Minggu, 06 Februari 2011
AKHIR SEBUIAH MALAM
Kurun waktu langit langit kirimizi
Ia sudah ada di trotoar
Menatap liar disekeliling
Menjual madu dibibir dibibir yang merah
Dan mengharap banyak pemebli
Dia tidak peduli dengan seribu cerita dosa,
karena menyambung nyawa jauh lebih penting buatnya,
walau apa yang terjadi.
Malam melangkah larut
Dan ganas
Ia tak obah boneka mainan
Menjadi berby geraman oleh Om om papilaya
yang punya sekarung duit dan bebas berbuat
Mereka mereka melumat malam jahanam hingga lepas kendali
Tak penting betapa butuhnya kehangatan anak istri
Lalu………..kebohongan akan terjadi disepanjang matahari terbit
Di trotoar aku berdiri,menatap kosong dikeramaian mobil mobil mewah
Satu dua berhenti membeli bibir indah pembuai nafsu
dan tak ingat waktu
Hiruk pikuk kenderaan malam,semakin laju menepis malam
Cuaca sendu berselimut awan dan dingin menusuk tatkala gerimis turun,
Satu persatu menghilang dibalik sepinya malam dan akhirnya hanya terlihat anak anak pang berlari kecil menghindari gerimis halus yang turun.
Kini tak lagi ada mereka yang berkaki indah,bibir bibir yang sexy
Semuanya terbeli.
Disini,di halte aku duduk
Menatap jauh ke sudut masih terlihat dia bernegoisasi
Lalu………… ia melangkah
Dan melenggang kecewa ,terus melangkah menerobos gerimis malam,
Kini malam semakin dingin dan sepi,
Ia tidak juga kapok,tetap mencari dan mencari lagi,sampai akhirnya malam berganti
by : Arifin Yus
Tanjungbalai - Sumatera Utara
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar