MENIKAH DENGAN LUKA
Karya Bersama: Yan's Petaninegeri --- Samodera Berbisik
Kesedihan selalu hinggap sebelum hujan turun, saat kutatap langit. Udara berayun masa lalu, menetap dalam pikun otaku. Meluluhlantahkan rasa yang telah terbangun, dalam arsir-arsir garis nyaris jelas.
Lalu ... setubuhi waktu, meletakan harap dan hasrat. Tanpa mengusung kelam lampau. Pecahkan bisul dendam, agar nyanyian kian merdu. Meski irama mengalun sumbang. Tetaplah bersenandung dengan kidung suara jiwa.
Menikahlah dengan luka, biar resap semua duka. Mendekaplah nestapa, biar hangat jingga. Tangan-tangan kebajikan kemudian membelai.
Lalu ...
Belajarlah !
Merenunglah !
Bacalah !
Kita ujian yang penuhi amplop-amplop masa lalu
Telah kuterima pinangan luka. Dan bayi-bayi derita pun telah tumbuh menjadi perawan serta perjaka nestapa. Namun mereka sekuat baja. Tak gentar di cambuk gelombang
Lihatlah mereka menjadi jawara. Mencintai negeri setulus jiwa
Purworejo ---- Tangerang, 01Januari 2020
#AksaraSuperSakitJiwa
DI UJUNG KEPASRAHAN
Karya: Samodera Berbisik
Kuciptakan gelombang luka di samudera hatimu
Terpasang jaring badai, menjerat amarah
Derasnya kata panas menghujam jantung
Untuk membuatmu menepi, dan berlari ke pulau terpencil
Meninggalkan aku yang karam, oleh prahara rancangan jiwa
Namun mengapa engkau begitu tenang, mendayung biduk asmara
Menebar jala, menangkap ikan-ikan pesona cinta
Tanpa peduli amukku yang tajam mendera
Ooohhh ... betapa bodohnya aku, mendusta rasa
Hanya karena setitik cemburu yang mengecup keringatmu
Seharusnya aku duduk manis, menyambut sebelah dayung yang kau ulurkan
Berdua kita arungi, biru terhampar di depan mata
Biarkan saja, matahari ataupun camar-camar menyapa kehadiran
Namun palungmu adalah ruang rinduku
Tempat memadu napas dan rasa, agar denyut nadi terus berdetak
Hingga di ujung kepasrahan menjawab semua tanya
Tangerang, 31 Desember 2019
#AksaraBaperSakitJiwa
#Cermis
TIGA YANG EMPAT
Karya: Samodera Berbisik
Tiga mahasiswi dari sebuah Univertsitas di kota Banten, sedang mengadakan kegiatan magang kerja di sebuah lembaga pendidikan untuk anak-anak putus sekolah, sebagai bahan membuat skripsi. Waktu itu selepas azan, setelah menjalankan sholat magrib di mushola terdekat, seperti biasa mereka memesan grab car untuk pulang.
Tak perlu lama menunggu, grab yang mereka pesan telah datang. Ternyata itu adalah mobil dan sopir yang sama dengan yang mereka pesan beberapa waktu yang lalu.
Perjalanan tak memakan waktu lama, hanya beberapa puluh menit mereka sampai ditempat yang di tuju.
"Pak saya turun di depan ya, jawab salah seorang dari ketiganya, sebut saja Widya.
"Iya neng, bapak masih ingat ko." Jawab bapak sopir sambil menepikan mobilnya.
"Daaah Witha, Rahma, terima kasih pak." Kata Widya sambil menutup pintu mobil.
"Daahh Widya." jawab Witha dan Rahma kompak. Sementara bapak sopir hanya tersenyum, dan kembali menjalankan mobilnya.
Selang beberapa menit mereka telah sampai di tempat tujuan. Witha dan Rahma turun dari mobil di depan sebuah gudang yang sekaligus di jadikan tempat produksi oleh sebuah perusahaan.
Mereka turun dan membayar ongkos. Tetapi bapak sopir tiba-tiba berbicara,
"Cuma bertiga saja neng, teman yang satunya ga berangkat." Tanyanya dengan sedikit keheranan.
"Dari dulu kami cuma bertiga pak." Jawab Witha dan Rahma tak kalah heran.
"Bapak ingat neng beberapa hari lalu kalian berempat, setelah neng yang satu tadi turun kalian bertiga turun di sini." Jawab bapak sopir penuh keyakinan.
"Benarkah pak, tapi kami cuma berdua setelah teman yang tadi turun." Jawab Witha dan Rahma dengan kompak penuh keheranan.
"Tapi bapak melihat berempat, neng" lanjut pak sopir meyakinkan ucapannya.
"Maaf pak, tapi kami selalu bertiga" jawab Witha dan Rahma perlahan.
"Oooh, yaudah mungkin bapak salah lihat." jawab bapak sopir itu sambil kembali menjalankan mobilnya, namun masih nampak keheranan di wajahnya.
Witha dan Rahma masih membahas pembicaraan dengan pak sopir tadi.
"Rahma, sepertinya pak sopir tadi benar." Berkata Witha kepada Rahma
"Iya aku juga percaya." Jawab Rahma.
"Permasalahannya yang ketiga itu, ikut siapa, aku atau kamu?" Lanjut Witha.
Rahma terdiam, kemudiaan "Badanku selalu berat dan dingin setelah pulang dari mengajar, kemudian mama mengoleskan bawang putih pada sebelah tanganku yang terasa berat." Jawab Rahma.
"Jadi mengikuti kamu Rahma, bukan aku karena aku tak merasakan apapun." Kata Witha
Rahma terdiam sejenak dengan mimik yang lucu bercampur bingung, kemudian dia berkata, "Mungkin juga ya?."
Mereka kemudian pulang kerumah masing-masing.
Dan pembicaraan di lanjutan di medsos. Lewat chating bersama pula dengan Widya dan juga anggota kelompoknya yang lain yang kebetulan pulang dengan lain arah.
Mereka sibuk bercanda di medsos. Membicarakan tiga yang menjadi empat.
Tangerang, 30 Desember 2019
#Beberapabulanlalu
#InspirasiDariPutriSulungku
MEMBISU BAGAI PATUNG BATU
Karya: Samodera Berbisik
Tak penting lagi bagiku, memburu biru rindumu. Yang kini telah berubah menjadi abu-abu. Percuma saja, kutanam ketulusan rasa, jika ambigu memupuk bunga asmara.
Sudahlah, biarkan putik-putik tak terpetik. Daun-daun pun berguguran, lalu luruh diterpa hujan. Usah kau punguti lagi, untuk di rangkai pada taman hati. Lepaskan, lihatlah cacing-cacing tanah siap melahap untuk dimuntahkan kembali tanpa permisi. Namun petani masih bisa memanfaatkan, untuk menyuburkan hijau harapan anak cucu nanti.
Aku hanya tinggal menunggu waktu, engkau memusarakan hati ini. Pada lubang paling dalam, kemudian melupakan seperti membuang kotoran. Lalu, pergi tanpa menoleh lagi. Tak sedikitpun berarti untukmu. Bila di banding telaga kenangan yang terus menggenang indah di hatimu.
"Enyahlah, aku masih bisa tersenyum, bagai matahari yang ikhlas menerangi bumi meski kabut menghalangi." Ucapku lirih. Dan, engkau tetap membisu seperti patung batu.
Tangerang, 29 Desember 2019
TIADA LELAH BERSIMBAH
Karya: Samodera Berbisik
Tak perlu bersembunyi di balik senyum manis pandangan
Biarkan semua berpendar, mencari titian
Gulana merejam lara, tanpa erangan
Mengekang rasa dalam karsa berkesinambungan
Sesungguhnya dusta pengkhianat lara
Menyelimuti gejolak dalam terbahak tak bermakna
Menepilah tanpa digiring tatanan alur cerita
Sambut dengan tepuk tangan, tanpa segenggam tanya
Mentari tetap berseri mengiringi hari
Meski cuaca tak lagi bersimpati
Resah kemarau, tangis gerimis silih berganti
Bahkan hujan terkadang membanjiri
Tiada lelah meski telah bersimbah
Hadir dari genangan sejarah
Goresan-goresan menikam rangkaian serapah
Dan .... derita kian mewabah
Tangerang, 29 Desember 2019
#TarianJemariMenyapaRima
#BersimpahAirMataLangit
SERUPA BAYANG
Karya: Samodera Berbisik
Menghilang dari pandang
Melintas serupa bayang
Menyisakan kenang
Tak mampu terbuang
Mengapa pergi tanpa jejak
Saat hadirmu kusimak
Bahkan menyusup dalam benak
Tiada mampu tertolak
Nyata membelai jiwa
Runtuhkan karang membusung di dada
Melumpuhkan garang rerasa
Namun kini, entah mengapa
Tak ada lalu lalang
Kabar angin senyapi ruang
Meyisakan gigil meradang
Saat kehangatan seharusnya .... datang
Tangerang, 27 Desember 2019
#MenyapaRima
TERSELIP RINDU DI CELAH DOA
Karya: Samodera Berbisik
Masih tersisa gerimis doa semalam
Membasahi dinding hati
Menyusup hangat pada celah bilik sunyi
Memberi semangat melanjutkan langkah
Kebersamaan menyatu ketulusan asa
Mencungkil perlahan mata nestapa
Entahlah .... manis aksara seindahkah rasamu
Atau gurauan kesepian melanda kata
Aku tak peduli pesona, gurauan, atau setulus ucapan
Doa kebajikan kupanjatkan
Untukmu, kebahagian menyambut senyum relung jiwa
Satu terucap, ada rindu mengganggu
Mengusik beku menggigil
Namun kutahu pasti, rindu itu tak bertuan
Berharap erat tanpa tujuan
Menggenggam darah tak mengalir
Berdenyut satu napas, sejiwa aksara
Tangerang, 25 Desember 2019
#PenyairSableng
#AksaraSakitJiwa
SENYUMKU KARENAMU
Karya: Samodera Berbisik
Seulas senyum terbentuk oleh sepasang ranum bibir
Selalu basah dengan lantunan zikir
Seiring tarian biji biji tasbih, melewati malam akhir.
Berlalu purnama memacu waktu
Nampak bahagia kian semu dalam ambigu
Namun hadirmu, merubah nuansa kalbu
Dan ... senyumku karenamu, mendekap hangat sejujur laku
Pujanggaku, ukirkan selalu senyum manis dalam jiwa
Biarkan kunikmati menyambut senja
Sebelum malam kembali menyapa
Dengan segala gelap nan gulita
Tangerang, 24 Desember 2019
KURA KURA DALAM PERAHU
Karya: Samodera Berbisik
Berlaku dungu, linglung, bingung seolah tak mengerti
Mengelak isyarat, terucap di balik canda tak bermakna
Tersembunyi rangkaian harap dan doa
Bersambutnya gayung asmara
Tersenyum bias menjawab tanya
Menganggap rasa berbual gombal, lalu terpental
Menggelinding lenyap dalam jurang isapan aksara
Sungguh, aku memahami setiap terucap cuap cuap kata memikat
Namun, kura-kura itu bersembunyi pada perahu
Bukan takut, tak juga bersambut
Karena anggukannya
adalah sebuah kebersamaan rasa
Rasa setulus jabat erat persahabatan
Tanpa serangkaian rindu bertaut kalbu
Biarlah kura-kura dalam perahu
Engkaupun bersembunyi di balik awan, berkerudung ambigu
Jalani saja, karena alur cerita bukan kita sutradara
Melainkan Sang Pemilik jagat raya seisinya
Esok atau lusa, takdir akan menjawab
Dan, menempatkan kura-kura pada rumah tanpa kaca
Tangerang, 23 Desember 2019
#PenyairSableng
#UntukYangGendheng
AKSARA DAN DOA
Karya: Samodera Berbisik
Tak perlu rindu mengharu biru
Meluahkan rasa dalam temu
Tiada raga bermanja dekap nyata
Bersama melarutkan asmara, tanpa suara
Usah bertanya, jawabnya genggaman jiwa
Aksara biarlah menyibak makna tanpa seka
Rasakanlah, dengarkan gemuruh rindu
Menggaung memenuhi ruang kalbu
Diam, menikmati sensasi sentuhan kasih
Bersambut lantunan irama relung rasa
Kumiliki engkau, duhai pujangga
Dalam .... untaian aksara dan doa
Tangerang, 21 Desember 2019
TENGGELAM RINDU
Karya: Samodera Berbisik
Air mata langit tiada lagi tertampung dalam telaga rindu. Ia menggenang, meluah ruah menerjang tenang. Debu debu luka terbawa arus, menyusupi ruang-ruang keangkuhan.
Aku selalu ingin merenangi setia, pada biduk rasa kita. Meski kedua tangan telah mendekap gigil, yang kian menusuk kalbu.
Engkau membendung rindu, seumpama tanggul beku. Meski kutahu rindumu sehangat kala itu.
Duhaiku, aku tenggelam dalam telaga rindumu, yang mulai mengeruh bercampur air mata langit. Apakah hangatmu membiar gigil ini. Sehingga waktu akan bergulir dalam gradasi hitam dan putih ?
Kuterima tanpa tanya. Bila itu membuatmu bahagia.
Aku rela dengan sejujurnya rasa.
Tangerang, 02 Januari 2019
#TarianJemari
---------------------
Mengucur deras
Air mata negeri
Hujan menggenang
Panas berlalu
Hujan tiada jeda
Banjir melanda
Musim berganti
Sebagian wilayah
Terendam jua
#HaikuBerantai
Tgr, 02012020
#EMiMa
Kujamu rindu di peraduan rasa. Utuh mendekap gemuruh jiwa. Menyentuh lembut, penuh makna.
Samodera Berbisik
Tgr, 04022020
MERINDUMU
Karya: Samodera Berbisik
Tak perlu lagi menunggu waktu, menyekat jarak pun tak penting. Karena rindu kita sudah genting, terpontang-panting dihembus sang bayu. Dengarkanlah, jantung ini berdegup seperti kereta melaju. Siapa dapat menghentikan ?
Duhai rinduku, kita tak hanya menikmati senja merona jingga. Tapi berjamaah menjalankan 3 rekaat, tentu saja kamulah imamnya. Dan saat malam hening, berdua nikmati kidung tanpa suara, hanya desah memburu, mencumbu rindu. Lalu terkapar dalam senyum kemenangan.
Saat azan subuh berkumandang, bangkitlah kita dari nafas lelah. Menyelam dalam telaga bening, hingga tak tersisa bagian kering. Basah sekujur tubuh, dan gigilpun menyelimuti. Namun 2 rekaat tak lagi bisa menanti, harus dijalani sebelum menyeduh kopi.
Tangerang, 03 Januari 2020
#prosaSakitJiwaAkut
#Tantangan
#LarasHati
#BeningPermataRinjani
SUDAHLAH
Karya: Samodera Berbisik
Sudahlah, usah tanya lagi
Tentang selendang lara
Yang kusandang di belahan getir
Tak akan ada yang bisa membuat tersingkir
Telapak tangan menyatu, kepalaku menunduk
Untuk senyum dan jabat eratmu
Cukup, hanya sampai di situ
Usah lagi membuka pintu, untuk menyentuh kalbu
Ia telah membeku, kaku pada satu biru
Bila masih ingin terus melangkah
Menepis segala gundah meresah
Berdirilah di sisi, tanpa harus memeluk hati
Masih ada pintu lembut, berdiri kokoh menyekat
Senyumku sebatas menyatu jemari
Meliukan aksara hati
Terhenti dalam buaian inspirasi
Sudahlah, jangan tanya lagi
Tangerang, 13 Januari 2020
RINDANG TAK BERBUAH
Karya: Samodera Berbisik
Tersemai benih cinta dalam pelataran rindu
Tumbuh tunas berdaun rimbun
Air ketulusan menyiraminya
Dan, mekarlah bunga-bunga
Aroma semerbak mewangi
Mengharumi taman hati
Kupu-kupu datang menghisap madu
Menambah indah nan syahdu
Waktu berlalu tanpa ditunggu
Pohon asmara tumbuh subur, meneduhkan
Namun ... tiada buah meruah
Untuk terpetik di musim panen
Tangerang, 12 Januari 2020
DIAM
Karya: Samodera Berbisik
Tenang sudah biru samuderaku, nampak indah meneduhkan jiwa. Setelah gelombang mengguncang pada palung rasa. Terumbu karang itu telah luluh, terbelit rerumputan laut. Lumut-lumut pun menutupi dadanya yang membusung.
Kini, wajah biru ingin selalu dipertahankan dalam ketenangan, agar arah angin tak membuatnya kembali beriak. Dan ... perahu-perahu tenang berlayar, untuk menangkap ikan, sumber kehidupan.
Diam, biarkan biruku mendiami perenungan. Memacu imajinasi, melanjutkan pelayaran. Tenang berpijak pada bijak, untuk melerai para pembajak. Tanpa harus kembali bergolak. Landai menghanyutkan sisa-sisa bangkai, yang berdamai memenuhi pantai.
Diam .... ! Simpan selaksa gelombang.
Tangerang, 10 Januari 2020
#EMiMa
Senja telah meninggalkan jingga, menyapa petang bertandang. Kutitipkan sebait aksara rindu pada malam. Biarkan bintang mendampingi rembulan, menyinari gelapmu. Aku selalu setia menunggu, nyanyian rindu. Darimu pemilik rasa kalbu, hingga ujung waktu.
Samodera Berbisik
Tgr, 09 Januari 2020
TANPA BA BI BU
Karya : Samodera Berbisik
Kemarilah sayang, aku sudah menunggu
Jangan malu-malu
Mendekatlah tanpa ragu-ragu
Kita bertukar rindu
Abaikan cemburu dungu
Lupakan aroma ambigu
Bakarlah api rindu
Berpeluk rasa, asmara merayu
Aksaraku di ujung bisu
Berharap sambutmu datang menyeru
Melupakan tikai yang mengundang seteru
Aku, kamu, memperbaiki waktu
Sayang, aku mencintaimu
Tanpa ba bi bu
Tiada ta ti tu
Cukup satu, kamu
Tangerang, 09 Januari 2020
SUNGAI PEGUNUNGAN
Karya: Samodera Berbisik
Telah sekian purnama terlalui, perjalanan aksara rasa. Mengalir seirama percik air sungai kecil pegunungan.Terkadang menghempas bebatuan. Tak jarang meliuk dalam tikungan terjal.
Namun, ia tetap setia mengalirkan jernihnya. Hingga ke muara asmara. Tanpa keruh, meski hujan mencampurkan bulirnya. Dan ... angin mewarnai dengan helai helai kering dedaunan.
Memeluk hatimu adalah jernihnya bahagia. Meski kutahu ruang dan waktu menyekat temu. Namun muara rasa kita, biarlah memadukan kalimat makna. Rasaku, rasamu bagai aliran sungai pegunungan.
Tangerang, 06 Januari 2020
ASA SENJA
Karya: Samodera Berbisik
Senja telah merona jingga
Menggantikan awan hitam yang selalu memayungi hari
Di ambang petang, pelangi mewarnai
Namun, kumandang azan menyadarkan diri, untuk segera bersujud
Ketika malam menyapa rembulan, bintang pun berkerlip
Semakin syahdu menyentuh kalbu
Menerbangkan angan, meraih paling terang
Memetik dan meyematkan pada palung jiwa
Fajar membangunkan harap
Melempar mimpi dalam pasti
Tersadar diri, embun telah menyentuh ujung jemari
Matahari mengantarkan realita, ruang dan waktu menyekat rasa
Tangerang, 05 Januari 2019
TAHUKAH KAMU
Karya: Samodera Berbisik
Malam semakin kusut
Larut dalam carut marut
Rinduku semrawut
Serasa begitu kecut
Tahukah kamu, yang menikam jantung
Dengan desah-desah linglung
Hingga aku tersandung
Pada asmara menggantung
Di langit aku berharap
Bertemu dirimu pada bintang mengerjap
Namun ternyata mendung menjemput hujan dengan sigap
Menyisakan rindu, kian tiarap
Terkapar, lunglai, lumpuh tak berhasrat
Memelukmu, mimpi terhangat
Patah sudah semangat
Bila senyummu, tak lagi memikat
Hilang ditelan waktu, kian bisu
Tergugu dalam nyanyian kelu
Sayang .... tahukah kamu
Aku pilu, tanpamu
Tangerang, 18 Januari 2020
#AksaraBaper
#SakitJiwa
#MerinduBayang
BERLALU TANPA PILU
Karya: Samodera Berbisik
Melangkahlah, mendekat pada palung ini
Selami samudera biru
Landai, biru tak beriak
Simak getaran pada karang dadanya
Apakah terdengar kidungnya
Hampa bukan, tanpa titian nada
Lalu ... untuk apa mengharap melodi indah
Buang waktu, tanpa arah
Sekarang, pergilah
Bawa bidukmu ke seberang pulau
Sebelum gelombang dahsyat menghantam tanpa sangka
Dan ... pecah sisakan puing-puing kecewa
Kusatukan telapak tangan di dada seiring senyum
Seiring ucap, berlalulah tanpa pilu
Usah dekati samuderaku yang tenang
Menenggelamkan ...
Tangerang, 17 Januari 2020
RINDU SERUPA IMAJINASI
Karya: Samodera Berbisik
Perempuan itu duduk termenung memandang langit. Senja begitu indah dengan rona jingga. Pikirannya menerawang jauh, teringat kisah kebersamaannya dengan kekasih hati beberapa waktu lalu, meski dalam langit yang berbeda. Kini tak lagi mampu memeluk rindu yang selalu bergema di palung rasa.
"Maafkan aku sayang, aku tak lagi mempunyai waktu, mencumbui rindu kita, dia menyelimutkan kabut pada dinding asmara." Kata laki-laki yang amat dicintainya.
"Aku sangat memahamimu kasih, kita akan selalu berbentang jarak, namun satu kupinta jangan berubah tentang rasa hati." Jawab perempuan itu sendu.
Tak ada jawaban lagi dari sang kekasih hati. Saling diam, hingga esok hari.
"Mungkin istrimu, sedang memperhatikan chattan kita kasih, sehingga membuatmu terdiam." Kata perempuan itu seolah mengguman.
Azan subuh baru saja berlalu. Tiba-tiba hand phone perempuan itu berbunyi. Dia melihat notif yang baru masuk. Ternyata dari sang pujaan hati.
"Selamat pagi sayang." Kata kekasihnya dalam chatingan.
"Selamat pagi jua kasih." Jawab perempuan itu dengan wajah semringah.
"Mmmuuuaaahh." Lanjut kekasihnya.
"Mmmuuuaaahh." Dia pun membalasnya.
Kemudian ... sepi. Tak ada lagi terdengar hand phone berbunyi.
"Hmmmm, aku tahu kasih." Kata hatinya sambil tersenyum yang entah apa maknanya.
Kecupan kecupan tak kasat mata itu begitu indah. Memberi warna hati yang selama ini hanya hitam terhampar dalam perjalanan. Cinta dunia maya membuatnya selalu bergairah. Ia seperti menemukan rindu yang selama ini dicari, meski hanya serupa imajinasi.
Tangerang, 16 Januari 2020
#AksaraSakitJiwa
#Tantangan
#DewiKapitasari
#SemogaBerkenan
#EMiMa
Apa dan bagaimanapun adamu, tetaplah menjadi puisiku. Mengisi kidung hati, mengiringi tarian jemari. Selamanya, tak perlu bertanya, "Mengapa?".
Samodera Berbisik
Tangerang, 16 Januari 2020
MENYAYAT RINDU
Karya: Samodera Berbisik
Kugoreskan sembilu di ujung rindu
Agar aku tak mampu lagi mengingatmu
Kutikamkan belati di palung kalbu
Semoga tersisa lagu pilu
Tentang alur kisah, yang semakin terasah
Kian tajam memangkas asmara
Sementara rasa tak mendusta
Jiwaku, telah luluh tersimpuh
Terdekap kecupan mesramu
Kidungku terdengar pilu
Suara hanya bergema dalam rongga jiwa
Tanganku tak sampai menyentuh ujung jemarimu
Dan ... aku hanya mampu menyayat rindu
Tangerang, 15 Januari 2020
ASMARA TANPA AKSARA
Karya: Samodera Berbisik
Mengalir tanpa jeda
Berdesir hati tak terkira
Berdegub detak jantung tak menentu
Kala rasaku, rasamu, bertemu
Sayang ... aku ingin selalu memanggilmu
Meski hanya bergema di sudut rindu
Mengapa engkaupun malu manyapa
Kutahu, asmaramu lebih menggelora
Selamat pagi ... terucap isyarat di balik selimut rasa
Menggetarkan denyut jantung, kalut berirama
Iya ... hanya itu mampu menjawab sapa
Menutupi suara asmara berkerudung gugup kekata
Asmara kita terjalin tanpa aksara
Bersentuh rupa pun tiada
Bernyanyi riang bersahutan dalam sukma
Aku, kamu, sakit jiwa
Tangerang, 14 Januari 2020
#AksaraSakitJiwa
PUISI
Karya: Samodera Berbisik
Aksara sederhana tersusun rapi
Mengikuti irama hati
Melenggang lewat tarian jemari
Sebait dari barisan larik-larik sepi
Imajinasi menyambut inspirasi
Terbubuhi sedikit kreasi
Dari sajak yang telah membasi
Terendam oleh keegoisan diri
Ini sebuah karya seni
Itu yang selalu menjadi asumsi
Tak jarang terluah seribu alibi
Menutupi nestapa hati
Oooohhhh ... terjatuh aku pada diksi
Suatu waktu tanpa tersadari
Apa mau dikata lagi
Biarlah seperti ini
Berlari
Melebar arti
Tanpa variasi
Tetap kusebut puisi
Tangerang, 20 Januari 2020
#AksaraSuka-suka
#AksaraSakitJiwa
PEREMPUAN SUNYI
Karya: Samodera Berbisik
Purnama telah usai, gemintang pun meredup. Hening, napas-napas pulas. Seulas senyum tersimpan di bibir malam. Entah kemenangan diri, atau kebahagiaan hati menemani sepanjang hari tadi.
Seorang perempuan renta berjalan tertatih-tatih. Menuju kamar kecil di bagian belakang gubug reotnya. Sebentuk tempayan dari tanah liat mengucurkan air bening, untuk bersuci sebelum ia mengahadap kiblat, bersujud kepada Sang Maha Pencipta.
Perempuan itu menyenandungkan doa, air matanya pecah, berhamburan menggenangi kedua pipi keriput. "Ya Allah, yang maha pengasih dan penyayang, berikanlah selalu kebahagiaan untuk anak cucuku. Aku ikhlas dan telah memaafkan mereka semua, meski teramat jarang mengunjungiku." Bisiknya lirih.
Doanya terhenti saat azan subuh berkumandang. Kemudian ia melanjutkan sholat fardhu 2 rakaat. Ia kembali menengadahkan kedua tangan, "Ya Robb, aku terlahir sendiri, dan apabila harus pergi tanpa ada yang menunggui, kusambut dengan senyuman takdir dari-Mu."
Dan ... fajar kala itu benar-benar sunyi, seiring hembusan napas terakhir.
Tangerang, 18 Januari 2020
#semoga kita sempat berbakti kepada kedua orang tua.
#RenunganDiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar