Sabtu, 13 Februari 2016
DALAM KERETA MALAM
lepas isya
kubasuh seluruh keluh
dengan segala doa
tenggelam pada malam
menyusuri jalan
mencari maqam
hening yang memulangkan aku
pada kesendirian
dengan banyak pertanyaan
dengan segenap pengharapan
aku malu
pada tanganku yang pernah
menggunting dalam lipatan
aku malu
pada mulutku yang besar
terlalu kasar mencerca dengan tak sabar
aku malu
pada kakiku yang senang menjegal
kawan seiring, jadi terasing
aku malu
pada kehendak hatiku yang tidak menentu membuat orang lain tertipu
lepas isya
meluruh jiwa yang rapuh
mengasuh hati yang rikuh
memeluk segenap teguh
dalam kasih-Mu yang utuh
menggapai cahaya
yang Engkau pancarkan
Oleh : Zulkarnain Siregar Sibadoar
zss
22Rabiulakhir1436H
120215
---------------------
Kawan bersakit, itulah engkau
Bagaimana pula aku bisa melupakanmu.
...
Kalau bersenang-senang
mungkin aku tak pernah belajar apa-apa
mungkin aku tak mengetahui
mau bagaimana
mungkin aku tak percaya aku ada dimana
mungkin aku tak banyak berguna buat waktu yang tersisa
mungkin aku tak pernah merasa hidup yang nyata
Kawan bersakit, itulah sahabat nyata
...
Itu dirimu yang sesungguhnya
...
Lalu bagaimana aku bisa melupakanmu, kekasihku
•
samikna wa atho'na
kutatap merah jingga
ayat senja itu rahasia
antara siang dan malam
kubasuh tangan, muka
telinga, lalu kepala
telapak hingga mata kaki
pada panggilan kemenangan hati
ada janji yang maha suci
seperti yang sebentar lagi
matahari pun menepi
perlahan tenggelam ke kaki
langit ini: di maghribi
Maghrib
23022015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
keren
BalasHapus