para si penabur budi
yang menggunduk
di tengah rimba aksara
berangin hiruk
desaunya pikuk
aku adalah burung yang tak hentinya
mematuk biji-biji pekerti
kepakan sayap-sayap berbulu anak
di angkasa apapun cuacanya
membakar kotoranku
dengan lembaran berita hari ini
aku adalah embun terasing
yang selalu ingin duduk di ujung nyiur
agar rundukku lebih runduk
mencuri hangat dan dingin
hingga jatuhku terdekap damai
dan bumi menjadi gembur
aku adalah sebilah pedang
yang menyelip di hati
selalu ingin tumpulkan mata
walau kepal meninju jantung
darah--nanah aromakan indra dendam
patahkan aku, wahai sabar!
aku juga adalah telinga surau
mendengar atap hati gedung senja
menampar dinding nadi sumur muda
bilik bambuku bercelah
sehingga senandung untaian tasbih
sejukan mereka si penapak surat
aku
hanya si benih puisi
yang di geser Tuhan
dari rahim ke rahim
pada ladang ke ladang
hinga pusaraku bergurat
; "andai aku dan puisiku telah jadi tanah, lukislah langit sastra bergambar senyuman teduh".
Oleh : Alex Tanjung
Ciputat,
10092013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar