UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Minggu, 16 Agustus 2020

Kumpulan Puisi Isyak Ranga - ARSIRAN DEBU KISAH



ARSIRAN DEBU KISAH

Puan,
beribu jejak kenang itu masih saja terus menembangkan gita sunyi
merasuk kedalam rongga benak
lalu memasung nyali pada dinding beku

Meski riuh gemerisik kota dengan segala kepekakan dentuman irama glamournya
telah coba kusumbatkan pada rungu batin
namun lengan kekar rindu meremas gemas hinga lumat bebatuan acuh itu

Lalu kembali masuk memaksa bayang berdansa dalam alunan desah angin
memeluk bulan yang separuh telanjang
tersangkut di reranting kering mimpi

Ah puan,
jejak jejak itu seakan tak pernah letih
memetik dawai dawai bisu
di atas lembah berilalang duri
dimana jemari janji kita pernah saling terluka

Yah..
Ketika ego angkuh kita berseteru
saling membekap erang di saku senja
yang pada akhirnya hapuskan semua
siluet mimpi di degub jantung malam
yang sketsakan senyum seribu bintang

Puan,
jadilah badai
agar terhapus semua jejak
biar tak letih lagi
bahu malam
memikul luka
hingga lupa
tercipta
usaikan
cerita
yang
pernah
ada

Jkt.20*IsRa*




IKRAR SANG PECUNDANG


Kepada selaksa bening hening
telah ku parodikan selaksa gundah dalam senyum separuh telanjang
biar tak kembali teraniaya luka di bekunya

Menarikan jemari benak pada tungkai kelamnya,
dengan lantunan symponi kepak kelelawar dalam gita cumbu sang dewi malam penyaring letih

Walau tak seharmoni jejak di partitur seribu bintangnya , aku tak perduli
setidaknya sayap sayap lelasku tak terkebiri
dipucuk reranting kering bertaring perih

Kepada sang jumawa berbahu kekar rindu
yang telah memintal helai helai nyali pada pasak sepi yang tajam,
ingin kuteriakan

"Aku telah muak terpaku disudut kerling bercandu mu itu !"
hingga limbungkan langkah waktu yang hanya sepenggal senja, lalu tercerai sudah bayang dari matahari

Yah,
kepada riuh gemuruh elegi biru pun
telah ku nazarkan sebidang pusara
tanpa nisan erang merayu iba di sana
di penghujung waktu yang tersisa

Yah,
setidaknya aku bukan pecundang
di akhir pelangi kisah bernoktah merahnya
hingga dapat ku bentang separuh tawa dari saku dada yang pernah terkoyak disana.

Jkt.20*IsRa*




Bocah Langit

Seorang anak kecil
putra dari sang penadah iba
sibuk menghitung mobil mewah
dijantung sibuk ibu kota.

Dia tertawa bangga
benaknya merdeka
Seraya mengklaim angan sesuka jiwa,
dengan daki di kaki
dan kaos kumalnya,

"Semua itu punyaku..!!!
sambil memekik lantang
dengan lidah tajamnya.
Dia merobek angkuh,
langit berasap acuh
tak perduli
tatap nyinyir
tuan berdasi janji

Ahaii..
hari ini
langit berpolusi
terkebiri
di kaki hati
bocah merdeka

Tidak kah itu menampar wajah kita
yang sibuk mencari makna merdeka,
hingga memeningkan dahi malam
dengan segala kesahnya..?

Jkt.20*IsRa*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar