MAKRIFAH KU
makrifahku terhuyung menggapai tebing langit diseperempat malam
menyeretku ketitik pusar arus punting beliung jumat
tak kudengar lagi nyanyi sukma lapaz pujian cahaya khatulistiwa
yang dulu meretas jalan curam menuju ke-Ilahiya'an-Nya
duh...tasbihku mengikat kakiku
ingin hengkang dari ketulusan sajakku
elektron proton dan neutron bergemuruh menyelimuti jiwaku
lathifhatul qolbyku terpasung disajadah yang berbau mimpiku dulu
duh Sang Maha Zat
salahkah rebung kalau mengakui ia bambu
menjenguk sucinya cintaku kepadamu
Oleh : Syamsul Rizal (Tok Laut)
MERENDA BAJU PROKLAMASI
Ketika awan gelap menerpa negri zamrudku
Liar binar mata garudaku
lirihkan air panas duka
terhuyung kehamparan telaga darah
torehkan luka anak nelayan pesisir
dahan yang rindang rubuh menghentak gubukku
keterjagaan puisiku
melukiskan wajah wajah pucat pasi
para sahabatku yang antri dipematang negri
tangis kami belum mampu mereda
renda proklamasi di ujung usia senja hari ini
hoi jiwa-jiwa sunyi yang tertidur dalam mimpi
Bangunlah dari mimpi buruk ini
asa kita hilang sudah ditelan naluri
Amanahlah menggenggam fatwa pendiri negri
Aku...kau....dan mereka takkan terlepas dari wasiat ini
lolongan tangis rimba raya dan isak iba ruh kota
adalah potret wajah kita yang tercela
Akulah sang penyair yang melukiskan doa dilangit merah merona
Tuhan selamatkan Negriku yang dulu adalah sorga
Puisiku adalah cahaya negri zamrud khatulistiwa
yang menyuluh para pendosa (Koruptor)
yang bersembunyi dibalik atribut moralitas yang karatan
Sajak Dari Rumah Puisi Tok Laut Di Serambi Tanah Paduka
Kotaku Tercinta Tanjungbalai-Sumut
Kiriman : Syamsul Rizal (Tok Laut)
Tanjungbalai,Sumatera Utara
Dari : Kumpulan Puisi Tok Laut
Merenda Baju Proklamasi
15 Mei 2013
KITA BELUM MERDEKA
Ini bukan puisi dan bukan pula doa serta mantra
tetapi ini adalah sebuah perenungan ruh jiwa pejuang kita
yang di jam 24 malam...menggoda imajinasi kita
melalui tangan-tangan yang melebihi takdirnya
untuk menuangkan pada media kita
ini bukan metafora global yang lahir mendahului zaman
tetapi................
Veteran 45 yang telah lelah berjuang
Aku tak pernah membayangkan hal ini…,rupanya yang kami hadapi dulu belum seberapa dengan yang kamu hadapi saat ini…, dulu kami berperang melawan musuh yang punya indentitas dan sosok yang jelas…
Aku benar-benar tak mengerti….
Arti kemenangan dan kekalahan..
Ber-api-api kami memaksakan kemauan untuk merdeka….tetapi hari ini aku melhat sendiri kamu terpuruk di kuburan…
Kemulian dan kerendahan akhirnya hangus terbakar…
Perjalanan sejarah ini adalah perjalanan yang mengguncangkan iman…karna kehormatan tak dapat lagi kubedakan dengan kehinaan…
Alangkah malang nasib bangsa ini
Yang membuang-buang kebenaran
Dan membenar-benarkan kebathilan
Yang sibuk mencurigai kebaikan
Dan mengulum-ngulum kebusukan…
Ampun ya ampun……
Alangkah malang nasib bangsa
Yang ilmunya kesesatan dan ruhnya kegelapan
Yang sekolahnya kebodohan
Yang tehnologynya kemubaziran
Yang organisasinya penghancuran
Dan pembangunannya kesia-sia an
Yang ideologinya halusinasi
Dan reformasinya kebohongan…………
( Sejenak memandangi bintang jasa yang berada didada kirinya …lalu dicopotnya dengan emosi dan berkata sebelum menyimpannya )
Aku tak berhak memakai bintang jasa ini, sebab jalan yang kami rintis belum tuntas dan final….dan ruh kemerdekaan belum merasuki jiwa bangsa ku sampai saat ini
Oleh : Syamsul Rizal (Tok Laut)
Tanjungbalai,Sumatera Utara
Jumat, 27 Januari 2012
CERMIN
Ibu
Kita tidak boleh ber-prasangka buruk terhadap Tuhan…, meski hidup kita tidak se-enak orang lain…,hidup kita memang serba kekurangan dan penuh tantangan dan gerai derita…, Tuhan memang jarang sekali mengabulkan apa yang kita harapkan, tetapi Tuhan tetap memberi apa yang kita perlukan….., mungkin saja dimata Tuhan suasana seperti ini perlu untuk kita……, tetapi kalau kita lihat dari kacamata kita , seolah Tuhan tidak adil…., jadi yang perlu kita pahami, bahwa cara pandang kita tidak sama dengan cara pandang Tuhan…, disisi ini orang yang bayak keliru…, mereka menyamakan cara pandangnya dengan cara pandang Tuhan….,
Putra 2
Betul ya Mak…berarti baik menurut kita , belum tentu baik menurut Tuhan…,dan selama ini berarti banyak sekali manusia yang menyamakan dirinya seperti Tuhan ya Mak..
Ibu
Betul…karna kita selalu menilai segala sesuatu dengan cara pandang kita sendiri, lantas kita menganggap itu cara pandang Tuhan, itulah sisi gelap pencerahan untuk ummat yang seharusnya lebih awal dilaksanakan dan dilakukan…
Putra 3
Mak…jadi yang dilakukan saat ini tentang perbaikan ummat dan peningkatan tarap hidup salah ya mak..
Ibu
Tak ada yang salah…semua sudah benar , tapi tidak terpola …
Putra 1
Management bangun tidur ya Mak…
Ibu
Hus….nggak boleh gitu…
kadang kita mengharap bunga mawar, tetapi yang datang kaktus berduri , kadang kita mengharap kupu-kupu yang indah, lalu yang datang ulat yang menjijik-kan…., lantas kita kecewa, marah, prasangka……, nah… sebenarnya ketidakmengertian kita, bahwa bunga mawar adalah jenis bunga yang cepat layu, meski wangi dan indahnya membuat orang terkesima, tapi itu hanya seketika, dan ketika ia gugur, ia tak berguna dan tak bermakna apa-apa. Kita tak dapat menduga sebelumnya, bahwa kaktus berduri sebenarnya mempunyai bunga yang luar biasa cantiknya…, begitu juga ulat, ia akan menjadi kupu-kupu yang indah pada waktunya…., artinya apa…, bahwa dibalik kepahitan dan derita yang kita alami saat ini…, Ibu yakin Tuhan punya rencananya sendiri untuk kita .
Putra 1
Mak …, ketika hidup memakai baju takdir, dimana langkah pasti sebuah doa, jika arah jalan yang kita lewati penuh terjal dan liku, laut takkan pernah seganas ombak, jika tak ada angin, dan ombak saat ini sedang meluluh tanah tempat kita berpijak, teruskah kita berdiam dalam kepasrahan.
Ibu
Anakku…ada yang kau lupa dan tak mengerti dari hidup ini. Salahkah embun jika mengakui ia air, salahkah rebung kalau mengakui ia bambu, kita adalah bagian dari zat-Nya. Anakku…hidup ini mimpi…, yang nyata itu ketika kita bertemu cahaya sejati. Namun yang terpenting dari hidup ini yang harus kau ingat “ Tidak ada tranformasi gelap ke terang dan empati ke simpati tanpa emosi ” dan “ Pikiran manusia yang mempunyai ide baru tidak pernah kembali ke dimensi asli.”
Putra 2
Lalu dalam menjalani realitas hidup apa konsepnya Mak agar kita tidak merasa tertekan
Ibu
Bekerjalah sesuai batas kemampuan, hasilnya pasti akan mempesona, dalam hidup ini sesungguhnya hampir semua manusia selalu dalam lingkaran kebohongan dan kepalsuan, karna apa… ?, karena kehidupan membuat kita selalu dalam cengkraman penjajahan, tetapi jangan salah meng-arti-kan penjajahan yang Mak maksud…,
Putra
Mak.... penjajahan yang mak maksud apa mak........kita kan sudah merdeka.....
Ibu
Hm.........nanti coba tanya dengan sahabat-sahabat Ayahmu yang ada komunitas grop FB nya..........ada sederetan nama besar di group itu yang bisa kau jadikan soqo guru untuk kau jadikan GURU BESAR MU dalam membimbing-mu mencari PENCERAHAN dan MENENENTUKAN SIKAP DALAM MEMILIH CARA PANDANG...........
disana ada Mustahari Sembiring, ada.....mabak Yuni mu, Watiamah, om Decy......adalagi yang sering disebut Ayahmu.ssii si siapa ya.....lupa mamak.......buka ajala group RPS itu......
Oleh : Syamsul Rizal,Sh (Tok Laut)
Tanjungbalai,Sumatera Utara
Dialog Seorang Ibu dengan Putra-putra-nya diberanda depan rumah, dihari minggu 18 desember 2011
AKSARA KITA
keluh kesah yg ada bersama doa dan pngharapan...
bersatunya dua puisi jiwa dlm satu wadah kebersamaan...
dlm bait2 torehan hati...
senada seirama dlm memaknai kata...
tak terpungkiri bahwa itulah jiwa kita yg sesungguhnya....
Oleh : Syamsul Rizal (Tok Laut)
Dari Sajak Rumah Puisi Hafnidar (Nino )
15 Mei 2013
SAJAK UNTUK KINANTI DEWI
Kaukah bunga langka yang jatuh dari sorga itu hai Kinanti dewiku........
atau akankah keterjagaan puisiku di jendela 18.00 wib ini
akan jadi pamplet yang kita pajang dilangit haru biru........
inanti....dewi......gerai rambut sang bidadari yang membelai benua-benua dibumi adalah potret keagungan kemulian hati dari sajak mimpi dini hari tadi....
Oleh : Syamsul Rizal (Tok Laut)
Dari : Rumah Puisi Tok Laut Untuk Kinanti Dewi
15 Mei 2013
SAJAK UNTUK KINANTI DEWI Part-2
Kinanti dewiku.........
merujuklah pada berkas kilauan rembulan .....
sebelum bulan itu terluka parah.....
kau adalah sang putri rembulan ...yang lahir dari kejelitaan....
Oleh : Syamsul Rizal (TOK LAUT)
Sajak Dari Rumah Puisi Tok Laut Untuk Kinanti Dewi
15 Mei 2013
SAJAK DARI KINANTI DEWI
Syamsul@ rangkaian katamu begitu menyejukan kalbuku
yang hampa dan merasa tak berarti
kuingin terbangun dari segala mimpi yg semu
saat ku terjaga kuingin
kau ada disampingku
selalu jangan biarkan
dalam kesendirian
Oleh : Syamsul Rizal (Tok Laut)
Dari : Sajak Kinanti Dewi Untuk Rumah Puisi Tok Laut
15 Mei 2013
TERIAKLAH....
Biarkan petir menghunjam lubuk hati
Biarkan gemuruh ombak menerpa kepanaan jiiwa
Biarkan topan badai menghantam pinggiran telaga cinta
Asalkan rumah tua puisi kita aman dari amukaqn angka-angka
Oleh : Syamsul Rizal (Tok Laut)
Tanjungbalai,Sumatera Utara
15 Mei 2013
CAKRAWALA CINTA
Takdir mimpi menghampiriku malam ini,,,,,,
Membawaku terbang kecakrawala cinta,,,
bersama absurdnya sukma...
Ku akan melupakan sejenak beban jiwa yg membuncah di dada utk ku ninabobokan bersama khayalan nyata tentang realita yg sesungguhnya..
Haai mimpi indah dataglah dirimu dlm peraduanku...
Oleh : Syamsul Rizal (Tok Laut)
Sajak Dari Rumah Puisi Hafnidar (Nino)
15 Mei 2013
SABDA ALAM
ketika bumi gerah menyambut sapa kita
mana mungkin langit tersenyum ramah
ketika rajawali kehilangan kursi istananya
mana mungkin bisa dahan patah yang menangis hilangkan kedukaan
pohon yang sedang sedu sedan menangisi saudaranya yang mati menggenaskan
cukup disikapi dengan perhatian yang picisan
lalu apa jadinya jika tempat kita berpijak dilulur ombak hingga membuat kita terseret ke arus samudera tanpa tepian
apakah kita harus membuka baju menjadi layar
mengulur tangan jadi kemudi
prahara sabda alam harusnya membuat kita intropeksi
namun bukan untuk di jual beli
tapi patilah banyak orang yang gemar dengan keramaian
namun satu dua pasti juga ada yang berani kesepian
ini mungkin hanya sajak sore hari
dan bukan sajak puisi sufi
Syamsul Rizal,SH
Tok Laut
Tanjungbalai,Sumatera Utara
Sabtu, 31 Desember 2011
dari kamar puisi Tok Laut hari ini
TANGIS DAHAN SIRANTING KAYU
Ketika bumi gerah memakai pakaiannya
Yang terlihat sobek terkoyak hina
Mana mungkin langit tersenyum manis
yang selama ini membelainya
Elang Laut, merak rimba, tlah lama merajuk membawa sepinya hati
Karena birunya langit tak seceria pepohonan
yang menangisi saudaranya mati menggenaskan.
Dulu ranting inilah kursi istana sahabatku Si Rajawali
Namun sahabatku mangkat mendahului takdirnya,
tanah subur-pun tlah dilulur ombak menghempas tepian
keganasan
keserakahan
tangan-tangan hitam penuh dosa
adalah potret wajah kita saat ini
Sementara anak cucu kita perlu bernapas
Hai Rajawali yang telah lama tidur diemperan got kali …bangun dan lihatlah…
Penanaman sejuta pohon telah kita canangkan
Ajaklah rakyatmu pulang kandang….
Istana barumu sedang kubangun
Jutaan bibit pohon sudah kusiapkan
Hai Rajawali…lihatlah…
Langit sedang tersenyum ramah
Menyambut suasana itu dengan haru
Hai.. Rajawali…
Jemput aku…
dan bawa aku terbang ke-masa depan yang gemilang
pada istana kita yang terbentang luas menghijau…
Hai..Rajawali…
Sebelum menjemputku
Kabarkan berita gembira ini pada sahabat seniman kita
Sebab merekalah yang bakal menata indahnya istana kita…
Hai.. Rajawali…mereka ada dihamparan pantai tanjungbalai
Yang saat ini menjadi mutiara selat malaka yang berada dihilir danau Toba.
Wasalam
Syamsul Rizal,SH
Tok Laut
Tanjungbalai,Sumatera Utara
Sabtu, 31 Desember 2011
SAJAK PERUBAHAN BUAT SAHABAT SEJATI
Kutuliskan syair-syair perubahan
Sebab aku lahir dari sudut ruang tata nilai.
Kuselenggarakan upaya pemikiran
Sebab nadiku pun berdetak dikereta peng-hijrah-an
Hijrah dalam diri
tiap detik, tiap menit, tiap hari
Bukan hak sejarah untuk ber-kompromi
Tapi takdir butuh transendensi, perlu menyikapi
Perubahan di kampung, di pulau, di benua
telah terbukti amat nyata
Karena Masyarakat kita harus lepas
dari cengkraman jala-jala kepahitan hidup
yang memaksa kita harus bangkit dengan kesaktian intlektual
untuk mengobah keadaan
untuk menghadapi tantangan
mengelola isi ruang kota kita
dengan taman syorga firdaus yang nyata
bukan member warna dengan cat minyak neraka
Kuseru kau yang sedang berada di istana pena
Jangan pernah mampir di gembong gerombolan penjaja pesan di eo campus
Yang mem-publikasikan banyak lebel merek dengan banrol ekslusiv
karna pesta sponsor itu akan mengikis kadar intlektual-mu
dan menyeretmu tetap seperti babu
Berdiamlah dalam campus sufi Albert Einstein abad ini
yang menentukan jalanmu
untuk menata kota serta jagad roh bumi Nusantara
Hai…Ibu pengasuh yang santun
Hai.. Bapak yang kharismatik mempesona
Hai.. Kaum Muda yang jadi penyangga
Kamu-lah Pe-waris Tahta “ SERAMBI TANAH PADUKA KOTA KITA “
yang sedang memerlukan keterlibatanmu
dan tanggungjawabmu sebagai hamba dimata Tuham-mu
Sajak ini bukan puisi sufi
dan bukan pula metafora global abad ini
namun ini hanya ungkapan hati
dari seorang sahabat seniman
yang di baca …di festival puisi mala mini
Wasalam
Syamsul Rizal,SH
Tok Laut
Tanjungbalai,Sumatera Utara
Sabtu, 31 Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar