UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Senin, 03 Juni 2019

Kumpulan Puisi Ayu Ashari - SEPI PALING DEBU

HUMA DI LADANG GERSANG
Oleh Ayu Ashari


Ada damai tat kala
Hujan mengecup rumpunan daun
Merebak selaras getar yang dihantar desau bayu
Aku terperangah
ku kira aku telah kehilangan segala yang ku punya

Kemarau terlalu panjang
ladang itu mulai gersang
Apa kah aku sudah lupa
Bagaimana suara gemericik air
Ketika burung mandi di telaga
Atau desis ular yang melingkar di balik ilalang

Hem, entahlah
Lama sudah aku tak menikmati
Indahnya alam semesta
Lama sudah aku terpaku
Di huma di perladangan gersang yang selama ini kuhuni
Dimana kesunyian selalu menampakkan diri,

Hingga seorang musafir mampir
Membuka mataku betapa
Masih banyak sisi lain
Di sekitar persada ku

Oh, betapa indahnya
jika ladang-ladang tetap rimbun
Dan
Daun daun tak pernah lagi gugur

Medan, 0106019



SEPI PALING DEBU
Oleh Ayu Ashari


Sesepuh apa yang ada di jarimu
maka sayat lah bulan dengan belati
agar kabut tebal jadi jejak bintang
yang akan jatuh di tengah danau.

Anggur secawan di tepi danau
bijak mawar melepas harum
dan itu sudah cukup bagiku
sebab akan ku hapus semua medali
dan akan kutenggelamkan semua debu
debu paling debu dalam sejarah paling beku

Engkau pernah mengatakan padaku
bahwa sunyi lebih dekat dari pada puisi
tetapi sebagai hadiah dari matahari
ini kukembalikan pada mu
(sebab aku lebih akrab dengan sepi)
yang masuk ke dalam ombak
dan biarkan saja begitu
karena air danau sudah menjawabnya

setelah rindu menyentuh tubuh
bersama malam – malam di matanya

Medan, 3105019



KERINDUAN
Oleh Ayu Ashari


Bunga bermekaran
sekeranjang sepi jatuh di halaman
burung-burung dalam jerejak membatasi ruang dan gerak
Ah, adakah tempat buat sepasang kupu-kupu
untuk mengepakan sayapnya
sedang matahari hanya jadi kenangan buat daun-daun yang rimbun.

Medan,0606019



DIBALIK PERISTIWA
Oleh Ayu Ashari


Gegar menggelegar, gegap gempita di angkasa
Sorak sorai anak manusia
Menyaksikan warna warni pecah bak untaian manikam terberai
Menembus kelam malam
Mengalahkan cahaya gemintang
Asap pun turut memeriahkan

Semua mata takjub memandang
Menikmati kecantikan pesonanya
Bagai butiran hujan bercahaya turun membasahi bumi
Ada juga animasi kincir air memutar,
lampion api yang terbang
Dan entah gambaran gambaran apa lagi yang tercipta oleh kepintaran seorang hamba

Suka ria kah kita menyaksikannya
Yaa, sangat suka ria
Sebuah luapan rasa gembira yang egois
Dalam sebuah perayaan

Aneh memang kalau ada yang tak suka menikmati keindahan itu
Dan akulah salah satu keanehan itu
Sebab aku tak pernah turut menyaksikan keindahan wajah langit di kala itu

Entah berapa kali dalam hitungan waktu setahun
Langit dan bumi terluka dan menangis
Di balik kegembiraan hati anak manusia
Yang di luar sadar berperan aktif meluluh lantak kan persemayamannya

Ah, sampai kapan ini akan berlangsung
dan kita alpa oleh luapan suatu kemenangan
Menangkah kita

Entah lah.

Medan, 0506019



MERINDU NYA
Oleh Ayu Ashari


Embun menghampar menyentuh wajah bumi
Dinginnya menusuk hati
Hening dan sepi
Sayup sayup ku dengar syair syair samawi
Syahdu damai lah nurani

Subuh ini subuh terakhir
Ku peluk ramadhan tahun ini
Ah, mungkin aku masih kalah
Esok belum ku raih fitri
Sedang kabisat masih panjang kan ku lalui tuk menemui bulan nan suci ini lagi
Resah menyelimuti
"Masihkah aku di beri waktu"
Agar aku bertemu seribu bulan ini

Ya Roob
Engkau lah kekasih yang terkasih
Kasihi lah aku sebagai mana engkau mengasihi hamba hamba Mu yang sufi
Peluk aku dengan Cinta abadi Mu
Agar aku mampu memerangi ke egoan diri

Wahai KEKASIH
Beri aku kesempatan bertemu Ramadhan kembali
Sebab aku selalu merindu nya

Amiin..

Medan,0406019
SELAMAT MENYAMBUT IDUL FITRI SAHABAT
MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN
SEMOGA KITA KEMBALI PADA KEFITRIAN KITA

AYU ASHARI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar