UNTUK MENCARI PUISI-PUISIMU CUKUP KETIK NAMAMU DI KOLOM "SEARCH" LALU "ENTER" MAKA SELURUH PUISIMU AKAN TAMPIL DI SINI

Senin, 20 Mei 2013

AKULAH CUCU SANG UMAR BAKRI ITU

Kakek....
Aku tahu ...dulu kau terpaksa berkelahi dengan waktu
karna jatah beras catu yang kau dapatkan
membuat pikiran mu terbelah dan melelahkan
Namun senjata kepedulian yang kau miliki tetap membuatmu
terus berjalan , bertahan, menempa anak negri jadi teladan.
Baju sapari lusuh yang dihiasi jaitan siksak memang sajak
potretmu yang melukis lukisan pahit dan getirnya
lintasan realitas hidup yang kau hadapi.
Gaji sebulan memang hanya cukup untuk seminggu di makan,
kadang itupula-lah yang membuat anak tertuamu terpaksa mengalah
terhadap adik-adiknya jika dipenghujung bulan tepat di jam makan malam.
Mungkinkah sepeda tua dan tas kulit serta onggokan sepatu koyakmu
yang tetap diabadikan Ayah di tempat koleksinya diruang khusus disamping kamarku
yang menjadikan Bung Iwan Fals menyerumu bersama sahabatmu sebagai UMAR BAKRI
Kakek.....
Di buku harianmu yang pernah kubaca......disana tak kutemukan sertifikasi
apalagi dan Bos dan anggaran dana rutin dari negara .......namun aku heran.....malampun kau merenda hidup dengan menghibahkan waktumu untuk anak didikmu ....
Ditanganmu tak pernah ada I-pad dan black barry.
Chatting adalah dunia yang tak pernah kau kunjungi meski lewat impian kala itu
, karna pensiunanmu saat ini juga setara dengan gajimu dulu...
Yang paling mengherankanku dan menjadi kebanggaanku....kadang kau tersenyum bahagia mendengar kabar GAJI GURU NAIK LAGI, padahal kau tak ikut menikmatinya lagi......Aku bangga sekali padamu, komitmenmu mutlak dan setia pada komunitasmu...
Mungkin kau memiliki kartu sukarela
dan nomor anggota ikhlas dari pendiri negri ini ya kek...
Kek...aku bangga pada mu
Aku cukup bahagia lahir dari seorang ayah putra dari seorang guru
Di mata ku kau adalah sosok ayah pahlawan yang tak berhenti berjuang
sampai menghantar mereka ke masa depan
dan kadang langitpun kau gulung untuk mereka anak-anak mu
Kau retas ombak meniti arus gelombang merentang garis hidup
Bahtera yang kau layarkan terus mengukir arus samudera
dan setia bergumul dengan badai kepahitan
Namun geloramu terus berpacu melesat menembus pintu langit
Untuk memboyong bintang gemintang
Sebagai hadiah buat sang putra-putri negri ini

Oleh : Mohammed Fathwa Nugraha
Tanjungbalai,Sumatera Utara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar