SANG PEMILIK APEL
di manakah engkau sembunyikan apel-apel itu
wahai sang pemetik apel?
sedang sore beranjak kian ranum
senja jelita mulai menampakan pesonanya, meski malu-malu
seharusnya engkau sudah berada di sana
pada ujung cakrawala
sembari bangga memamerkan pipi tembammu
sementara tanganmu tak henti memainkan anak-anak rambutmu
dengan kemayu
sungguh
engkau nampak demikian jalang dan menggoda
dengan perona bibir merah menyala
dan sebutir apel merah
tersembul dari balik bEhA
maka,
tolaklah bila ada yang melamarmu
dan katakan
'aku yang akan memilih untuk diriku!'
===========Sang Pemetik Apel============8/2/2012
KERANGKOBAR
pernah kutitipkan sehelai rindu
kepada kabut putih yang bergayut mesra
pada setiap dahan dan ranting pohon
di Karangkobar
di sana
aku menemukan damai
di antara orang-orang yang bergegas
menantang dingin,
menuju harapan
tetes peluh mereka
membuat kota damai berselimutkan kabut ini
seperti hanya seinci di bawah awan
dengan orang-orangnya yang tulus menawan
ah,
seandainya saja kamu yang mengamit mesra tanganku saat itu
maka akan kuajak engkau menyusuri setiap inci
jalan kota ini
sembari tertawa bersama
menyambut kabut,
menikmati pelangi
lalu
akan kutawarkan kepadamu
sebuah pancang dermaga
untuk kita labuhkan bahtera itu
dan memulai segalanya di sini
tempat di mana anak-anak kita tumbuh
bersanding akrab
dengan kabut dan warna pelangi
sesungguhnya
aku tak bisa menemukan kesempurnaan
sejak bertemu dan kemudian terpisahkan darimu
bahkan untuk sebuah kota magis seperti ini
==="Karangkobar" ===
Karangkobar-Banjarnegara, 1990
GERIMIS SENJA
GERIMIS SENJA
dia seperti sebuah kenangan
menjuntai panjang
sepanjang jalan kecil ini
yang menjadi berkilat oleh kemilau bianglala
menjelang senjakala
menjelang sebuah sesi berakhir
menjelang sebuah sejarah baru ditoreh
menjelang segala kemungkinan terhampar
-di keesokan hari
(pada sebuah jalan kecil dengan gerimis, bianglala dan senja
aku melihat kenangan menjuntai
sementara dalam samar kulihat jejak masa lalu
yang kini harus kembali aku jejaki inci demi inci !
ah,
dalam gerimis senja
aku menjadi curiga
jangan-jangan;
apa yang disebut sebagai rangkaian kehidupan ini
hanyalah perulangan yang diperumit ...)
Gerimis Senja
4 Februari 2014
NEGERI INDAH DAN RUMAH PELANGI
masih ingatkah engkau wahai temanku
impian kita tentang negeri indah di balik langit biru
di dekat rumah sang pelangi, dikelilingi taman bunga dan kupu-kupu
tidakkah kamu masih merindukkannya?
untuk pergi ke sana dan menari
berhiaskan bias sinar pelangi
mendengar dongeng Sang Ratu Peri
waktu telah menggerus begitu banyak memori
tentang keindahan yang hanya kita yang mengerti
juga mimpi-mimpi nan syahdu penuh arti
lalu sebenarnya sedang ke mana kita pergi?
atau bahkan kita telah menjadi sama sekali tak mengerti lagi
untuk apa hidup ini?
lihatlah sebuah jembatan melintang tinggi
menembus tepi langit menuju rumah pelangi
pun sebuah bahana angkasa
telah bersandar di dermaga
mereka para awaknya hanya sedang menunggu kita
untuk segera melepaskan jangkar dan mengembara
melintasi laut, membelah angkasa
betapapun dewasa
kita adalah kelanjutan dari masa kecil kita
dengan segenap mimpi dan cita-cita ...
berkemaslah segera
dan tak perlu kita dengar apa kata
mereka yang tak pernah beranjak dewasa
orang-orang yang telah mati semenjak belia
kita adalah pemilik masa kecil kita
berikut semua mimpi tentang bahagia!
adakah kamu telah melupakan mimpi kita itu?
====== NEGERI INDAH DAN RUMAH PELANGI===
SEBUAH SENJA DI AKHIR JUNI - 1989
ada tangkai flamboyan yang masih menyisakan kelopak terakhirnya
ketika sepasang kakimu perlahan menapaki rumput hijau
pada sebuah sudut taman kampus kita
lalu angin sore menghempaskannya jatuh
terkulai tak berdaya di atas rumput-rumput itu
mungkinkah ini bulan Juni terakhir
untukku bisa menikmati senyum
dan tatap indah sepasang matamu?
Oleh : Leo Sastrawijaya
Purwokerto, Jawa Tengah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar