku, tidak...!
Luka ini sudah menjalar bagai kangker di sekujur tubuhku
akan kujelajahi pelataran bumi tuk menepikan segenap beban di jiwaku yang sudah serupa selembar kanvas lusuh dan usang tak punya arti lagi
~ puji ~
Jogja, 13082017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar