Dalam ruh tangisku yang bermukim di lautan jabarullah
memuntahkan amarah bak lahar gunung yang membola api
membentangkan sayap kesumat ke langit tak bertepi
menangisi roda zaman yang terus mengunyah pilu
namun tak kudengar teriak dari bumiku
dan tak kusaksikan wasiat
dari mulut dan bibir imamku yang dulu memberi fatwa kepadaku
Apakah komat kamit yang sering kau contohkan kepadaku
hanya zikir picisan yang menjaga besar sorbanmu
Duh...anakku...duh dindaku..duh sibiran tulang sahabat senadiku
apakah silaturahmi ikatan jiwa kita sudah tidak mengkristal lagi
hingga lukamu menjadi andungmu sendiri
hingga ketika kau meregang nyawapun cukup menjadi tontonan di layar kacaku
kemana-kemana aku mencari memang yang kutemui hanyalah abu jahal belaka
entah dimana al faraby, al kindy
dan tersebunyi dimana saidina umarku kini
hoi malaikat penjaga firdaus
kuminta padamu sambut saudara terkasihku ini
bentangkan permadani sorga menerima mereka
sebab aku hanya seorang penyair
yang hanya bisa berdoa lewat sajak lukaku
gemetar tanganku bersama pena amarahku yang tak terkendali ini
adalah lautan jihad yang sedang bertamasya ke lathifatul Zat-Mu Ya Ilahy Robby
semoga sajakku adalah kenderaan para mujahidmu
untuk berbondong-bondong mengejar pintu sorga-Mu
Anak-anaku terkasih...selamat bertamasya menjumpai kekasih tercinta-MU
aku melihat ribuan malaikat tersenyum ramah menyambut kalian dipintu sorga kita
selamat jalan sayang
meski tangis dan air mata yang menganak pasang mengiringi kalian terbang
jangan abaikan...
sebab kami sudah terbiasa hanya mengkonsumsi hiba
dan tak lagi tinggal dirumah jihad di jalannya
Anak-anakku sayang......
amarah puisiku tidak akan sampai disitu....
TOK LAUT