Senin, 24 Desember 2018
PERCAYALAH KEPADAKU GURU, AKU TAKKAN TERGANGGU
17 APRIL 2019, pemilihan presiden. menjelma pesta hebat satu di antara dua pilihan siapa yang paling layak bergelar Bapak Rakyat, aku cukup bersaksi mata sebab kehidupan berbangsa tetap bergerak laju ke depan, aku tetap memilih bersila dibalik kedaulatan rakyat, bersenjatakan kata-kata melawan kaum durjana benalu di bumi merdeka, K A T A N Y A !
Apabila hari ini ada persaingan dua kubu. percayalah kepadaku, guru ... AKU TAKKAN TERGANGGU sebab aku teramat tahu ... strategi politik di negeriku masih memakai rumus cepat baku tembak kata tidak sehat tapi rakyat sudah cukup kuat yang bersilat, pencari tempat biar duduk di kursi terhormat lupakan segala hujat sumpah kualat!
Dibalik derita rakyat batinku bersepakat menyuarakan politik tanpa berdiri di atas kekuatan partai ...
Pesan guru kupegang teguh jadi seniman marjinal pantang terikat partai, atau golongan manapun kecuali kekuatan Tuhan untuk memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan yang kini meluntur cahayanya!
Percayalah guru, AKU TAKKAN TERGANGGU! Jejakmu tetap ada padaku kelayakan hidup bersama wajib diperjuangkan! Aku Cinta Padamu ...
------------- Bambang Oeban Dari Bumi Desa Singasari Senin, 17 Desember 2018 10.26
TRAUMA
Lelah merebahkan diri pada pundak malam
Menyandarkan segala resah yang menggeluti jiwa
Entah sampai kapan terus begini
Menahan geram akan kenyataan
Yang mencibir diri berkepanjangan
Detik berlalu, malam kian sunyi
Semua terkenang di sudut ingatan
Tentang perlakuan yang biadab
Menanam bibit trauma berkelanjutan
Di batin yang kian ringkih
Ada sisa luka yang belum usai dijahit
Meninggalkan goresan yang perih
Menutup pintu hati
Untuk tidak percaya lagi
Akan kata kasih dan cinta
CheDap, 151218.
PEGAWAI NEGERI
Berhasil dlm tugas sudah ''TRADISI "...
Kerja Santai sudah ''PASTI "...
Loyalitas terhadap Pimpinan ''HARGA MATI "
Gagal dalam tugas di '' MUTASI ".
Pulang terlambat di marahi ''ISTRI "...
Hidup kaya di ''CURIGAI "
Kalau miskin ''Salah Sendiri "...
Mau penempatan Bagus mesti membayar dan Lobby Sana Sini "
Kalau Idealis cepat di ''GANTI''
Potongan-potongan toko, bank dan KOPERASI tiap bulan MENANTI "...
Kenaikan gaji ''Tidak Memadai''
Sementara masuk surga juga belum Pasti sedangkan Neraka dan Penjara sudah Menanti,...
Semoga Allah SWT mengampuni.........
Nasib PEGAWAI NGERI...
Oleh : Tan Ahmad
KARDUS VS KALENG
Dulu kau mentereng
Semua mengereng
Tapi sekarang oleng
Malah kau di sebut kaleng-kaleng
Kau yang dipandang sebelah mata
Tiada guna pada dahulunya
Sekarang kau terlihat perkasa
Pada kotak penerus kisah negara
Inilah dunia
Semua ada musimnya
Kini si kaleng tiada berguna
Kardus disanjung setinggi nya
By, Aulia Putry Manurung
Tanjungbalai, 211218
*Mengereng>melirik
ANYALLEH BAYA
Degup jantung malam
Getarkan tubuh kotaku yang telanjang
Birahi bising jalanan
Cumbui lugunya persimpangan
Tuntaslah peraduan titi tabayang bersama napsu pantai yg gersang
Terkulai lega tikar pandan
Minggu malam yang malang
Duh perempuan perempuan kebaya
Yang meliuk liar diatas tenda beca pak tua
Bergegas memasuki gerbang tanpa bunga kenanga
Renjis rampai tepak tembaga
Merajuk meninggalkan tangisnya
Duh... perempuan perempuan setengah baya
Ribuan andung sinandong ibu ibu tua
Koor mendendangkan tembang paduka
" anyalleh baya.... "
TOK LAUT
Titi Tabayang, 23 Desember 2018
(tanjungbalai city,00.37 wib, malam minggu)
Kamis, 13 Desember 2018
KERINDUAN YANG MENYATU
Jika rindu, sebut namaku
Meski lewat celah bilik malam bisu
Sebab, semilir angin kan rentangkan busurnya
Lesatkan ribuan panah gulana yang kau punya
Dan aku, akan rasakan itu
Getarnya yang menghujam ulu pilu
Lumpuhkan, binalnya rupa nalar
Butakan, paradigma sang netra liar
Aku, telah mati imaji
Tak kuasa, berlari menjauhi sepi
Tak kuasa, mengudar ikrar kita
Tak kuasa, melebur prasasti arti setia
Jika rindu, sebut namaku
Dengan hela napas ikhlas
Usah ada setitik tinta ambigu
Aku pun begitu, rinduku di setiap utas napas
#DewaBumiRaflesia_12_12_18
ORASI PUISI PARA FACEBOOKER
Berselimut baju malam dipinggir pantai tua
Sorot mata ombak terasa tajam menghunjamkan pandangannya
Pada uri tambu anak ujung selat malaka
yg terkubur dibawah gedung walet dan pertokoan kita
Lalu lalang abang beca dan para buruh nelayan yang hilir mudik
Melecut tulang dan nadinya demi sibiran tulang
Ditertawakan burung hantu yg sedang mengintip mangsanya
Tertawa cekekeh para remaja hanyut dalam fantasi mimpinya
Mengurai mimpi tentang elang laut yg belum kembali
hm...
Tangis para sufi mengairi bantal guling yg berludah basi
Tanpa ratib saman dan marzanji
Tak ada senandung para abdi yg terdengar dihiruk pikuk dan sepi
Penyair asyik berdebat dengan imajinasi
Musisi hanya lega menenangkan jiwanya dalam tembang kidung cinta
Para ibu ibu separoh baya kulihat pula adu debat dipelantaran sambil mencuci kainnya
Saling menjagokan jagoannya
Celoteh mereka membuat burung pipit tertawa
Mereka lebih membanggakan ganteng jagoannya daripada bapak dari anak anaknya
Siburung renta cirudang terpelongo bersama ibu ibu tua
" ikan asin berenang disela karang dengan mempesona"
Ah....
(bagi sahabat yg ingin melanjutkan puisi ini silakan sambung, sebab alangkah baiknya kalau ini jadi puisi berantai hehehe)
Oleh : TOK LAUT
RENUNGAN PENYAIR
CENTINI
Centini yang malang
Hidupmu terkekang
Antara harapan dan kenyataan.
Kau masih saja berada dibelakang.
Centini yang malang
Hidup dalam banyang-bayang kegagalan
Merangkak dalam kesendirian.
Diantara mimpi-mimpi orang terbuang.
Centini yang malang
Sampai kapan akan terus berjuang.
Menunggu terang yang tak kunjung datang.
Hingga petang datang menjelang.
Yuliza yuna
Tembung, 5 desember 2018
Rabu, 28 November 2018
TINGGALKAN AKU
Tinggalkanlah aku
Karena aku memang tak pantas untukmu
Aku takut Semakin dalam perasaanmu padaku
Kau akan semakin terluka
Dan pada saat itu
Aku tahu, akulah orang yang akan menyakitimu
Jangan kau bertanya tentang bagaimana persaaanku kepadamu
Karena engkau tahu akan hal itu
Dan aku tidak akan bisa menyembunyikannya darimu
Biarkan cerita ini hanya tumbuh dihatiku
Kan kutulis semua dalam lembaran ingatanku
Biarkan cerita ini hanya akan menjadi rahasia antara kau dan aku
Maafkan aku jika aku meninggalkanmu
Biarlah aku yang mengalah tuk meninggalkanmu
Menyerahkan urusanmu kepada orang yang mampu mengurus dan melindungimu
Karena aku tak akan pernah bisa melakukan itu
Meski engkau tahu aku begitu hormat dan mencintaimu
Jangan pernah membalasnya
Jangan pernah menghormati dan mencintaiku aku
Karena aku memang tak pantas untuk kau hormati dan cintai
Aku akan selalu mengimgatmu
Meski aku tak akan pernah mampu bersama mu.
#Puisi_Tan_Ahmad
TETESAN MALAM
Lagi...
Seperti malam-malam sebelumnya...
Kau hadir kembali dengan membawa keresahan...
Membawa secuil kenangan dan sejuta harapan.
Harapan untuk kembali bahagia...
Harapan untuk tetap bersama.
Bersama dia yg dulu selalu kubawa untuk berjumpa denganmu...
Bermain denganmu...
Bermain bersama tetesan kebahagiaan yg kau berikan kepadaku dan dia.
Namun, secuil kenangan yg kau bawa bersama tetesanmu, membuatku tersadar, bahwa kenangan itu hanya dapat membuat genangan dalam tatapan.
Oleh: Putri Tiara Dewi
SEBINGKAI KENANG
Saat kaudekap aku di dadamu
Kudengar degub jantungmu
Kau tersenyum mesra, membuatku tersipu malu
Rembulan dan gemintang diam membisu
Semilir angin dingin menyentuh tubuh
Kidung cinta mengalun merdu
Aroma kasih mencumbu rindu
Kaubelai mesra rambut hitamku
Kecup kecil singgah di keningku
Genggaman jemari erat menyatu
Dan kauusap rinai di sudut mataku
Saat langkah taklagi utuh
Kau menjadi kenang masa lalu
# RuangPekerjaSeni_Renny Kusuma
22.11.18
SENDIRIAN
seperti kopi
Yang setia temani pagi
Maka kukuhkanlah hati
Nikmati setiap pekatnya
Remuk di hantam rindu
Biarlah sesak hanya di dada
Selebihnya pulang
Menapaki jejak suci
Nama manis
Yang pernah menjadi manis
Dalam cecap
Saat pahit menyapa
Oleh : Layla Dct
Seluma, 17 November 2018
Kamis, 18 Oktober 2018
PUISI KITA
Selamat malam cinta
Lelaplah di tilam mega
Terbang bersayap mimpi
Tapaki jalanan di pulau kasturi
Aku, masih ada
Memipil gemintang di awang
Memetik rembulan benderang
Agar malam, tak lagi buta
Lelaplah, dalam dekap cintaku
Yang tak kan usang oleh waktu
Yang tak lekang dimakan usia
Aku, kamu, tetaplah kita
#DewaBumiRaflesia_05_10_18
SELAMAT PAGI BAGI TUAN AMBISI MAUPUN TULUS HATI MENCINTAI NEGERI JANGAN MATI
Saat terjaga dari tidur
aku melihat di langit tinggi
menjelma jadi layar televisi
bertema tayangan berita pagi
tentang sejarah nasib negeri
Media sosial olahan manusia
tidak lagi berkandung nutrisi
hanya bicara makanan basi
kehidupan berbangsa dan
bernegara jadi lautan sunyi
terjajah habis di layar
seluler, kenyataan
hingga HARI INI!
Jejaring internet
penjajah tak nyata
lewat seribu tipu daya,
mendoktrin imajinasi,
saling berebut untung
tak peduli musibah
moral buntung!
Dari waktu melek mata
terhipnotis di mega mall
dalam layar kotak telpon
bermain game, berselfi,
berhujat maki, berpuisi,
bernyanyi berbagi suara,
bertransaksi dagangan
dari pakaian, makanan
sampai layanan syahwat
kaum normal - abnormal
demi mencapai klimaks
memuncrat kenikmatan,
dalam kekuasaan mutlak
kaum jenius penemu
karya cipta seluler,
dunia menggila!
Lihatlah bumi warisan
nenek moyang animisme
bertebar beraneka makanan
didominasi produk import,
menjalar mencengkeram
mirip tumor merongrong
mengangkangi pikiran
sepanjang waktu
sulit terkendali!
Perang politik
menguliti kesalahan
menjadi modal kekuatan
untuk membunuh lawan,
padahal satu kandungan
bukan di negeri kampret
tapi semua atasnama
cinta mati pada negeri
padahal yang terjadi
sebatas pencapaian
kantung ambisi!
Di langit bumi subur
warisan leluhur dinamisme,
merentang peta berwarna
bahagia dan suka duka
ada Mega Pembangunan
ada musibah Petaka Alam
Nasib hidup dan kematian
dinyatakan satu ketentuan
siapa berani MELAWAN?
hanya Wiji Thukul nekad
bermodalkan bahasa ...
Satu Kata LAWAN,
HILANG RAGA
HILANG RIMBA
menyisakan catatan
sejarah sastra sebagai
PEMBERONTAKAN!
Akh, lihatlah
televisi di layar langit
presiden berlencana tinggi
bersahaja di atas puluhan ribu
pegawai negeri terkasus korupsi
selama sanksi bukan eksekusi mati,
jadikan korupsi berjamaah, TRENDI
lupakan saja anak cucu keturunan
pada lini katulistiwa kemiskinan
menjadi generasi kematian
merusak tatanan Tuhan!
Dan kini hari ini,
kita bertanya pada hati
kita berada di mana?
Sebagai para pembela
di pasukan yang mana?
Apakah hanya cari laba
ataukah cari aman saja
menjadi penggembira
sebagai pencerca
sesama saudara
SATU NUSA
SATU BANGSA
SATU BAHASA
INDONESIA
Di tangan kita
nasib masa depan
negeri ini, apakah
masih ada atau
tinggal nama?
Salam Pagi
Salam Merdeka,
Katanya!
---------- Bambang Oeban
Dari Timur BhumiBelasi
Rabu, 11 Oktober 2018
10.10
Sabtu, 29 September 2018
PERSIAPAN SEORANG AKTOR/AKTRIS SASTRA TERAMAT PENTING BAGI NEGERI KITA INDONESIA
Salah satu pemimpin bangsa
yang patut disebut AKTOR SASTRA
yaitu BUNG KARNO, tanpa pernah
bisa muncul lagi selainnya, mau
anak cucu keluarga sekalipun ...
Sehebat-hebatnya
karya Puisi, akan jadi
kehilangan keindahan,
pupus kedalaman makna,
bila tanpa penghayatan
ekstra pembacanya.
Terlalu banyak
karya puisi masuk
standart fenomenal,
tapi kehilangan ruh
tak menimbulkan greget
bagi penikmatnya ketika
dibacakan, ditampilkan
di atas pentas, sehingga
tak terjadi getaran dahsyat
serupa magnetis batin atau
komunikasi antara pembaca
dan pendengarnya hingga
batas akhir pesan kata
tanpa hambatan
disampaikan
dan PLONG!
...
Dan tentu kita bisa
mengambil kesimpulan,
ternyata pembaca Puisi
adalah seorang Aktor
atau Aktris, yang perlu
kematangan dalam
pendalaman
seni peran ...
Pada kenyataannya,
belum terlalu banyak
di Indonesia yang
bersandangkan
AKTOR SASTRA atau
AKTRIS SASTRA ...
Setidaknya,
jadi pemahaman bersama,
bagaimana Panggung Sastra,
sudah menjadi bagian hidup,
dan tentu diperlukan latihan
serba ekstra. Tidak sekadar
membaca puisi, namun
menyalakan api dalam
bahasa puisi membuat
jiwa penikmat terlarut,
tak sempat bicara atau
disambil makan minum,
terkhusuk pada penampilan
AKTOR/ATRIS SASTRA
yang mempunyai pesona
serta daya pukau
yang HEBAT dan
L U A R B I A S A !
Salam dariku buat para
calon Aktor/Aktris Sastra
Indonesia tercinta kita!
----------- BAMBANG OEBAN
Dari Timur Bhumi Bekasi
Kamis, 27 September 2018
10.35
RINDU
Kadang aku sendiri disini
Berteman dengan suara burung bernyanyi
Rindu bergejolak dihati
Teringat si buah hati
Ingin kudengar celoteh dia bernyanyi
Ketawa riang saat berlari
Menangis disaat susunya takterisi
Rindu ku tak terbendung lagi.
Oleh : Adi Bima
Rabu, 12 September 2018
I S T A N A K U
Kembali,
Menganyam tilam malam
Dalam bilik surgawi
Istana pelukis rerona senyum
Sederhana,
Di helai nyata
Deretan remah aksara
Meski terkadang, terpenggal koma
Cukup
Begini saja
Usah bungkus dengan dilema
Hingga netra terkatup
#DewaBumiRaflesia_11_09_18
BIMBANG MENGGAPAI DAUN
Gugur daun menepis angin senja
Kesepiaanku melantar keujung alam
Sunyi debu yang melekat dalam akar
Berbelit hati patah tak bertuan
Aksara bergelombang nada gemuruh penatiaan
Soreku dilanda kepiluaan bersipat bisu
Termenung air mata jatuh berlinang
Musih hujan tak ingat pulang
Daun gugur bertanah pasir tangga penugu lembah
Kering sudah tiada hijau lagi pupus tiada kembali
Aku yakin cintamu hanya sebatas luapaan ombak laut
Bila badai datang menghayutkan ribuaan rindu
Lelah rasaku menugu tanpa kepastiaan rimba senja tiba
Jalan hutan tertutup gelap sinar punah sebelum hadir
Kasih jalur nama bila kupilih untuk menggapai daun angin
Ombak keraguaan terkikis oleh asa cinta hampa
Goresan terlihat jelas di tangga-tangga kemunapikaan
Rambutku penuh daun kering rapuh embun pun hilang
Kupandang jauh ada satu garis nama terbelah di langit
Kepedihan berbuah kepiluan debat remang kisah menggapai daun
KARYA: Tasya Aliza Putri
Percut 10_September_2018
#gadisembun
Sabtu, 08 September 2018
MERAUNG JIWA
Meraung jiwaku ditengah malam
Melukis bayang dikegelapan
Hujan tak lagi beriring
Ketika badai menyapu kegelisahan
Inilah aku diantara puing berserakan
Terbang mencari batang pohon berteduh...
Jauh diantara yang jauh
Dekat dibalik yang tiada
Oh jiwa ..rapuhkah tulang yang terseduh....
Oleh : Yus Arsyad Arsyad
Sabtu, 01 September 2018
USAH KAU JAWAB
Ingin, kuluah aksara tanpa rima
Biar saja, berserakan, carut marut
Tanpa titik, atau pun koma
Agar, kau tak ikut larut dalam kabut
Aku menyebutmu cinta
Ya, cinta dalam figura
di balik sekeping kaca
Terpajang, di dinding netra
Entahlah, sesak di ulu rasa
Ketika atma coba lukis pelangi
Merona, sejenak lalu pergi
Cuma jejak ribuan tanya tersisa
Puan, bilik ini milik kita
Untuk kau ukir dengan senyum
Pada dindingnya yang masih kelam
Lalu, kita tebar cahaya lentera
Ah, aku lupa
Bukankah, aku tak butuh jawaban
Sebab siang tanpa dupa
Malam pun tanpa rembulan
#DewaBumiRaflesia_26_08_18
HANYA RAKYAT PENENTU SIAPA PRESIDEN MASA DEPAN! Negeri Merdeka Bukan Cuma KATANYA !
Jangan belajar lupa,
Ada NEGARA ada RAKYAT!
Pemimpin yang diperlukan
mampu menciptakan
kehidupan rakyat
sejahtera, nyaman dan
bahagia lahir batin ...
Keadilaan sosial
tidak terpental-pental!
Sejarah Peradaban Manusia
jangan dibelokkan arahnya!
KEPALA ADAT, RAJA,
atau PRESIDEN adalah
hasil bentukan rakyat ...
PERSOALAN NEGARA
tergantung pada kualitas
sikap seorang PEMIMPIN
mesti berpihak pada
KEDAULATAN RAKYAT!
UUD 1945,
PANCASILA,
BHINNEKA TUNGGAL IKA,
Negara Kesatuan
Republik Indonesia,
tidak hanya parade simbol
hilang ritualisasi kesaktian
gamang terbang-terbang
dan mengawang
timbul hilang
...
TAK ADA KATA
TERLAMBAT bagi RAKYAT
menggalang kekuatan hebat
berdaulat kuat, bersepakat!
Jangan lagi tergiur
janji kerap cacat!
Rakyat tak ingin melarat
tertancap paku berkarat!
Darah nadiku
bersukma rakyat
Puisi terus bersuara
merindu tanah gembur
nasib bangsa makmur
bukan cuma berita
hutang negara
yang subur!
... Tiga Stanza
Lagu Indonesia Raya
jangan dipetik satu saja,
hingga hilang sirna
tujuan tak tentu rimba
di abad merdeka,
bukan cuma
KATANYA!
------------- Bambang Oeban
Dari Bumi Desa Singasari
Kamis, 23 Agustus 2018
11.07
BIARKAN DIA PERGI
Badai tlah berlalu di senja itu
Hentikan rintih dan ratapmu
Dia pergi takkan kembali
Hapuslah kenang dan lara di hati
Beningnya air mata, tak pantas dia terima
Sia-sia menggenangi bilik jiwa
Cinta tulus, taklayak kau suguhkan
Torehan luka yang dia berikan
Penghianatan berbalut cinta yang mengerikan
Biarkan dia menghilang
Takperlu kembali pulang
Cintanya terbagi-bagi
Takhanya dua atau tiga
Namun banyak hati
Manis di bibir
Namun pahit empedu yang di beri
Jangan menangis lagi
Dia pantas untuk pergi
# Ruang Pekerja Seni_Renny Kusuma
# 1.9.18
Sabtu, 18 Agustus 2018
DIRGAHAYU INDONESIAKU DIRGAHAYU PEMUDA INDONESIAKU
Walaupun harinya belum dan telah berlalu.
Kami terjaga sudah dari lelapnya mimpi nan indah.
Adakah kamu tatap mentari yang mengintip diufuk timur.
Hangatnya ramah menyapa, atau pernahkah kau dengarkan siulan burung-burung yang kicaunya mesra menyapa.
" SELAMAT ULANG TAHUN INDONESIA ku, SELAMAT ULANG TAHUN PEMUDA INDONESIA ku. PEMEDA INDONESIA kita semua".
Kuciptakan Puisi untukmu, Tulus pula kurangkaikan Harap.
Dalam sebingkai Do'a.
Semoga Hari Ulang Tahun Republik Indonesia k dan Ulang Tahun Pemuda Indonesia kali ini adalah...
Hari yang paling berarti
Menjadi Pemuda INDONESIA KUAT, Pemuda INDONESIA HEBAT, Pemuda INDONESIA BERMARTABAT.
Dengan visimu : Kita Adalah Satu, Jangan Robek Merah Putihku " INDONESIA Kerja,
Kerja untuk negara, kerja untuk Bangsa dan Kerja untuk Rakyat.
#puisi_HUT_RI_HUT_KNPI
Oleh : Tan Ahmad
NALAR KELU
Kau, teduh dalam keluh
Papah angan tumpah
Bermuara di jendela koma
Kala sapa ratapi murka
Diam, dalam ramai rasa
Kutip remah rasa di beranda
Lepas, dihempas angin
Sisakan rerona serpihan
Aku, titipkan bara
Pada remang nyala lentera
Ketika kunang-kunang terbang
Bawa serta jejak bayang
Aku lelap di bilik diammu
Biarkan, tanpa jawab
Karena kutahu, bukan ambigu
Hanya nalar kunci waktu
#DewaBumiRaflesia_15_08_18
Selasa, 14 Agustus 2018
TERBUANG
Kamikah kaum terbuang itu?
Dibiarkan menjadi benalu diantara rindang pohon randu.
Kami kah kaum yang terlupakan itu?
Bertahun-tahun mengabdi dengan mimpi satu saat jadi Umar bakri.
Ternyata hanya jadi Umar bakri yang bernasib serupa kuli.
Di paksa berhenti setelah tak berguna lagi.
Ibarat buruh cuci yang harus pergi setelah adanya mesin cuci.
Kami berhenti seperti telah mati.
Percuma menjadi guru.
Bila statusmu serupa babu.
Percuma jadi guru bila gajimu lebih rendah dari tukang sapu.
Untukmu guru-guru honor disekolah.
Jangan habiskan masa mudamu mengajar di sekolah.
Atau nasibmu akan serupa sapi perah.
Dijagal setelah habis masa perah.
Medan , 14 agustus 2018.
Yuliza yuna
PUISI CINTA
Cinta…
Tak pernah mengenal waktu
Cinta…
Tak pernah mengenal tempat
Cinta itu tulus
Cinta itu murah hati
Cinta itu rela berkorban
Cinta itu setia
Jangan pernah khianati cinta
Kalaupun hubungan kita sampai di sini
Bukan rasa cinta yang membuat itu
Tetapi keadaanlah yang memisahkan
Ku yakin
Cintaku dan cintamu bersemi
Walau di dalam hati
Semoga cinta jugalah yang mempertemukan kita
Semoga cinta juga yang mengantar harapan kita
Agar kita dapat hidup berdampingan.
#Puisi_Cinta_Tan_Ahmad
Jumat, 03 Agustus 2018
RINDU
Setepat engkau mengatakannya
Kau hapus semua jejakmu
Tanpa sisa
Selain kenang
Seperti naskah yang telah di jilid
Mungkin rasa membawamu
Tersesat di pulau angan
Tanpa harap kan berlayar pulang
Tempat kembali
Serupa semai yang akan tumbuh
Mengilhami tunas-tunas yang membawa rona ke senja
Dan senja ke baka
Karya : Layla Dct
Seluma, 27 Juli 2018
GAUN AIR BERSELIMUT PILU
Detak ombak melambai pilu dermaga laut
Awan hitam menangis berubah putih
Bintang bersembuyi seperti berteduh
Panorama langit di malam ini sungguh perih
Bisik bibir laut bermandi pasir
Tubuhku lemas berselimut pasir laut
Basah tiada bergaun ombak laut biru
Jatungku berhenti sejenak mataku
Tertutup lembah pasir butiran laut
Lemas sekujur tubuh tak ada daya
Terhimpit kepiluan tangisan jari
Kembar laut tuangkan sejuta resah
Sukma ning tirta naluri berkunjung ke atas langit
Kasih aku tugu jemputmu melambai
Tirai telaga lembah ombak berawan
Wangi berbalut sehelai pasir terdampar
Muara tiada kembali sungguh kejam hatimu kasih
■■KARYA: TASYA ALIZA PUTRI ■■
Percut 2_Agustus _2018
#gadisembun
#untukmu_penjaga_hatiku
Selasa, 24 Juli 2018
RANTING KERING PENGUKIR PELANGI
Ketika ranting cinta jatuh
Aku tahu, ia akan patah
Namun, kuhanya meminta
Biarkan, sejenak ia lena
Rasakan semilir angin menyisir
Nikmati sejuk rinai hujan
Dengarkan kidung burung di dahan
Lantunkan ayat ayat pelipur
Kita, mengukir pelangi jingga
Pada mega malam nan gulita
Terbang, tak bersayap
Tuk tinggalkan garis batas senyap
Biarkan, kuukir pelangi itu
Lalu, kukemas di figura gelas kaca
Agar selalu kubawa serta
Bersama rindu di relung kalbu
#DewaBumiRaflesia_24_07_18
Senin, 23 Juli 2018
JIWA YANG SEKARAT
Lamunan ku hanya ilusi
Aku yang hina terkapar dalam sunyi
Meradang dalam nestapa
Hingga berteman di antara rasa
Dalam sunyinya lara..
Dalam bekunya hati...
Masih sempat ku rajut asmara
Namun hanyalah pengharapan yang tersisa
Kadang terpikir untuk aku menyerah
Dan ku tinggalkan saja legenda yang ada
Atau ku padamkan saja bara asa...
Aku tak berdaya
Jiwa ku sekarat
Hati ku menjerit
" Aku mati rasa "
By Fadelis
Eli Oktarina
Pagar dewa 23,7,2018
Senin, 16 Juli 2018
SAHABAT TERBAIKKU
Sahabat …
di saat kita nikmati kebersamaan banyak hal yang terlewatkan begitu saja
keceriaan, canda dan tawa semuanya mengalir begitu saja
waktu yang tersisah seolah tak mampu menampungnya dan waktu yang sangatlah singkat membuat kuteringat kepada mu sahabat ..
Semua kenangan – kenangan itu tak terasa ,pergi meninggalkan segala kegembiraan
serta canda dan tawa mu satuper-satu hilang sekejap mata
ada beribu senyum saat terlintas memory yang dulukala
Sahabat …
semua yang pernah kita jalani hari demi hari , waktu demi waktu telah kita lalui semuanya.
Banyak hal yang pernah terjadi karena itulah jalan hidup yang kita miliki
kadang benci, kesal ,dan kecewa serta rasa senang dan sayang
sungguh luar biasa , apa yang telah kita lalui bersama ..
YaTuhan …
jagalah dan lindungilah
sahabat-sahabatku
karena mereka adalah sahabat terbaiku selamanya
Oleh : Rahma Yanti Panjaitan
Rabu, 11 Juli 2018
DUHAI SAHABAT
Teruntuk sahabat sejatiku
Maukah kuceritakan sebuah kejujuran
Yang terpendam dalam luka dan kehinaan
Tentang diri yang hampa, hina dan rendah
Sahabatku
Aku adalah segenggam debu
Yang terlalu berani bersahabat dengan segunung emas
Engkau adalah sahabat terbaikku
Namun, kasta telah membatasi kita dengan dinding besar
Saat kutatap sahabatmu
Dengan kemewahan yang menghiasi diri
Aku hanya tersungkur malu
Menjerit hati menahan rasa tak pantas
Maafkan AKu sahabat
Aku tak pernah bisa menjadi sahabat yang setara denganmu
Hanya bisa berharap
Kita kan jadi sahabat sejati selamanya
Oleh : Rahma Yanti Panjaitan
Kumpulan Puisi Puji Astuti - ANTARA AKU DAN KAMU
Tema : PUTRI MALU
Judul : DIRIKU
Karya : Puji Astuti
Aku yang bersembunyi di balik teman-temanku
pagi menengadah tetes embun
segar mengguyur tubuhku
menyiapkan kesegaran tuk sambut mentari
Aku banyak duri yang mudah terlepas
tuk peringatkan jangan suka mendekatiku
perih akan mencabik kulit ari
salahkah aku melindungi diri?
Aku bingkiskan bunga pink penyejuk hati
namun saat kau sentuh aku maka aku menutup diri
jika kau ambil bungaku
persiapkan jemarimu terluka olehku
Aku yang tersisih
dengan kebelantaraan singgahku
sabit-sabit memenggalku
saat aku berkelompok memenuhi hamparan ladangmu
Akulah si putri malu
akan tetap begini sepanjang hidupku
tak perduli musim hujan ataupun kemarau
senantiasa berhabitat dalam jenjang usiaku
Jogja, 03.08.2018
Tema : PELAJARAN
Judul : ANTARA AKU DAN KAMU
Karya : Puji Astuti
Sekian waktu menyanding rasa
aku memilihmu di antara teman-temanku
untuk bisa menjelajahi hati
memupuk sebentuk harapan pasti
Kau sama dalam meyakinkanku
mendampingiku menyusuri jejak perjalanan
mencoba mengukuhkan harapan
bahwa aku adalah bahtera pertama dan terakhirmu
Sampai saatnya tiba
tumpahan air mata aku dan kamu menyatu
membentur dinding kehendak orang tua
memisahkan ikatan cinta suci kita
Aku tak ingin dikutuk ibu
sebagai anak tidak mendapat restu
bagiku ibu adalah segalanya
karena dia aku ini ada
Kusematkan dalam-dalam
pelajaran terpahit yang kuredam
mencintai tidak harus memiliki
walaupun terasa gelap hidupku kini
Jogja, 06.08.2018
Tema : HAMPA
Judul : KAU TINGGALKAN AKU
Karya : Puji Astuti
Terasa masih hangat desah napasmu
menerpa pipiku saat malam itu dengan penuh sinar rembulan
kau bersandar seakan ada berat beban hati
terkunci bibirmu tanpa bicara lagi
Kita yang telah merajut cinta
berjuntai benang-benang jingga penuh warna
bahagia ini telah merubah segalanya
hidupku bermakna sepanjang masa
Hingga waktu tak memihakku lagi
kita terpisah karena titisan takdir
genggam jemarimu terlepas selamanya
meninggalkan aku di kehampaan jiwa
Air mataku kering melepasmu
diam seribu bahasa terkatub kelu
terbaring membisu tak mendengar tangisku
kesendirian ini memecah pilar kalbu
Pemahat hati
cintamu masih di sini
sepanjang napasku mengaliri nadi
sampai kita bertemu kembali nanti
bersatu tak terpisahkan di haribaan abadi
Jogja, 12.08.2018
Tema : AYAH
Judul : PENGORBANANMU
Karya : Puji Astuti
Kurun waktu telah berlalu
kita mereguk manis pahitnya hidup
engkau mengenalkan aku pada sebuah kegigihan
pantang mengeluh dalam beban apapun
Saat aku masih limbung dalam pencarian jati diri
pendampinganmu mengguratkan ketenangan batin di dadaku
memupuk keyakinan agar tidak terjatuh dalam tuas perjalanan mudaku
perjuangan itu tidak mudah dan sesak oleh pengorbanan
Kini usiamu telah lanjut
memutih warna mahkota rambutmu
mengeriput kulit raga legammu
Namun, di situlah jiwa ini bersandar
pada bahu kearifan dan kasih sayang
ayah ....
lihatlah anakmu ini
mencoba meneruskan keteguhan yang engkau wariskan
Jogja, 09.08.2018
Tema : MAKAM
Judul : ISTIRAHAT TERAKHIR
Karya : Puji Astuti
Kebingungan kurasakan
raga dingin membeku pucat tak berwarna darah
rintih tangisan melolong pilu
di sekitar jasad yang terbujur kaku
Mengapa dan apa yang terjadi
ayah, ibu dan orang terkasihku berkerudung kelam
tiada senyum tergambar di wajah-wajah mereka
aku melihat tubuhku telah terbungkus kain putih bersih
Baru aku ingat
ragaku terbantai di jalanan
gelap dan hilang sekejap
terlumat sakaratul yang melepaskan jiwaku tak lagi tertambat
Aku dilepas dengan doa-doa suci
agar lancar perjalananku ke alam abadi
seraya langkah mereka terhenti
di sepetak tanah makam tempat yang paling sepi
Kini sendiri tanpa teman lagi
amalanku, temanilah aku
tiada peduli sahabat-sahabat di dunia
hanya engkaulah yang menemaniku menghadap Sang Pencipta
Jogja, 18.08.1018
(Seni peran)
Tema : PANORAMA WISATA
Judul : WAJAH INDONESIA
Karya : Puji Astuti
Bersanding dengan megah
Menjulang tinggi susunan relief indah
Merangkai cerita-cerita di dalamnya
Tergurat rapi pada dinding dengan penuh makna
Betapa kagum dan terpesona
Mendapati peninggalan begitu berharga
Kebanggaan bangsa ini juga dunia
Sangat langka dan menjadi benda bersejarah
Selangkah bertiup semilir angin laut
Biru panorama terindah penyejuk mata
Buaian hati terbawa syukur
Pada ciptaan-Nya yang maha karya
Jiwa terasa bahagia berada di Indonesia
Bertabur tempat wisata penuh aneka
Terketuk hati tuk melestarikan dan menjaga
Kita adalah generasi muda penanggungjawab itu semua
Jogja, 06.09.2018
Tema : ISU SOSIAL
Judul : NAPASKU TERSENGAL
Karya : Puji Astuti
Mendung masih menggantung
Saat lenguhan terdengar di antara desir angin
Bantal kumuh dipeluknya erat
Seakan enggan tuk melepaskan
Redup matanya menelusuri atap jembatan
Mencari sesosok bocah kecil yang setia menemani
Bibirnya gemetar memanggil sebuah nama
Ita ... berkali-kali dia menyebutnya
Matahari masih terik terasa
Di manakah gadis kecilku berada
Jangan pergi jauh
Segeralah kembali untuk bersamaku
Langkah ringan di alas sandal jepit lusuh
Tergenggam sebungkus nasi di jemari kecil
Wajah berbinar menyungging senyum manis
Tak tersembul beban di wajahnya yang tirus mungil
Satu di tujunya
Sesosok orang tercinta
Panduan dalam menghadapi kerasnya hidup
Mandiri tak mengenal takut dan kalut
Sesak napasku tersengal
Memapari pemandangan tragis ini
Serasa jiwa menangis mendapati kenyataan
Masih banyak saudara kita yang berselimut sengsara
Jogja, 04.09.2018
Tema : SEBUAH RASA
Judul : SETITIK RINDU
Karya : Puji Astuti
Getar hati kita sama
dalam mendulang makna cinta
tak pernah salah memilih
untuk menyatukan hasrat suci ini
Tujuan kita juga sama
merajut aksara kasih dalam deretan diksi
meletakkan segenggam percaya
untuk lahirnya anak-anak kerinduan murni
Jalan kitapun juga sama
menapaki terjalnya kehidupan
warna rerumputan yang kita pijak
masih hijau tersiram air kesejukan kebahagiaan
Naungan iman kita juga sama
sujud syukur atas rahmat dan hidayah-Nya
melekat dalam lubuk jiwa menguatkan asa
sampai kita bersatu di biduk bahtera
saat bertemunya setitik rindu berpadu dalam sebuah rasa yang tak terhingga indahnya
Jogja, 02.09.2018
Tema : MALAM MINGGU KELABU
Judul : MENYARING KENANGAN
Karya : Puji Astuti
Deru mesin melaju tanpa tujuan
Menemani berjuta angan yang menggoda
Hati terasa penuh kecamuk
Himpitan sunyi makin mengaduk-aduk kalbu
Seminggu lalu kita masih habiskan waktu
Di pinggir pantai pada senja temaram
Sepoi angin laut makin menenggelamkan
Gejolak rasa semakin lama kian memenuhi jiwa
Seakan hari itu milik kita
Jeda menjauh karena rapatnya asmara
Bulir bahagia menyatu dalam genggam jemari
Menggelit manja dengan penuh arti
Namun malam ini, Minggu kelabu
Aku sendiri menyaring kenangan saat bersamamu dulu
Kilat pedih terasa di mataku
Tetes demi tetes membasahi wajah kuyuku
Kucoba melaju ke tempat kita memadu cinta
Sendiri tak berteman hangatmu
Semilir bayu makin dingin menerpaku
Apakah saat ini kau juga memiliki rindu sepertiku
Jogja, 06.01.2019
Tema : PAYUNG
Judul : KENANGAN
Karya : Puji Astuti
Hujan seharian mengguyur bumi
Seakan memang ditumpahkan dari langit
Menyiram hamparan kegersangan
Menyentuh jantung kehidupan pepohonan
Malam itu kita terjebak di emperan toko
Air menggenang setinggi tumit anak kecil
Terasa dingin makin menusuk badan setengah basah
Derainya tak juga mereda walau sejenak
Merapat kita menghadirkan hangat
Terpikir olehku kenapa tidak membeli payung?
Untuk peneduh menuju halte terdekat
Segeralah kuberanjak ke toko tempat aku berpijak bersamamu
Kau genggam tanganku seraya menggamit pundakku yang basah
Pelukan mesra seiring kaki melangkah maju
Di tengah derasnya rinai terselip desir di dada
Kala lenganmu makin erat memelukku
Cerita ini masih tersimpan
Tertinggal serpih kenangan awal tautan cinta
Dalam perjalanan hidup meraih asa
Hingga kini payung dan dirimu menjadi satu pemilik rinduku
Jogja, 13.01.2019
Tema : MENGUAK TABIR
Judul : TERABAIKAN
Karya : Puji Astuti
Begitu membahananya sebuah cerita
Bertahun-tahun tersimpan rapi dalam laci
Terlipat berselimut serpihan tanya yang sering ikut menepi
Dibuatnya buta mata dan hati
Saat beranjaknya waktu tak kompromi
Seiring jalanan ditempuh dengan tertatih-tatih
Gumpalan jiwa makin mendewasa
Tergurat berbagai tragedi dan cerita
Siang itu tutur gelegar menguak tabir misteri
Siapa pemilik tetesan darah yang mengaliri
Pada sekujur raga dan sukma ini
Terkejut mengkerut dahi serasa tak pada percaya diri sendiri
Bahagia ada di dada
Namun kecewa lebih menguasai asa
Titisan kedua orang tua
Begitu dekat namun tak tersentuh pelukan
Aku yang terbuang
Di lembaran hitam kelam
Kini merenungkan diri
Mengapa takdir telah memisahkan
Jauh di suara hati nurani
Doa akan selalu melantun
Untuk dua jiwa pengikat tali batin
Walau hanya bisa aku bersujud memintakan ampun atas dosa yang menjerat telah memilin
Segenggam hati yang terabaikan
Jogja, 12.01.2019
Tema : SASTRA PUISI SAAT DIHARGAI
Judul : BERTAHANLAH
Karya : Puji Astuti
Manakala aksara mulai tertata
Menjiwai segenap diksi dan irama
Memeluk jiwa dan segala imajinasinya
Untuk menjadi mahkota kata demi kata
Sekujur tubuh bermandikan ilusi
Menghentakkan emosi di penjuru rasa
Tak luput sedikit banyak menderai air mata
Inilah bukti puisi mempunyai arti
Terhentak seketika
Larikan itu terjerembab dilema
Jemari tak bernyali memimjam tanpa tanya
Menyungkurkan berjuta sesak kecewa
Bertahanlah duhai jemari pena
Puisimu senantiasa berharga
Dalam jiwa-jiwa penikmat gita
Sastra adalah lentera yang makin menyala
Hargai nilai penciptaannya
Tidak hanya sekedar pikat fatamorgana
Karya kita adalah anugerah terindah
Junjung tinggi dengan binar cahaya hati di lingkar dada
Jogja, 28.01.2019
Tema : JANGAN BANDINGKAN AKU
Judul : JANJI SUCI
Karya : Puji Astuti
Dulu saat hati masih utuh
Aku adalah belahan jiwa
Menyelubungi segenap hati
Menaungi di detak-detak waktu
Dulu saat rasa masih indah
Sepanjang hari tanpa jeda
Mengukir pelangi di sudut jendela
Memaparkan cerita tentang malam
Dulu saat genggammu erat
Memeluk tak ingin jauh
Mendekap hangat
Melenakan hasrat
Kini ada bilik lain
Mengusik selambu temaram
Membuyarkan harapan
Melenyapkan keindahan
Kini jejakmu tak satu
Dua arah yang beda tuju
Jangan bandingkan aku
Walau dia segemerlap intan ungu
Kini aku masih di sini
Sekian lama mendampingi
Melepaskan segala pengorbanan
Tanpa pedulikan segala keresahan
Tetap menatapmu
Tak ingin pergi
Walau sejengkal kaki
Karena ada janji yang telah terpatri
Jogja, 24.01.2019
Tema : MERAJUT MIMPI
Judul : DI UJUNG SENJA
Karya : Puji Astuti
Sejumput senyum kuseduhkan pagi ini
Tiada lain untukmu teman kehidupanku
Merekahnya mawar merah mempercantik indahnya mayapada
Tempat kita menapaki permadani jalanan rasa
Selengkung teduh di netramu itu
Meneduhkan kegusaran yang hadir saat bersua
Melipatkan segala permasalahan punya kita
Menjadi seutas gelak tawa bahagia
Merajut mimpi bersamamu adalah keinginanku
Disertai lembaran-lembaran doa
Makin mengukuhkan terwujudnya berjuta asa
Dalam pelukan cinta luapan gelora asmara
Kusanding engkau seumur usia
Jangan berikan luka pemendar nikmat yang ada
Adakah mau berjanji
Untuk selalu menjaga hati sampai akhir nanti
Tersenyumlah di sela waktuku
Seiring tertunainya segala impian
Di ujung senja tidak akan sepi
Karena ada kamu yang menemani
Jogja, 30.11.2018
Tema : BINTANG
Judul : RASA HATI
Karya : Puji Astuti
Berjuta aksara terjuntai di lembaran imaji
Mengaduk rasa sampai ke hati
Kau menggigit jiwa
Hingga sakit tak terasa
Kau beri aku julukan pencuri bintang
Kejora di hatimu yang kian berbinar
Impian dalam deraan jarak dan waktu
Memisahkan antara aku dan dirimu
Kita mengeja bait-bait rindu
Mengulum jeda tak menentu
Rindu menggulung diksi yang ada
Di setiap larik penuh dengan makna
Aku si pencuri kalbu
Tak akan ingkari dengan palsu
Bintang akan kukembalikan lagi
Jika tiba saatnya berjumpa nanti
Jogja, 21.11.2018
Tema : JANGAN PERNAH MENYERAH
Judul : BANGKITLAH
Karya : Puji Astuti
Pagi itu di sebuah antrian panjang rumah sakit
Tersirat di wajah nan sedih
Air mata mengalir dari pelupuk mata sembab
Wajah kuyu termakan kelelahan seharian
Kabar kuterima bahwa ibunda tercinta menderita
Saat ini cobaan berat sedang memayungi dirimu
Jangan menyerah duhai
Masih ada mukjizat dari Yang Maha Kuasa
Semat selalu semangat dan semangat
Ingatlah takdir telah di suratkan
Namun kita tak boleh memiliki putus asa
Doa adalah obat untuk hati dan jiwa kita
Seperti saat ini
Kegenggam erat jemarimu
Sebagai penguat dikau tak sendiri
Sandarkan resah lara yang ada di dada
Pada pundakku yang siap sedia jadi tempat peredamnya
Jogja, 24.11.2018
Tema : JODOH
Judul : TULANG RUSUKKU
Karya : Puji Astuti
Duhai ....
Kaulah yang teristimewa
Dalam rasa di dada
Maukah engkau
Menjadi teman hidupku
Kupahat namamu
Terlukis di sebelah bilik jiwa
Sanggupkan melangkah berdua
Di sisa usia
Kupinang hatimu
Selalu akan menjagamu
Kaulah tulang rusukku
Pelengkap dan menjadi jodohku
Kusebut cinta
Senyummu bahagiaku
Setialah padaku
Sampai tertutup kedua mataku
Jogja, 24.11.2018
Tema : BHINEKA TUNGGAL IKA
Judul : PATRIOTISME JIWA
Karya : Puji Astuti
Aku dan kamu masih di sini
Menginjakkan kaki pada bumi pertiwi
Mengukir sejarah kehidupan
Saling asih, asuh dan peduli
Sempat lewat hembusan meretakkan
Mencungkil sedikit demi sedikit keyakinan
Janganlah hatimu dan hatiku saling mencengkeram
Hak milik kita adalah sama adanya
Kita kobarkan rasa jiwa luhur dalam budi
Walaupun kau dari seberang dan aku dari kota terpencil
Ikatlah satu pengikat rasa
Bhineka Tunggal Ika itulah yang sempurna
Kobarkan selalu jiwa patriotisme di dada
Walaupun berbeda tapi tetap satu jua
Singsingkan lengan baju kita
Untuk pengabdian pada negara
Apapun partisipasi kita demi kemajuan negeri
Tetap menjunjung amanah dalam melangkah
Kita torehkan perjuangan yang gigih
Untuk anak cucu penerus gelombang generasi
Buang sengketa
Jauhkan kebencian
NKRI harga mati
Kita sebagai pewaris negeri ini
Jogja, 27.11.2018
Tema : FLASHBACK MENUJU PROSPEK
Judul : TATAPLAH SENJA
Karya : Puji Astuti
Kesunyian di tengah dambaan dan harapan
Terpecahkan seketika kala jeritan seorang bunda
Serta tangisan pertama kali kau membuka tabir surya di dunia
Udara terhirup segar itulah napas untuk hidup dunia
Senyum bahagia bertebaran
Debar haru menyeruak di sepenjuru kalbu nan membiru atas hadirmu
Ucap syukur dan doa-doa terbaik terlantun untuk perjalanan di masa depan
Berpermadani cinta serta luapan kasih sayang
Hari-hari berlalu begitu cepat
Aroma kehidupan silih berganti tanpa henti
Bergulir pula satu-satu usia
Membawa bijak dalam diri dan rasa
Kini telah membawamu mendekati separuh baya
Perjalanan di rentang waktu belumlah usai
Perjuangan masih panjang terbentang
Tataplah senja itu dengan lantun puji syukur
Bahwa kakimu bisa terus berdiri sampai detik ini
Jogja, 11.07.2018
Tema : LUMBA LUMBA
Judul : KETERIKATAN
Karya : Puji Astuti
Lengking suara di perairan biru
sekujur tubuh berkilau abu-abu
saat sinar mentari menghangatkanmu
mata binar penuh kelucuan di zonamu
Mungkin sebagian habitatmu di daratan
untuk kepuasan manusia karena jarang menatapmu nyata
kebebasanmu terikat
namun kepintaranmu memikat
Hai lumba-lumba ....
ciptaan Yang Maha Esa
kesempurnaanmu begitu mempesona
semoga habitatmu di samudra tetap terjaga
Kita memiliki satwa
mari kita jaga
untuk kelestarian dunia
lumba-lumba salah satunya
Jogja, 16.07.2018
Tema : RASA DALAM KATA
Judul : BERTAHAN DALAM KASIH
Karya : Puji Astuti
Pagi kusulutkan semangat dalam dada
menoreh segelintir perasaan menggigil
esok lusa kita bertemu
untuk menelusuri kesalahan-kesalahan ini
Lihatlah
buah hati kita masih sangatlah muda
jangan bingungkan oleh tingkah sendiri
sematkan selalu senyum di hadapan wajah polosnya
Kita yang mengikatkan keinginan dan ego
meruncingkan segala hal menjadi jauh
jurang perasaan kian pudar
segeralah kita ukir kembali bingkainya
Waktu meninggalkan serpih luka
tak sesuci hati polosnya anak ini
malu jiwaku melihat matanya
meminta untuk kebersamaan kedua orang tuanya
Maafkanlah khilafku
kuturunkan ego hatimu
jabat jemari ini
demi seulas tawa riang permata hati
Jogja, 06.07.2018
Tema : PERASAAN
Judul : KESETIAAN
Karya : Puji Astuti
Dengan doa aku pasrahkan rasa
sekian hari dan waktu menyatukan debur hati
menjunjung noktah kita bersama
di puncak ikrar hidup dalam satu cinta
Saat ini aku tetap dengan doa yang sama
walaupun perjalanan kita sedikit beda
hanya satu keiklasan jiwa ini
kala jantungmu mendebarkan rasa untuk dia
Detik berlalu semakin kukuh
langkah kakiku sering terantuk batu
sedikit memerah teteskan darah
namun kita selalu seiring dalam khasanah
Sampai di ujung senja usia
keiklasan ini masih tetap ada dan sama
untuk menyisir debar yang sering ingkar
walau temaram senja kita semakin pudar
Jogja, 17.07.2018
Tema : SINGGAH
Judul : KAMU ADA
Karya : Puji Astuti
Tetes bulir ini mengambang lagi
di antara serpih hati pilu berkeping
seutuh cinta yang pernah kuberi
kembali melayang dalam mimpi
Pemilik rinduku di masa lalu
pernah kita melabuh di dermaga kala senja
terpasung buaian semilir desah angin
mempermainkan butiran-butiran pasir putih
Luluh lantak debaran jiwa dan rasa
sepagut kasih berpelangi jingga
relung tak pernah lupakan masa
detik-detik lepaskan rengkuhan rindu kita berdua
Kamu selalu ada
di sini, menghimpit ruang gelap di dada
meninggalkan sejumput alur cerita sepanjang perjalananku
singgah sebentar dan berlalu seiring waktu
Jogja, 31.08.2018
Tema : CANDU
Judul : MELULUHKAN RASA
Karya : Puji Astuti
Terasa aliran hangat menyengat dada
Saat mulai kukecap manisnya rindu
Seutuhnya ingin kureguk tanpa sisa
Biarpun terbakar seluruh hati dan jiwa
Semakin hari aku terkapar
Dalam kubangan rasa penuh gelora
Berhenti sedikit jeda namun lantak tak bisa
Terlanjur basah relung kalbu terpenuhi tetes madu cinta
Aku terbiasa dalam biusmu
Berpaling hanyalah penyesakan di sekujur nadi hati ini
Berdesakan antara nyata dan mimpi
Tak ingin kehilangan bias pijar yang kau miliki
Sedetik waktu adalah kelemahanku
Untuk selalu menggenggam jemari hangatmu
Biarlah luluh semua kesetaraan rasa
Kecanduanku padamu adalah lingkaran bahagia untuk bahtera yang kita bina
Jogja, 30.08.2018
Tema : MENGGENGGAM KESETIAAN
Judul : SAMPAI TUTUP USIA
Karya : Puji Astuti
Terasa belum cukup waktuku
membawa cinta ini bersamamu
ada onak dan duri menggoda rasa
menguji di tiap jengkal saat kaki ini melangkah
Kesetiaan adalah cobaan hati
melilit jiwa dan raga sepanjang hari
kusemat, kuikat sangatlah erat
jangan sampai ada sedikit pun berkarat
Waktu bergulir meninggalkan titik usang
tiada henti kugenggam kesetiaan
beriring menjelajahi rotasi usia yang semakin senja
titian cinta bahagia selalu kupinta
Kita tak lagi muda
raga telah renta namun harapan tertanam di jiwa
menjagamu adalah kewajibanku
sampai tutup usiaku dan berlalu
Jogja, 23.08.2018
Tema : PORAK PORANDA
Judul : MENJAGA HATI
Karya : Puji Astuti
Seketika terjatuh vas bungaku
buyar segala isi dan berhamburan berkeping
aku termangu dalam tak kesengajaan
luruh hati serta perasaan
Bunga segenggam yang kusimpan
kini layu menjuntai pilu
tanpa air kehidupan
untuk menjadi nadi kesegaran
Begitu porak poranda hancur segalanya
terdiam aku mencerna arti cinta
harus terjaga demi tepian hati
kasih ini melantun mendulang arti
Hatiku
mari jaga serpih-serpih jalinan ini
seperti jemari menjaga keutuhan sebuah vas bunga itu
sekali retak hilang semua percaya
hanya meninggalkan derai linangan air mata
Jogja, 24.08.2018
Tema : PUPUS
Judul : TETES AIR MATA
Karya : Puji Astuti
Setengah waktu telah kita rengkuh bersama
begitu mendawai cinta
seperti indahnya senja berlembayung keemasan
semilir angin danau terasa dingin menyentuh raga
Kutepuk pundakmu kala itu
saat wajah tertunduk berkalung duka
begitu lara tersirat di mata
sedalam palung samudra tak terkira
Genggaman jemari kita erat menyatu
mengalir hangat tetes air mataku
tak terbendung lagi dan pecah terberai
hancurkan segala harapan yang telah terbingkai
Di bulan dua kita akan terpisahkan
duka ini membelah jiwa dan senyum yang ada
cinta kasih terhalang dinding tinggi
pupus terkebiri oleh tirani perjodohan ini
Cintaku luluh
dirimupun patuh
kasih suci tak bisa utuh
hanya tersimpan di jendela kisah yang lusuh
Jogja, 26.09.2018
Tema : HAK ASASI
Judul : SEBATAS ILUSI
Karya : Puji Astuti
Mimpiku masih tersimpan rapi
Di tumpukan hening malam ini
Kutelusuri apakah aku bisa meraihnya
Dengan kedua tanganku saja?
Hasrat menjadi penulis terkekang waktu
Berdesakan dengan ketidakselarasan
Mencuri kesempatan itulah deretan rangkaian
Mencundangi kepenatan yang begitu mendalam
Curahan imajinasi berontak setiap hari
Mendobrak kesekian kali getaran berpusar di dada
Mencetuskan gesekan keras tak berkesudahan
Melantakkan kucuran resah yang jatuh berhamburan
Terkungkung simpuh dalam gelap
Sinar tak menembus batas
Sekiranya anganku makin berlari
Berputar hanya sebatas ilusi dan mengambang tak tergapai lagi
Jogja, 24.09.2018
Tema : PERAHU KERTAS
Judul : MENGGAPAI IMPIAN
Karya : Puji Astuti
Menyusun tumpukan asa di serambi cita
Melebur dalam gelombang surut dan pasangnya
Tak mengenal waktu tuk singgah setitik kelelahan
Karena kita telah menjadi nakhodanya
Biarpun perahu ini terapung di luasnya samudra
Seperti pepatah barakit-rakit ke hulu berenang ketepian
Perahu kertasku akan melaju menembus batas harapan
Angin membawa ke tengah lautan
Bersama ikan-ikan yang saling berkejaran
Seakan ikut menyumbang derap kesemangatan
Untuk kita bisa menggapai tingginya impian
Laju dan lajulah seiring doa
Bentang layar di sela camar beterbangan
Kicaunya saling bersautan
Membahana bersatu dengan debur ombak yang berkilauan
Jogja, 13.09.2018
Tema : PENGKHIANATAN
Judul : TIDAK TERAMPUNI LAGI
Karya : Puji Astuti
Daur ulang sampah masih bisa dimanfaatkan
Namun kepercayaan yang hilang tak termaafkan
Entah berapa kali mata ini menjumpai
Ada pesona jingga di matamu selain aku
Debarku tiap jauh darimu
Memberikan sinyal akan adanya ketidakjujuran
Mata ini boleh dikelabuhi
Namun bathin tak akan bisa dipungkiri
Dia yang telah mengambil cintamu
Untuk bisa memiliki hati dan ragamu
Untuk kesekian kali kutanyakan
Namun kata tidak selalu kau ucapkan
Waktu berpihak padaku
Dengan mata kepala ini kutemui
Dua cinta terpaut di belakangku
Tak terampuni lagi pengkhianatanmu
Pergilah dengan senyumnya
Biarkan aku sendiri memagut rasa
Tak kutangisi langkahmu
Lebih baik aku meniti sendiri di jalanku
Jogja, 29.09.2018
Tema : KEIKHLASAN
Judul : TIADA LAGI
Karya : Puji Astuti
Serasa bunga tabur belumlah kering
Saat rindu dan pilu ini kembali
Seraut wajah peneduh semua resahku
Sandaran kala tangis beratku menyatu
Jiwaku tersedu
Hati ini membeku
Kalbu entah berasa apa
Tertumpah di dada sesakkan asa
Dikau pergi memenuhi panggilan-Nya
Detik waktu telah habis masa
Perjuangan telah sampai di titik lelah
Raga menjadi satu dengan bumi tempat istirahatmu kini
Ibu,
Berat diriku kau tinggalkan
Membalas kasihmu aku belumlah lunas
Namun dikau tetap pergi dan tak kembali lagi
Ikhlas kini kusematkan dalam diri serta hari-hari
Meramu doa untukmu di sepanjang sujudku
Membingkai segala nasihatmu yang belum kurapikan dalam hidupku
Untuk menjadi pribadi kukuh seperti impian dan keinginnanmu
Jogja, 04.10.2018
Tema : KEJUJURAN HATI
Judul : JAGA CINTA KITA
Karya : Puji Astuti
Merajut benang kasih ini
Begitu sempurna terasakan
Seakan memilikimu adalah anugerah terindah
Tak sedikitpun kurang yang ada
Waktu bergulir seiring aneka warna hidup
Rasa makin menyelubungi hati dengan kesejukan
Bulir air mata seindah embun tak ingin kuteteskan
Biarlah menjadi bunga mimpi kala sepi
Tak lagi kucari
Semua ada di sini
Menjadi kudapan yang tersaji
Setiap hari dan sepanjang hidup ini
Jaga cinta kita
Hanya kita yang rasa
Menyatu dalam khasanah amanah
Dengan ridho-Nya kita bersama melangkah
Jogja, 06.10.2018
Tema : JIWA YANG HILANG
Judul : TANPAMU AKU ADALAH HILANG
Karya : Puji Astuti
Selangkah demi selangkah terlewatilah waktu yang ada
Bersamamu adalah terindahnya hari-hariku
Menghiasi rasa hati dengan cinta
Berasa sempurna hidup kita
Genggam jemari kita kuat dan kukuh
Berjalan mengikuti arah dan impian
Menyatukan hasrat dan menghangatkan asa
Untuk bisa saling memberi dan mengisi
Hingga datang takdir memisahkan
Melimbaskan semua harapan
Kau tinggalkan aku di saat tiba-tiba
Menghimpit dera demi dera dan tak bisa lagi kumeronta
Rasaku patah
Piluku memberuncah
Derai air mata tak juga berhenti
Melerai sendiri kenyataan yang akan datang
Sesungguhnya karena tanpamu aku adalah hilang
Jogja, 18.10 2018
Bela sungkawa untuk PALU-Donggala
Tema : KITA SATU RASA
Judul : AIR MATAKU UNTUKMU
Karya : Puji Astuti
Guncangan telah melantakkan sebagian negeriku
Jerit tangis memilu mengabungkan sejuta rasa
Linangan ini tak bisa terbendung
Mendengar teriakan menyebut nama Yang Maha Kuasa
Hilang jiwa yang tercinta
Tubuh kaku membujur
Isak melolong membasahi raga
Ke mana akan mencari pelabuh asa
Saudaraku tangisanmu adalah debaran hati ini
Cucuran darah kesakitan di mana-mana
Seperti kurasakan derita jua di raga
Tunduk penuh doa kupanjatkan
Agar dirimu lapangkan dada menerima himpitan cobaan
Indonesia menangis lagi
Ibu pertiwi berkabung kini
Air mataku untukmu saudaraku
Di dunia ini fana sabarkan hatimu
Jogja, 30.09.2018
Tema : PERMATAKU YANG HILANG
Judul : IBU RINDU
Karya : Puji Astuti
Rimbunnya pepohonan di bukit hijau ini
Mengingatkanku akan sang permata hati
Terbayang di pelupuk mataku kembali
Lincah tingkah dan senyum tawanya yang manis sekali
Bertahun rasanya dia pergi
Rinduku telah memenuhi dadaku berhari-hari
Terasa begitu sesak dan menahan beban tersendiri
Bersandar dengan impian yang sering datang menghampiri
Permataku,
Dikau pergi memenuhi kewajibanmu
Sebagai seorang istri selalu menepati janji
Di ujung dunia kini kau berada
Di sini ibu selalu berdoa
Masih kugenggam erat sebuah cincin indah
Pemberian saat kita berpisah
Kumenanti waktu yang akan datang
Tuk bisa kembali memelukmu sayang
Kasihku akan selalu untukmu
Walau berpisah namun hati tetap bersanding cinta
Cepatlah kau pulang
Ibu sangat rindu melihat tawamu yang riang saat terkembang
Jogja, 19.10.2018
Tema : MEMORY KELAM
Judul : AKU INGIN PULANG
Karya : Puji Astuti
Saat kuterpaku di ujung jalan
Semua memandang sinis tak bersahabat
Seakan menemukan seonggok sampah
Yang terjatuh di tepi jalan
Kehidupan hitam dan kelam telah aku tinggalkan
Manakala jantungku tertohok kenyataan
Bahwa hidupku belum mempunyai arti untuk keluargaku
Selama ini hanya menuruti kepuasan diri sendiri dan egoku
Jeruji besi telah merantai jiwaku
Waktu banyak terbuang percuma
Dosa dan kesalahan ingin kutebus
Namun sulitnya noda ini terhapus
Aku ingin pulang
Kepangkuan orang-orang terkasih
Ayah, ibu dan keluargaku
Terimalah aku yang kini tersudut pilu
Jogja, 24.10.2018
Tema : CINTA
Judul : KAU DAN AKU ADALAH KITA
Karya : Puji Astuti
Jangan urungkan niat suci kita
Walaupun ada sedikit serabut yang menggayut
Kemarin adalah perjalanan terjeda henti
Manakala kebimbangan merambati hati
Perjuangan cinta ini melalui lembah pengorbanan
Perseteruan keteguhan dan keraguan
Saling menyisipkan kemungkinan
Namun tumpuan adalah satu yaitu pernikahan
Kau dan aku adalah kita
Seperjuangan dalam suka maupun duka
Bersama menyiangi kepercayaan
Agar selalu utuh tanpa hadirnya rumput ilalang liar
Esok masih panjang
Selama itu kita selalu saling rengkuh
Guliran air mata akan tertahan oleh kebahagiaan
Bersandinglah di sisiku selalu
Untuk menggapai satu ridho-Nya dalam pencapaian mahkota cinta
Jogja, 22.10.2018
Tema : MASIHKAH ADA RINDU
Judul : CINTA KUKUH
Karya : Puji Astuti
Rintik senja kali ini sangat berbeda
Begitu meresahkan bilik hati yang berkalang sepi
Hari kemarin kita masih merajut waktu dengan canda bahagia
Keindahan itu kini meninggalkan bilur di dada
Masihkan ada rindu saat ini
Seperti aku sedang menikmati temaram mentari di balik lembayung mega
Semilir bayu terasa mulai dingin di dahiku
Kursi usang diam bersama bergulirnya bayangmu
Cinta kukuh masih ada di sini
Di belahan rasa mengikat kesetiaan
Tak tergeser walau jarak begitu menghilangkanmu
Namun jalinan ini tetap terikat pasti
Kutunggu hadirmu kembali
Meniti tapak-tapak kenangan yang kemarin telah terlintasi
Menggenggam harapan-harapan
Menggapai impian indah wujud dari kesyukuran atas anugerah cinta kita
Jogja, 28.10.2018
Tema : MUSIBAH NEGARAKU
Judul : KUATKAN KAMI
Karya : Puji Astuti
Mendung belumlah menyingkir dari wajah-wajah duka
Tetes air mata belum kering mengambang di pelupuk rasa
Kehilangan masih menggayuti setiap dada
Tersedu lagi hati negri ini
Palu Donggala rata tersapukan gelombang
Berjuta napas terhenti terbenam tanah ini
Beratus nyawa terberai di lautan
Tangis para korban terhenti oleh arusnnya gelombang
Ampuni kami dengan segala kealpaan ini
Dosa-dosa yang telah terjadi di sudut tanah pertiwi
Murka-Mu menyayatkan hati dan jiwa
Isak meluluh kalbu terpisahkan dari orang-orang tercinta
Kuatkan kami yaa Pemilik Hidup
Lindungi pijak kaki kami dalam menjelajahi kodrat-Mu
Tiada kekuatan dan pertolongan selain dari-Mu
Kepasrahan ini hanya pada-Mu
Jogja, 31.10.2018
Tema : SEKERAS BATU KARANG
Judul : PERBATASAN ASA
Karya : Puji Astuti
Sejumput percakapan kita membekas di dada
Perseteruan bagai perebutan piala
Tak sedikitpun menggeser keteguhan
Antara mauku dan keinginanmu
Amarah menguasai hati dan jiwa
Ibarat sekeras batu karang di lautan
Berkukuh tak bergeming oleh ombak menerjang
Bujuk rayu pergi begitu saja melayang
Perbatasan asa hampir meruntuhkan ikatan kasih
Saling mempertahankan ego tanpa dalih
Sedihku kini membasahi perih
Engkau tak mau mengerti apa yang kupilih
Akankah sering terjadi nanti
Dalam perjalanan biduk bahtera kita ini
Kupasrahkan segalanya pada Yang kuasa
Penentu jalan hidup manusia baik derita ataupun bahagia
Jogja, 03.11.2018
Tema : KASIH TAK SAMPAI
Judul : BAGAI PUNGGUK MERINDUKAN BULAN
Karya : Puji Astuti
Melihatmu saat berjumpa di ujung jalan
Mendesirkan rasa yang belum pernah singgah
Begitu berat mata ini untuk berpaling
Seakan menjerat membentuk jaring
Mimpi kini mengusik hening malamku
Bayangan dirimu berlarian di mataku
Serasa aku telah mulai membenih cinta
Datangnya secara tiba-tiba
Namun ...
Bagai pungguk merindukan bulan
Permataku jauh dari jangkauan
Singgasana indah tempatmu duduk
Sedangkan aku hanya terdiam di tepi hilir yang sepi
Lepas kuluruhkan rinduku
Tiada lagi harap tuk tempat aku berlabuh
Biarlah kusimpan segala resah ini
Sampai waktu akan memudarkan kembali
Jogja, 31.10.2018
Tema : KETULUSAN DALAM MENCINTAI
Judul : PIJARKU MASIH ADA
Karya : Puji Astuti
Bibir ini tak lekang tersenyum
Apapun yang terjadi kesekian kali
Dalam mendalami arti prasasti janji
Saat gelimang prahara membadik hati
Pijarku masih ada tuk menaungi rasa
Persengketaan kita sering menghujam luka
Membanjir air mata di gelap bilik mataku
Tanpa kau tahu saat lena ditidurmu
Pada-Mu ya Robbi
Kepasrahan ini selalu bergulir
Dari waktu ke waktu senantiasa Engkau jaga
Keresahan berubah menjadi ketabahan
Perjalanan serasa melewati bentangan tantangan
Harus bisa dan bisa kubisikkan untuk jiwa
Dilematik akan menyertai setiap jengkal
Sampai cerita ini akan habis batasnya
Hingga senja menggiring usia
Jiwa dan raga masih tegar terjaga
Engkaulah Penguasa rasa menusia
Kumohonkan berilah kekuatan bertahan untuk arti sebuah pengorbanan
Jogja, 28.11.2018
Tema : KENANGAN WAKTU HUJAN
Judul : TETES AIR MATA
Karya : Puji Astuti
Baru seminggu terpenggalnya cinta ini
Kini tak lagi sekuntum bunga berkuncup di hati
Luka di atas luka menggerus asa
Menggantungkan serangkaian kotak-kotak impian
Senja itu rinai hujan deras sekali
Menggenangi kelokan-kelokan yang aku pijaki
Berjalan tak berpayung menahan perih lara
Terasa air mataku simbah bersatu dengan luruhnya
Sungguh kumenangis di tengah perjalanan
Sesekali kubasuh wajah sembab basah
Tak kukenali mana air mataku dan mana air yang menyapu
Biarlah berbaur menjadi satu di kenangan lalu
Dingin menggigil raga
Kuyup jiwa nan hampa
Mati rasa dalam dada
Lunglai diri ini tanpa daya
Jogja, 21.11.2018
Tema : SEKERAS BATU KARANG
Judul : PERBATASAN ASA
Karya : Puji Astuti
Sejumput percakapan kita membekas di dada
Perseteruan bagai perebutan piala
Tak sedikitpun menggeser keteguhan
Antara mauku dan keinginanmu
Amarah menguasai hati dan jiwa
Ibarat sekeras batu karang di lautan
Berkukuh tak bergeming oleh ombak menerjang
Bujuk rayu pergi begitu saja melayang
Perbatasan asa hampir meruntuhkan ikatan kasih
Saling mempertahankan ego tanpa dalih
Sedihku kini membasahi perih
Engkau tak mau mengerti apa yang kupilih
Akankah sering terjadi nanti
Dalam perjalanan biduk bahtera kita ini
Kupasrahkan segalanya pada Yang kuasa
Penentu jalan hidup manusia baik derita ataupun bahagia
Jogja, 03.11.2018
Tema : KASIH TAK SAMPAI
Judul : BAGAI PUNGGUK MERINDUKAN BULAN
Karya : Puji Astuti
Melihatmu saat berjumpa di ujung jalan
Mendesirkan rasa yang belum pernah singgah
Begitu berat mata ini untuk berpaling
Seakan menjerat membentuk jaring
Mimpi kini mengusik hening malamku
Bayangan dirimu berlarian di mataku
Serasa aku telah mulai membenih cinta
Datangnya secara tiba-tiba
Namun ...
Bagai pungguk merindukan bulan
Permataku jauh dari jangkauan
Singgasana indah tempatmu duduk
Sedangkan aku hanya terdiam di tepi hilir yang sepi
Lepas kuluruhkan rinduku
Tiada lagi harap tuk tempat aku berlabuh
Biarlah kusimpan segala resah ini
Sampai waktu akan memudarkan kembali
Jogja, 31.10.2018
Tema : KETULUSAN DALAM MENCINTAI
Judul : PIJARKU MASIH ADA
Karya : Puji Astuti
Bibir ini tak lekang tersenyum
Apapun yang terjadi kesekian kali
Dalam mendalami arti prasasti janji
Saat gelimang prahara membadik hati
Pijarku masih ada tuk menaungi rasa
Persengketaan kita sering menghujam luka
Membanjir air mata di gelap bilik mataku
Tanpa kau tahu saat lena ditidurmu
Pada-Mu ya Robbi
Kepasrahan ini selalu bergulir
Dari waktu ke waktu senantiasa Engkau jaga
Keresahan berubah menjadi ketabahan
Perjalanan serasa melewati bentangan tantangan
Harus bisa dan bisa kubisikkan untuk jiwa
Dilematik akan menyertai setiap jengkal
Sampai cerita ini akan habis batasnya
Hingga senja menggiring usia
Jiwa dan raga masih tegar terjaga
Engkaulah Penguasa rasa menusia
Kumohonkan berilah kekuatan bertahan untuk arti sebuah pengorbanan
Jogja, 28.11.2018
Tema : FLASHBACK MENUJU PROSPEK
Judul : TATAPLAH SENJA
Karya : Puji Astuti
Kesunyian di tengah dambaan dan harapan
Terpecahkan seketika kala jeritan seorang bunda
Serta tangisan pertama kali kau membuka tabir surya di dunia
Udara terhirup segar itulah napas untuk hidup dunia
Senyum bahagia bertebaran
Debar haru menyeruak di sepenjuru kalbu nan membiru atas hadirmu
Ucap syukur dan doa-doa terbaik terlantun untuk perjalanan di masa depan
Berpermadani cinta serta luapan kasih sayang
Hari-hari berlalu begitu cepat
Aroma kehidupan silih berganti tanpa henti
Bergulir pula satu-satu usia
Membawa bijak dalam diri dan rasa
Kini telah membawamu mendekati separuh baya
Perjalanan di rentang waktu belumlah usai
Perjuangan masih panjang terbentang
Tataplah senja itu dengan lantun puji syukur
Bahwa kakimu bisa terus berdiri sampai detik ini
Jogja, 11.07.2018
Tema : LUMBA LUMBA
Judul : KETERIKATAN
Karya : Puji Astuti
Lengking suara di perairan biru
sekujur tubuh berkilau abu-abu
saat sinar mentari menghangatkanmu
mata binar penuh kelucuan di zonamu
Mungkin sebagian habitatmu di daratan
untuk kepuasan manusia karena jarang menatapmu nyata
kebebasanmu terikat
namun kepintaranmu memikat
Hai lumba-lumba ....
ciptaan Yang Maha Esa
kesempurnaanmu begitu mempesona
semoga habitatmu di samudra tetap terjaga
Kita memiliki satwa
mari kita jaga
untuk kelestarian dunia
lumba-lumba salah satunya
Jogja, 16.07.2018
Tema : RASA DALAM KATA
Judul : BERTAHAN DALAM KASIH
Karya : Puji Astuti
Pagi kusulutkan semangat dalam dada
menoreh segelintir perasaan menggigil
esok lusa kita bertemu
untuk menelusuri kesalahan-kesalahan ini
Lihatlah
buah hati kita masih sangatlah muda
jangan bingungkan oleh tingkah sendiri
sematkan selalu senyum di hadapan wajah polosnya
Kita yang mengikatkan keinginan dan ego
meruncingkan segala hal menjadi jauh
jurang perasaan kian pudar
segeralah kita ukir kembali bingkainya
Waktu meninggalkan serpih luka
tak sesuci hati polosnya anak ini
malu jiwaku melihat matanya
meminta untuk kebersamaan kedua orang tuanya
Maafkanlah khilafku
kuturunkan ego hatimu
jabat jemari ini
demi seulas tawa riang permata hati
Jogja, 06.07.2018
Tema : PERASAAN
Judul : KESETIAAN
Karya : Puji Astuti
Dengan doa aku pasrahkan rasa
sekian hari dan waktu menyatukan debur hati
menjunjung noktah kita bersama
di puncak ikrar hidup dalam satu cinta
Saat ini aku tetap dengan doa yang sama
walaupun perjalanan kita sedikit beda
hanya satu keiklasan jiwa ini
kala jantungmu mendebarkan rasa untuk dia
Detik berlalu semakin kukuh
langkah kakiku sering terantuk batu
sedikit memerah teteskan darah
namun kita selalu seiring dalam khasanah
Sampai di ujung senja usia
keiklasan ini masih tetap ada dan sama
untuk menyisir debar yang sering ingkar
walau temaram senja kita semakin pudar
Jogja, 17.07.2018
KISAH CINTA ( 1 )
Kuawali dengan menghirup udara pagi sepenuh rongga paruku. Terasa dingin menusuk kulit ari. Biarlah. Seakan terpaku mata tertuju di heningnya jalan desa, masih lengang dan sepi.
Kembali hatiku perih. Mengapa terasa lagi.
Dirimu tak pernah hilang dari jiwaku. Tertanam dalam seperti akar tunjang yang mencengkeram jantungku, memilin retas hati dan memeluk mimpi-mimpi malamku
Ranting dahan bergerak saat burung kecil melompati pucuk daunnya. Seperti lincahnya bibir mungilmu saat tertawa di depanku.
Aaahhh. Telah lama kau pergi entah kemana, namun rasa ini masih ada.
Terhenti langkahku sejenak. Kubuang resah ini jauh-jauh. Karena bayangmu pun semakin terhimpit. Rasa perih yang menggerus cawan jiwaku yang serasa masih menunggumu.
~ Puji Astuti ~
Jogja, 17.04.2018
KISAH CINTA ( 2 )
Terasa robek isi jantungku saat ingat pertemuan remaja kita dulu. Begitu lugu perasaanku memiliki bunga rindu padamu.
Keping hariku terwarnai senyum dan candamu.
Kita satu generasi dan seusia. Tanpa ragu melewati cengkerama setiap waktu. Hampir detik berlalu bisa kupandang dirimu, berjalanmu bahkan amarahmu
Namun saat tenggelamnya senja ini melukai aku lagi. Begitu rindunya aku akan teduh sapuan matamu. Bisakah kau rasakan?.
Kuseka titik air mata yang menggenang di cawan kelopak. Bertahan sebelum terjatuh.
Apakah cengeng dan rapuh hati ini.
Mendapati resah jiwa atas kepergianmu.
~ Puji Astuti ~
Jogja, 18.04.2018
KISAH CINTA ( 3 )
Duduk di bangku sudut terdepan. Selalu kutata perasaan dan angan. Mengapa daya tarikmu begitu membelengguku. Ceriamu dan piawaimu membawakan bait-bait puisi. Terbius pikiran dan khayalan tentang sebuah peradaban hati.
Hari berganti minggu, dan minggu berganti bulan. Tanpa enggan perasaanku makin tertawan. Sebuah penalaran bahwa cinta ini bukan mimpi tapi sungguh terjadi.
Engkau mulai pahami semua yang kurasakan.
Walaupun bibir ini terasa kelu dan bisu saat bertatapan dengan matamu yang sendu.
Ada bayangan indah kudapatkan. Begitu memeluk asa dan pikiranku.
Mimpiku makin tinggi. Menjulang bak menggapai tangga pelangi. Begitu memulas warna seisi dunia ini. Penuh dengan bunga rindu dengan siluet ungu. Yah, betapa aku sadari telah membidik cinta untukmu.
~ Puji Astuti ~
Jogja, 18.04.2018
KISAH CINTA ( 4 )
Hampir usai 3 tahun menjadi pendamping setiaku. Memberi aroma bunga sedap malam di setiap tidurku. Membangkitkan semangat pagi hari di hati. Untuk segera menjemput senyum yang menawan kelu bibirku
Harus berani aku ungkapkan yang terpendam ini. Agar kebahagiaanku sempurna menjadi utuh. Duhai Di, kudapatkan lagi pagi bersama suaramu yang lekat di telingaku.
Betapa hari-hari menjadi surganya jiwaku.
Hujan bulan April mempertemukan kita.
Satu waktu kala menunggu reda tetesnya.
Kau berdiri dan kutemani di teras kelas.
Terasa hari ini ingin lekas menggamit jemarimu untuk kugenggam erat dan tak akan kulepas.
Awan mendung sedikit menyingkap matahari
Pelangi membias keindahannya di ujung mega.
Batapa singkat persandingan denganmu hari ini. Belumlah sempat kuuntai kata indahku untukmu, telah berhenti rinai hujan sore se-usai tawa riuhnya penghuni teras kelas.
~ Puji Astuti ~
Jogja, 18.04.2018
KISAH CINTA ( 5 )
Di, sore ini selepas tadi dengan puas ku memandangmu saat hujan. Pilar-pilar rindu kembali membungkus hati ini. Kueja satu-satu huruf namamu dan kusemat di bait puisiku.
Betapa terasa bahagia jiwa dan asaku.
Seandainya kau tahu, tanpa melihatmu sebentar saja maka hampanya aku.
Renda bunga kukuntumkan dalam harapan.
Esok hari selepas sekolah aku akan katakan yang sesungguhnya padamu.
Kurasakan kau memahami aku.
Jika kulihat kerling di sudut mata indahmu. Serta senyum yang penuh arti untukku.
Di, kilau senja ini makin melembayungkan rasa cinta yang kumiliki.
~ Puji Astuti ~
Jogja, 18.04.2018
KISAH CINTA ( 6 )
Kususun berpuluh-puluh kata. Untuk serangkaian baris yang meneguhkan keberanian hati ini. Tak ingin esok aku tertegun dan terkunci kelu lidahku. Saat kuungkapkan seluruh perasaanku padamu Di. Setetes air dingin menggulir di keningku, mengapa aku terasa malu.
Kuingat lagi siapa dirimu Di. Gadis ramah dan cantik anak kepala desa yang satu kelas denganku. Pandai bergaul dan punya senyum manis setiap menyapa siapapun tanpa pilih teman. Itulah awal hatiku terpaut cinta padamu.
Makin kurenungkan, makin tenggelam aku dalam kegalauan. Mungkinkah cintaku kau terima dan terbalaskan?. Aaaahh .. hari masih esok, aku tak ingin menghapus harapan ini.
Setiap ingat senyummu kembalilah kerinduanku.
~ Puji Astuti ~
Jogja, 18.04.2018
KISAH CINTA ( 7 )
Awal hariku dengan membenahi rindu yang semalam sempat kusut oleh keraguan. Menjelma menjadi seperti kuntum-kuntum bunga wangi. Seiring sinar mentari tersembul di antara embun pagi ini.
Aku melangkah meniti jalanan dengan senyum.
Untuk segera bisa menemuimu Di. Daun kering jatuh di ujung rambutku terasa ringan.
Tak mengusik rasa hati yang lagi kasmaran.
Nanar mataku menyapu ruang kelas.
Bayangan senyummu tiada tampak. Jiwaku terkoyak, rinduku tercampak. Di mana gerangan dirimu Di?
Sedih kurasakan hari ini, tanpa tatapan sendumu. Hilang suara tawamu yang biasa memecah kesunyian kelas. Hampa dan lemas ragaku kehilangan akan kehadiranmu.
~ Puji Astuti ~
Jogja, 19.04.2018
KISAH CINTA ( 8 )
Di, ternyata hari ini ragamu sakit. Terasa jiwaku meronta turut berduka. Ingin kujaga ragamu dari dera. Untuk kau bisa segera bangkit dari rintihan luka.
Sukmaku ini hampir mati, mendapatimu merintih. Menahan kesakitan yang selama ini kau sembunyikan. Bagai sinar mentari jiwamu pandai menutupi dari arak-arakan awan.
Di, jangan menangis, aku di sini memapah rasa.
Membait-bait doa untukmu belahan jiwaku.
Meluruhkan segala kepedihan melihat kuyu di matamu. Menggigit bibir, mengerat seperti kau merasakan pertahanan dirimu.
Kubawakan rinduku Di. Kupersembahkan doa ini. Segeralah kembali tersenyum seperti kemarin. Lihatlah gelap hariku tanpa kehadiran tatapan indah mata sendumu.
~ Puji Astuti ~
Jogja, 19.04.2018
KISAH CINTA ( 9 )
Begitu pesonamu terasa membungkus akalku Di. Terus dan terus aku kelabuhi hati dengan bayangan yang lain, namun kandas. Serangkaian bait puisiku hanya menyentuh namamu. Apakah mampu aku tanpa dirimu.
Seandainya cinta ini belum utuh. Mungkin tak akan sakit jiwaku karena rindu. Membimbing rasa tuk tidak mengingatmu, sehari saja ternyata aku tak kuasa.
Hai kalbu, mengapa kau berkorban untuk ikut merasa sakit? Bukankan kau kuat dalam suasana berkabut. Menemaniku di saat tersapu dera. Jangan gelapkan aku karena buta cinta, sedangkan aku belum mengatakan pada dia.
~ Puji Astuti ~
Jogja, 19.04.2018
KISAH CINTA ( 10)
Seminggu berlalu tanpa dirimu Di. Hilang gairah hidupku, semangatku dan tujuan hari-hariku. Aku yang selalu menempatkanmu menjadi bagian hati ini kini harus terpisahkan. Karena dirimu telah dibawa orang tuamu ke tempat yang jauh mereka membawamu. Untuk merawat sakitmu yang semakin parah.
Hancur jiwaku mendapatimu jauh kini. Cintaku terkandaskan tanpa aku bisa berada di sampingmu. Terbentang jarak dan waktu.
Di, haruskah aku menyusulmu?
Dalam ruang kelas terasa sunyi, di antara riuhnya canda teman sekelas. Bangkumu kosong, tak kudapati sosokmu lagi. Di, sungguh rindu ini menguasai jiwaku. Resah dan kegelisahan menderaku setiap waktu.
Ujian akhir kulalui tanpamu Di. Kabar yang aku dengar dirimu masih tersandang kesakitan. Semakin menangis rindu ini padamu.
Bisakah kita bertemu kembali duhai belahan hatiku?
Jogja, 24.04.2018
KISAH CINTA ( 11)
Waktu berlalu terasa lambat. Hati semakin terdera perih yang menjeram di dada.
Seakan aku menjadi orang terlemah dan tak berdaya. Untuk bisa berdiri kokoh dan menjalani perjalanan ini.
Halilintar menggelegar di siang hari. Saat ruang kelas terdiam seribu bahasa, semakin hening tanpa kata. Kabar kepergianmu untuk selamanya terdengar memilu. Tetes air mata dan isak kudapati menggenang di setiap pelupuk mata.
Sebulan setelah keberangkatanmu ke kota.
Ragamu tak kuasa menghalau kesakitan lagi.
Pasrah pada titik lesah, terkulai dan diam.
Waktu menidurkanmu untuk selamanya.
Jogja, 24.04.2018
KISAH CINTA ( 12 )
Kusaksikan ragamu terbujur kaku. Berhiaskan kain kafan yang membalut seluruh lekuk tubuhmu. Tetes air mata ini tak tertahankan lagi. Remuk redam jiwaku kau tinggal pergi.
Di, belum sempat kita menyatukan rasa, namun kini kau telah tiada.
Kubersimpuh di depan jasadmu, bahagialah kau di sisi Sang Khaliq. Kesakitanmu telah usai walau kini rasa sakit yang mendera jiwaku.
Teriring doa yang selalu untukmu, damailah perjalananmu Di.
Bunga mimpi-mimpiku telah pergi. Tinggal lesap hati ini masih tak percaya dengan yang terjadi. Begitu indahnya hari jika kau ada, namun kini sepi tanpa dirimu lagi.
Di, kau yang pertama merobek hati. Memberi kuntum wangi di setiap senyum dan mata teduhmu. Mata itu kini terpejam dan diam
Seperti aku yang masih merasakan jiwa yang terejam lara entah sampai kapan.
Pagi ini, aku duduk sendiri mengenangmu Di.
Sesak di dada membuatku tertunduk pedih.
Kuntum cinta putihku telah kau bawa pergi. Aku tak tahu akankan bisa bersemi kembali nanti. Dalam mengarungi langkah perjalananku esok hari.
( tamat )
Jogja, 24.04.2018
PUJI ASTUTI |
Langganan:
Postingan (Atom)