Sabtu, 10 Desember 2011
SELARAS HATI NURANI
Kemarin ketika kutinggalkan beranda hati,
kukira sudah ada perubahan diri,
meski berawal basa basi
namun maknanya selaras hati nurani,
hampir tak bisa kureka
mana sandiwara mana senyatanya,
sayangya, tambatan temali lepas disimpulnya
padahal niatkan kebajikan, penataan diri
untuk kesiapan merambahi hidup kedepan
tapi juga sembari merancang mimpi,
bukankah warna warni tergelar sepanjang jalan dilalui,
melengkapi amanat meskipun beresiko berat,
nyatanya seringkali kuhadapi azab bahkan tanpa sebab,
tapi rupanya itulah manusia, tak pintar membaca nuansa
karena nurut semata dikira kerbau cucuk hidungnya,
semakin parah sebab cuma menuntut hak tanpa melakukan kewajibannya,
benteng nurani kubingkai dengan tata krama
porak poranda dihempas egonya ,
kusut didera sungsang nuraninya ,
bahkan hangus terbakar diladang hati yg kering,
anehnya lagi, debu disurabaya terlihat jelas olehnya
sementara ,gajah didepan mata malah tak terbaca....
sungguh aneh tapi nyata, atau semuanya cuma sandiwara belaka ???
-----oleh Drs Mustahari Sembiring.-------------------
-----Makassar, 10 Desember 2011. catatan tentang sikap yang laiknya cuaca kota.---
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar