HUMA DI LADANG GERSANG
Oleh Ayu Ashari
Ada damai tat kala
Hujan mengecup rumpunan daun
Merebak selaras getar yang dihantar desau bayu
Aku terperangah
ku kira aku telah kehilangan segala yang ku punya
Kemarau terlalu panjang
ladang itu mulai gersang
Apa kah aku sudah lupa
Bagaimana suara gemericik air
Ketika burung mandi di telaga
Atau desis ular yang melingkar di balik ilalang
Hem, entahlah
Lama sudah aku tak menikmati
Indahnya alam semesta
Lama sudah aku terpaku
Di huma di perladangan gersang yang selama ini kuhuni
Dimana kesunyian selalu menampakkan diri,
Hingga seorang musafir mampir
Membuka mataku betapa
Masih banyak sisi lain
Di sekitar persada ku
Oh, betapa indahnya
jika ladang-ladang tetap rimbun
Dan
Daun daun tak pernah lagi gugur
Medan, 0106019
SEPI PALING DEBU
Oleh Ayu Ashari
Sesepuh apa yang ada di jarimu
maka sayat lah bulan dengan belati
agar kabut tebal jadi jejak bintang
yang akan jatuh di tengah danau.
Anggur secawan di tepi danau
bijak mawar melepas harum
dan itu sudah cukup bagiku
sebab akan ku hapus semua medali
dan akan kutenggelamkan semua debu
debu paling debu dalam sejarah paling beku
Engkau pernah mengatakan padaku
bahwa sunyi lebih dekat dari pada puisi
tetapi sebagai hadiah dari matahari
ini kukembalikan pada mu
(sebab aku lebih akrab dengan sepi)
yang masuk ke dalam ombak
dan biarkan saja begitu
karena air danau sudah menjawabnya
setelah rindu menyentuh tubuh
bersama malam – malam di matanya
Medan, 3105019
KERINDUAN
Oleh Ayu Ashari
Bunga bermekaran
sekeranjang sepi jatuh di halaman
burung-burung dalam jerejak membatasi ruang dan gerak
Ah, adakah tempat buat sepasang kupu-kupu
untuk mengepakan sayapnya
sedang matahari hanya jadi kenangan buat daun-daun yang rimbun.
Medan,0606019
DIBALIK PERISTIWA
Oleh Ayu Ashari
Gegar menggelegar, gegap gempita di angkasa
Sorak sorai anak manusia
Menyaksikan warna warni pecah bak untaian manikam terberai
Menembus kelam malam
Mengalahkan cahaya gemintang
Asap pun turut memeriahkan
Semua mata takjub memandang
Menikmati kecantikan pesonanya
Bagai butiran hujan bercahaya turun membasahi bumi
Ada juga animasi kincir air memutar,
lampion api yang terbang
Dan entah gambaran gambaran apa lagi yang tercipta oleh kepintaran seorang hamba
Suka ria kah kita menyaksikannya
Yaa, sangat suka ria
Sebuah luapan rasa gembira yang egois
Dalam sebuah perayaan
Aneh memang kalau ada yang tak suka menikmati keindahan itu
Dan akulah salah satu keanehan itu
Sebab aku tak pernah turut menyaksikan keindahan wajah langit di kala itu
Entah berapa kali dalam hitungan waktu setahun
Langit dan bumi terluka dan menangis
Di balik kegembiraan hati anak manusia
Yang di luar sadar berperan aktif meluluh lantak kan persemayamannya
Ah, sampai kapan ini akan berlangsung
dan kita alpa oleh luapan suatu kemenangan
Menangkah kita
Entah lah.
Medan, 0506019
MERINDU NYA
Oleh Ayu Ashari
Embun menghampar menyentuh wajah bumi
Dinginnya menusuk hati
Hening dan sepi
Sayup sayup ku dengar syair syair samawi
Syahdu damai lah nurani
Subuh ini subuh terakhir
Ku peluk ramadhan tahun ini
Ah, mungkin aku masih kalah
Esok belum ku raih fitri
Sedang kabisat masih panjang kan ku lalui tuk menemui bulan nan suci ini lagi
Resah menyelimuti
"Masihkah aku di beri waktu"
Agar aku bertemu seribu bulan ini
Ya Roob
Engkau lah kekasih yang terkasih
Kasihi lah aku sebagai mana engkau mengasihi hamba hamba Mu yang sufi
Peluk aku dengan Cinta abadi Mu
Agar aku mampu memerangi ke egoan diri
Wahai KEKASIH
Beri aku kesempatan bertemu Ramadhan kembali
Sebab aku selalu merindu nya
Amiin..
Medan,0406019
SELAMAT MENYAMBUT IDUL FITRI SAHABAT
MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN
SEMOGA KITA KEMBALI PADA KEFITRIAN KITA
AYU ASHARI |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar