SOROT MATAMU
Karya : Airi Cha
Sepasang sorot mata itu menyimpan banyak kisah lalu. Kisah di mana belum ada hadirku mewarnai nuansanya. Aku bukan cenayang yang bisa melihat masa lalu, atau dengan menyentuhmu akan ada kilasan-kilasan yang melintas dalam penerawangan.
Namun aku juga tak tahu, entah mengapa matamu yang tak indah dengan sepasang alis tegas selalu meminta tuk kubaca dengan kaca mata hati yang termiliki. Sebisa mungkin kuhindari, sebab kabut yang membayang di sepasang itu selalu mengundang sendu hati. Akan tetapi setiap saat kuabaikan, acap kali pula dengan sendirinya kisah itu mengalir bak kaca yang pecah di sudut netra.
Lalu akan ada yang menusuk di serongga dada dengan cerita yang berbeda. Cinta, kesetiaan, pengkhianatan, luka, perjuangan akan hidup, kekecewaan serta keihklasan yang melengkapi nuansa. Bagaimana bisa sepasang matamu bercerita banyak padaku. Aku merasa bukan siapa-siapa dibanding mereka yang telah terlebih dahulu memenuhi halaman hatimu. Bahkan aku hanya satu nama yang mungkin tak akan pernah tertulis dan menjadi puisi pada lembaran hatimu.
Entah lah, mengapa sepasang itu begitu inginnya aku membaca keseluruhan dari kesemuanya. Sebenarnya aku tak ingin, sebab aku tahu pasti mahkluk yang bernama perempuan sepertiku selalu saja hanyut dan larut dalam kesedihan serta kecemburuan. Sepandai apa pun aku menyembunyikan air mata, pada kenyataan aku tetap lemah dan kalah pada nafsu yang melingkup dada.
Ada dia yang kau puja di sana sebagai seseorang yang pernah mengisi lembar hidup. Ada juga seseorang yang kau nanti dalam setia. Bahkan hadirnya mampu memalingkan wajah dan hatimu dari apa dan siapa. Ada luka yang begitu mengendap sempurna bersama lara. Tangis dan sesal juga bahagian dari cerita yang tertinggal di sana, dan aku mungkin hanya sebagai tim sorak yang berada di pinggir lapangan.
Mungkin awalnya aku tak terbiasa dengan sepasang netramu yang bercerita, tetapi pada akhirnya aku mulai menikmatinya. Bahkan menjadi candu di mana setelahnya akan ada kenyamanan yang kurasakan setelah aku membacanya. Walau pun terkadang aku harus kehilangan saat-saat itu, sebab kau berpaling dan memunggungiku.
Terkadang aku juga menangkap dusta pada sorot yang bercerita. Meski tahu kebenarannya, tetapi aku memilih diam walau ada nyeri yang menusuk ruang hati. Setidaknya aku masih dianggap ada walau hadirku bukanlah yang mampu menciptakan tawa bahagia.
Sepasang netra milikmu kini jarang berkisah. Kutemukan ketidaknyamanan pada sorotnya, selalu ada gelisah menggenapi, dan ternyata dusta bukanlah keahliannya. Meski aku bukan cenayang, tetapi sorot tajam milikmu selalu mengajakku tuk menyelami segala kisah lalu yang tertoreh saat di mana aku belum hadir dan nyata sebagai seseorang yang mungkin hanya singgah sebagai penikmat semata. Namun aku menemukan cinta. Cinta sesungguhnya dari ketidakberdayaan tuk menolak anugerah dari Nya.
Pengojek Hati
1446.080820
Medan, Sumatera Utara
DIANTARA
Karya : Airi Cha
Gerimis mengiringi langkah gontai. Di antara halilintar bersahutan, kau hilang bersama remang malam dalam kebisuan.
Tertinggal hanya aku dan sebongkah sesal dalam kalbu. Lukaku bagai teriris sembilu, terasa perih menikam sanubari.
Sendiri kini mengapai mimpi tak pasti. Di antara luka belum terobati. Dan kau hilang bersama malam.
Dunia sepi, 140615.
Medan, Sumatera Utara
SIAPALAH AKU
Karya : Airi Cha
Saat perih itu memaksa hatiku
Tuk menjauh dari riuh redanya kehidupan
Langkah kaki membawaku ketepian pantai
Melepas segala gundah
Menepis segala resah
Tuk berdamai bersama alam
Dan pada akhirnya aku
Menatap malu pada diri
Menatap malu pada Illahi
Begitu aku bukan siapa siapa
Pada samudra yang terbentang
Aku hanya terlihat setitik
Ya setitik
Begitu hidup terasa indah
Bila tersemai ihklas di dalam dada
Karya : Airi Cha
Medan, Sumatera Utara
HUKUMLAH AKU
Karya : Airi Cha
Lihatlah pendosa ini Tuhan
Jangan biarkan tersuruk
Dalam semunnya dunia
Pada gemerlap menyilaukan
Lihatlah pendosa ini Tuhan
Hukumlah dengan segala cinta Mu
Hingga pendosa ini tersadar
Dari Khilaf yang menghampiri
Bilik Ku, 140415.
Medan, Sumatera Utara
KASIH
Karya : Airi Cha
Kasih...
Aku lupa bagaimana caranya bercinta
Bagaimana caranya bercumbu
Dan bagaimana merindu
Oh tidak kasih...
Maaf aku bohong
Lebih tepatnya aku tak tau
Mungkin juga tak mau tau
Tradisi mengajariku
Agama mengikatku
Orang tua mendidikku
Kasih...
Maaf...
Aku terjalin tradisi
Terikat syareat
Tersimpul ajar orang tua
Kasih...
Maaf...
Kita Ta'aruf aja
Medan, Sumatera Utara
SKETSA RINDU DI BAWAH MALAM
Karya : Airi Cha
Akhirnya kupapah rindu ini
Bersama malam
Setia mendendang kesunyian
Iramanya sama
Mengalun merdu direlung kalbu
Lintas bayangmu masih jelas
Memayungi denyut hidupku
Aku menikmati
Bahkan terlalu menikmatinya
Anggaplah aku pendosa
Pendosa yang menikmati hidup
Bercengkrama bersama sepi
Tak sempat kumenghitung
Satu persatu bintang dilangit
Tak jua melihat kejora
Yang kau tunjuk umpama diriku
Terlalu asik kubercumbu dengan sepi
Yang memberi aku gelora hidup
Sendiri ini
Tepat menikam ulu hatiku
Hingga hadirmu
Sebuah ilusi bagiku
Medan, Sumatera Utara
PADA AKHIRNYA
Karya : Airi Cha
Bagaimana mendung segera beringsut
Jika mentari enggan menyapa hangat
Pada akhirnya rinai bertandang
Menyapu hamparan padang sunyi
Ilalang merindu kehangatan
Harus terkulai tertunduk
Kala
Rangkaian hujan mengandung angin menerpa
Dan pada akhirnya
Ilalang berbelukar bermain genangan
Sisa rinai yang tak segera meresap
Diantara akar akar
Berharap pelangi sesudahnya
Sayang pelangi enggan menyapa
Mungkin
Mentari sedang senang dibalik awan
Atau mungkin
Pelangi lagi menghias warni
Dan mungkin
Padang ilalang harus menunnggu
Embun menitik
Hingga mentari akan menerpa
Bersama hangat
Mungkin
Sebelum ilalang ini mongering
Medan, Sumatera Utara
CINTA
Jangan ditanya ketika rinduku menggema di dada
Mengetuk ngetuk palung hati tanpa ada jeda. Mendera menggenapi jiwa
Semestinya cinta hadir membawa bahagia bukan air mata.
Riuh reda tangis adalah gema tak rela dari ketidak berdayaan semata
Masihkah membuta ketika semesta menyajikan cerita beserta cinta di dalamnya. Jangan tutup mata mainkan rasa. Sebab cinta bukan sebatas asmara di dada.
Pengojek Hati
0132.120820
BUKAN SEKEDAR KAIN MERAH PUTIH
Yang berkibar pada tiang-tiang di bulan Agustus menjelang hari kemerdekaan adalah kain merah putih. Dahulu tujuh puluh lima tahun yang lalu. Untuk mengibarkannya butuh semangat serta jiwa pantang menyerah. Banjir keringat, air mata dan darah. Mereka yang terbaring kini tanpa nisan, tak pernah berharap pamrih. Cinta kepada negri membawa mereka pada kerelaan hati untuk membebaskan tanah tumpah darah dari kaum penjajah. Tak ada kata takut, selain nyali yang tersulut membakar semangat juang. Pilihan mereka merdeka atau mati demi mengusir penjajah dalam negeri.
Kini setelah waktu bergulir, Sang Merah-Putih dapat dengan gagah dan sempurna berkibar pada tiang-tiang yang terpancang di setiap sudut negri. Namun cahayanya memudar seiring masa. Semangat yang pernah berkobar seakan tergerus zaman. Banyak dari generasi sekarang hanya mengenangnya sebagai bendera yang di bawa para pahlawan maju ke medan perang. Mereka tak lagi meresapi makna dari perjuangan. Tak ada nyali yang menyala sebagai semangat cinta negeri, cinta sejarah. Walau juga tak sedikit generasi yang terus berjuang di garda terdepan. Tetap mengingat bahwa Merah-Putih dahulu bermandikan darah keringat serta air mata. Mereka sadar atas pengorbanan para pahlawan. Perjuangan mereka kini untuk memajukan negeri ini. Mencintai budaya, menghargai segala perbedaan yang pernah mempersatukan anak bangsa kala mengusir penjajah. Tak perlu senjata, atau pun darah tertumpah. Yang dibutuhkan adalah semangat nasionalisme, ketulusan serta persatuan.
Jangan anggap yang berkibar pada tiang-tiang yang terpancang itu hanya sebatas bendera berwarna merah-putih. Sebab dahulu butuh ribuan bahkan jutaan darah dari anak negeri demi membuatnya berkibar di bawah naungan langit yang biru. Bagi anak negeri, bangunlah jiwamu, bangunlah badanmu untuk Indonesia Raya. Merdeka!!!
Pengojek Hati
0728.150820
DOA
Semesta mengajak bercanda dalam temaram cahaya. Api membujuk nyala tuk berkobar di dada, panasnya merambat membakar seisi relung jiwa.
Tak ada yang bisa membantu. Selain Engkau yang maha, jangan padam kan cinta di seketul darah, musnahkan percik, hingga tak ada tersisa selain kobar cinta Mu.
Dan
Pada akhirnya jua, Engkau satu satunya di atas segala. Maaf atas segenap pinta, egoisme membujuk hati mewujudkan ingin. Sementara nurani telah menjawab tentang tanya.
Tuhan
Atas nama Mu pengasih penyayang. Tak ada lagi yang terpinta, selain dari detak yang dipenuhi segenap cinta sampai batas akhir tiba.
Pengojek Hati
0120.180820
Bekasi
Selasa, 11 Agustus 2020
Kumpulan Puisi & Prosa Airi Cha - SIAPALAH AKU
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar